Pada kegitan elaborasi konsep, saya dapat memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengenai tujuan dan asas pendidikan, serta menganalisis konsep-konsep pemikiran KHD berdasarkan pengalaman pembelajaran yang berpihak pada murid.
1. Kerangka pemikiran KHD
Pendidikan diartikan sebagai ‘tuntunan dal am hi dup tumbuhnya anak-anak’. Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi -tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ada 3 aliran dasar jiwa dan kekuasaan Pendidikan: Pertama, yaitu anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas yang belum ditulis, sehingga kaum pendidik boleh mengisi ker tas yang kosong itu menurut kehendaknya. Kedua, ialah aliran negative, yang berpendapat, bahwa anak itu lahir sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi sepenuhnya, sehingga pendidikan dari siapapun tidak mungkin dapat mengubah karakter anak. Pendidikan hanya dapat mengawasi dan mengamati supaya pengaruh yang jahat tidak mendekati diri anak. Ketiga, ialah aliran yang terkenal dengan nama convergentie-theorie. Teori ini mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penulis.
2. Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
1. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan. 2. Pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab. 3. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. 4. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.
3. Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun
Menurut KHD tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Dalam hal ini, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain.
4. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks local sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur. Jika ditinjau dari Pendidikan dengan perspektif global, KHD mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia.
5. Budi Pekerti
Menurut Ki Hajar Dewantara, Budi pekerti/ watak/ karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.
6. Interpretasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Pada masa pengasingan KHD masih berjuang untuk Pendidikan. Pada tahun 1922 KHD mendirikan Taman siswa. Rakyat Indonesia baik ningrat maupun rakyat biasa dapat mengenyam pendidikan di taman siswa. Perguruan ini memiliki semboyang "Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Prinsip ini berlaku untuk seluruh pamong dan siswa di Taman siswa. seletah indonesia merdeka KHD diangkat sebagai menteri pendidikan indonesia. dan semboyang Tut wuri Handayani hingga kini tetap dipakai dalam dunia pendidikan indonesia. 2 hal pemikiran KHD dalam pendidkan anak indonesia untuk mencapai kemerdekaan belajar, yaitu: 1. pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan. terdapat koneksi pendidikan dan kebudayaan yang merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. 2. inti dari filsafat KHD adalah perubahan. kebudayaan selalu bergerak dinamis sesuai kodrat alam dan zamannya. pendidikan juga terus berubah dan bergerak sesuai dengan zamannya.
7. Penugasan (Refleksi diri)
Pada kegiatan ini, saya mencoba refleksi diri dengan menghayati dan maknai pemikiran KHD sesuai dengan pengalaman dan konteks sosial budaya, lalu membuatlah sebuah rekaman vlog yang memberikan ilustrasi diri sebagai “pembelajar” sekaligus “pemelajar” yang dapat menginternalisasi gagasan KHD.
Nilai guru penggerak pertama yang akan dikuatkan setelah memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik adalah mewujudkan kepemimpinan. Ini merupakan nilai penting guru penggerak yang akan teroptimalkan setelah Bapak/Ibu memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik. Diantara kelima nilai ini yang perlu dikuatkan oleh guru penggerak menurut saya adalah Berpihak Pada Murid karena mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan serta dapat membuat murid aktif dalam pembelajaran dan mampu mengembangkan potensinya. Murid diberikan kebebasan untuk berpendapat, berkolaborasi dan berinovatif. Tindakan yang dapat saya lakukan adalah tergerak, bergerak dan menggerakkan untuk mengembangkan kompetensi dan kualitas professional sebagai guru dengan cara mengikuti pelatihan, workshop, pendampingan dalam setiap kegiatan, memberikan teladan yang baik pada murid, membangun kolaborasi dengan teman sejawat untuk membuat perencanaan dan strategi dalam pembelajaran.
Untuk melakukan perubahan yang sifatnya transformatif agar berdampak pada banyak murid, seorang guru penggerak tidak akan bisa jika melakukannya seorang diri. Oleh karena itu diperlukan pemikiran yang strategis dan kemampuan untuk menguatkan lingkaran pengaruh. Yaitu sejauh mana pengaruh kita sebagai seorang guru penggerak dalam membawakan perubahan atau dalam menggerakkan orang lain untuk turut serta membawa perubahan yang transformative yang berdampak langsung kepada murid.
Representasi visual dari konsep identitas diri yang dikenal sebagai "gunung es." Konsep ini menggambarkan bahwa bagian yang terlihat dari diri seseorang, seperti perilaku dan sikap, hanya merupakan bagian kecil dari gambaran yang lebih besar tentang siapa mereka sebenarnya. Di bawah permukaan, tersembunyi aspek-aspek seperti nilai-nilai, keyakinan, pengalaman masa lalu, dan motivasi yang membentuk identitas dan membawa pengaruh pada perilaku dan sikap yang dapat diamati. Membantu kita memahami bahwa seseorang adalah lebih dari sekadar apa yang terlihat dari luar, dan bahwa ada banyak faktor internal yang membentuk siapa mereka sebenarnya. Ini juga menyoroti pentingnya penggalian lebih dalam untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. Diagram gunung es ini mengajarkan pada saya bagaimana karakter seseorang ditumbuhkan.
Sebagai guru penggerak diharapkan mampu menjadi transformasi di lingkungan sekitarnya dan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Guru Penggerak juga berfokus sebagai pemimpin yang menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Peran Guru Penggerak diantaranya yaitu: pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid dan penggerak