Riwaya Pendidikannya :
Ia Memulai Pendidikan dari Sekolah Dasar Negeri 001 Panipahan yang tepatnya berada pada pulau kecil di seberang laut Bagan siApi-Api Rokan Hilir. Selanjutnya ia hijrah tempat dan sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ujung Tanjung dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atasnya di SMA Negeri 02 Tanah Putih - Rokan Hilir, Riau.
Semasa Sekolah ia sudah dipercayakan oleh Guru Ekstrakulikuler sebagai pengajar/pelatih Kepramukaan di MTsn dan SMAN 02 sambil ia belajar disana. Memulai karir dengan usaha dan pencapaiannya secara mandiri.
Hidup dari keluarga yang sederhana, memberanikan diri untuk mencalonkan diri dan mengikuti Sekolah Calon Bintara ( Secaba ) dibeberapa Tes akhirnya Gagal, Setelahnya ia Mencoba untuk kuliah dengan mendaftarkan diri pada kegiatan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SBMPTN ) dan Alhamdulillah Lolos di Universitas Riau Mengambil Program S1 di Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas Riau.
Memulai beberapa karir di kampus sebagai aktivis kampus dengan adanya amanah yang di ampu kala itu yakni Bupati Mahasiswa PPKn Universitas Riau dan diakhir Menjadi Plt. Gubernur Mahasiswa FKIP Universitas Riau setelah menjadi Wakil Gubernur Mahasiswa kala itu.
Saat ini ia berfokus belajar kembali di Kampus Universitas Negeri Padang, dengan mengambil studi Pascasarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Doakan mendapatkan nilai yang sempurna dan lulup diwaktu yang tepat.
-- Pembicara di agenda Kemahasiswaan Kampus --
NGapain Sekolah ? ...
Ini adalah pertanyaan besar dan bisa menampar online kepada kita semua. Ooopps jangan di ambil pusing yaa, Ada kok jawabannya.
Untuk lebih menarik dan untuk lebih mudah dipahami agan-agan semua silahkan disimak yaa Kanal YouTube di samping/diatas ini, semoga bermanfaat dan terus termotivasi.
Yuk... Semangat dan tetap belajar.
( Lanjutan ) Ngapain Belajar ?....
Seorang ibu bertanya kepada anaknya "Nak, apa yang kamu pelajari di sekolah hari ini?"
Anak itu berkata "tak banyak bu"
Fakta yang sedang tarjadi pada anak itu adalah, dia yang sudah lupa tentang pelajaran yang telah dipelajari. Hal ini bukan hanya terjadi pada anak itu, bahkan jutaan siswa akan mengatakan hal yang serupa.
Masalah yang seperti ini perlu adanya tindak lanjutan dari seorang guru bahkan sekolah sekalipun, bahwa tak banyak dari siswa yang mampu mengingat pelajaran yang telah berlangsung, bahkan seorang guru pun tak sadar bahwa banyaknya siswa yang menghindari kontak mata dengan guru agar mereka tidak selalu ditunjuk untuk maju, dan banyaknya siswa yang malu untuk mengangkat tangannya karena takut jawabannya salah dan ditertawakan. Hal tersebut membuktikan bahwa sekolah bukanlah lingkungan untuk belajar atau membangun kecerdasan.
Sebenarnya sekolah itu untuk apa? permasalahan lainnya, para siswa yang cenderung mendapatkan esai tambahan, kemudian latihan membaca 150 halaman, menjawab soal-soal yang terdapat disetiap halaman tersebut, dan mendapatkan beberapa tugas sekolah setiap minggunya.
Para siswa cenderung mendapatkan begitu banyak pekerjaan, akan tetapi para guru tidak mengajarkan tentang bagaimana caranya memanajemen waktu dengan baik untuk mengahadapi tugas tersebut. Hal yang seperti ini akan menjadi masalah yang sangat besar apa bila seorang guru bahkan sekolah sekalipun tidak mau melakukan perubahan tentang system yang sedang diterapkan di sekolahan tersebut.
System sekolah yang cenderung menerapkan duduk diam di bangku kelas, mengangkat tangan jika ingin bicara, dan memaksa murid untuk mendapatkan nilai A. Penerapan dengan model seperti itu akan mengakibatkan siswa yang dengan tingkat kemahiran yang berbeda, tingkat pemikiran yang tak sama, mmpunyai cara belajar yang bermacam-macam, merasa bahwa dirinya tak berguna di kelas.
Ada banyak kasus tentang siswa yang ketika pelajaran berlangsung tidak pernah mengangkat tangannya dan dia merasa bahwa dirinya gagal di kelasnya, padahal jika ditelusuri siswa tersebut memiliki bakat yang amat besar dan tersembunyi. Hal yang ditakuti ialah siswa tersebut tak pernah dianggap di kelas dan dirinya hanya dinilai dengan nilainya, karena guru yang cenderung memperhatikan bagi siswa yang mengangkat tangannya saja. Tragis bukan?
Bagaikan ikan kecil dilautan luas, berenang melawan arus di kelas untuk menjadi yang terbaik? Tidak menemukan bakat, mereka merasa bahwa dirinya bodoh, dan percaya bahwa mereka tidak ada gunanya dikelas.
Jika kita kaitkan seorang dokter yang cenderung menyamaratakan semua obat untuk orang yang berbeda penyakit tentu hasilnya akan sangat mengenaskan. Hal ini juga serupa dengan seorang guru, berdiri dihadapan siswanya, yang mana masing-masing siswa tersebut memiliki pola pikir yang beragam, dan seorang guru mengajarkan mereka hal yang sama dengan cara yang sama, tentu hasilnya amat sangat begitu menakutkan.
Mari kita ubah permasalahan yang kerap dianggap sepele seperti kecenderungan seorang guru untuk tidak mengajarkan dengan cara yang sama bagaikan satu cetakan kue, satu ukuran untuk semua orang. Dan juga, tidak hanya memberi beban tugas akan tetapi mengajarkan cara untuk memanajemen waktu yang baik dan benar. Dan yang terpenting adalah mengajarkan mereka agar mampu berfikir kreatif, inovatif, kritis dan mandiri. #As