Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Murid merupakan aset untuk menjadi pelajar dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, baik dari dalam maupun diluar kelas, selama ini saya mengajar siswa dengan dengan gaya ceramah di depan murid kemudian merefleksi apakah siswa memahami atau tidak dengan kata pemantik atau jawaban, terkadang jika materi belum tersampaikan agak kurang puas, sehingga menuntut siswa hingga paham,. Dan saya sadar bahwa cara yang demikian itu sangat kurang efektif dan kurang etis dalam mengajarkan ilmu kepada siswa.
Mendasar dari pemikiran ki hajar dewantara, pendidikan bagi seorang pelajar adalah siswa bak benih yang akan di semai di tempat penyemaian sehingga ada benih yang subur di tempat yang subur menjadi tumbuh kembang, dan ada benih yang tidak di tempat subur sehingga kurang subur, analogi ini ibarat siswa kita yang tidak bisa disamakan antara kompetensi siswa satu dengan yang lain.
Kodrat sebagai siswa adalah makhluk sosial yang membutuhkan kebahagiaan dan kesenangan, dan kodrat untuk selalu menuntun siswa dari tantangan zaman,. Zaman yang selalu berubah menuntut siswa untuk peka terhadap teknologi sehingga setiap saat siswa membutuhkan informasi terkini cukup dengan gadget.
Bapak pendidikan di indonesia telah memberi solusi terbaik dengan tri among ki hajar dewantara, di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan dari belakang memberi dorongan terhadap siswa.
Taman siswa menjadi salah satu solusi rakyat indonesia untuk menumbuhkembang bakat anak sesuai dengan kodratnya, dimana dia keberadaan sekarang sesuai dengan zaman mahir penggunaan teknologi,.
Meski anak zaman sekarang dari lahir pun sudah senang untuk menggunakan gadget. Dan yang paling mengenaskan adalah indonesia merupakan peringkat 0,001 literasi membaca dan urutan kedua menggunakan media sosial seperti Whatsapp, facebook, instagram, dll setelah amerika serikat.
Bahkan kenyataan saya alami di keluarga saya anak saya yang pertama, baru kelas 2 naik kelas 3 baru bisa baca huruf abjad, dan untuk menghitung tentunya masih sangat minim, dibuktikan dengan hitungan yang sederhana belum bisa memecahkan. Kondisi ini adalah efek gadget dan penggunaan seluler yang tidak didampingi oleh orang tua, hanya manasuka anak senang dan tidak menangis boleh menggunakan seluler, sedangkan usia 0-10 tahun adalah usia yang rentan dengan penyalahgunaan teknologi.
Siswa dituntut agar dapat mengendalikan teknologi, sehingga tantangan zaman dapat diimbangi dengan pendampingan orang dewasa.
Meski begitu siswa harus tetap diarahkan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan belajar dengan memanfaat media belajar dari berbagai sumber.
Sebagaimana arahan dari ki hajar dewantara menuntun dan mengarahkan, belajar sesuai dengan kodrat zaman, budaya senang, tidak stres dan bahagia,. Murid bak benih yang disemai dan benih tersebut akan tumbuh di tempat yang subur, dan benih yang subur tentunya akan tumbuh menjadi padi yang makin berkembang dan makin berisi. Untuk itu siswa kita ibarat benih yang pada saat pembelajaran di kelas tentunya akan sama dengan persamaan benih, dan pendidikan sesuai dengan kodrat dan zaman,. Ada yang berkompeten, ada yang melebihi kompetensi dan ada yang ditengah-tengah kompetensi.
Bahwa siswa mempunyai keragaman karakter yang berbeda untuk mengenyam proses pendidikan, tentunya dengan perkembangan zaman, dan kodrat sebagai manusia yang membutuhkan socio kultural dan akan kembali fitrahnya ke masyarakat.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Evaluasi diri dan mampu memperbaiki kesalahan adalah salah satu cara memecahkan situasi ini, dengan cara mempelajari dasar-dasar pendidikan ki hajar dewantara dengan tri among, di depan memberi teladan, di tengah-tengah memberi semangat, dan di belakang memberikan dorongan. Siswa boleh saja menggunakan gadget namun perlu dibatasi sesuai kebutuh pembelajaran di kelas, dan sesuai kebutuhan saja. Kearifan lokal dan sosio budaya menjadi salah satu alternatif agar tetap seimbangnya siswa dalam pembelajaran di akhir generasi z sehingga dapat mengikuti diantaranya adalah nyadran, dugderan, menghormati kekayaan peninggalan leluhur dengan berziarah, tilik luwur, dan kearifan lokal lainnya. Contoh lain melaksanakan khataman untuk pendiri bangsa dan negara dengan renungan suci dimakam pahlawan, dan renungan hari pramuka, tirakatan di kampung serta dengan menghubungkan dengan profil pelajar penguatan pancasila, indahnya bergotong royong, religius, mandiri, kearifan lokal, hidup berkelanjutan, terampil, berwawasan kebhinekaan, adalah salah satu perwujudan untuk kembali menumbuhkan ke marwah filsafat pendidikan ki hajar dewantara,.
Pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi agar kita mengajari anak sesuai dengan kodrat dan zaman. Termasuk menentukan gaya belajar, minat belajar, dan kesiapan belajar.
Praktik di kelas seharusnya siswa nyaman belajar, dan berbahagia. Untuk itu saya mengapresiasi diri untuk tetap menjadi agen perubahan untuk memperbaiki proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Penggunaan media pembelajaran, sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Tentunya untuk menghadapi tantangan zaman, sehingga penggunaan teknologi menjadi kunci untuk pengelolaan pembelajaran siswa berbasis teknologi dan berdiferensiasi.