MODEL DAN STRATEGI PENGAWAS SEKOLAH DI MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Kemunculan pandemi Covid-19 di Indonesia membuat kaget seluruh lapisan masyarakat. Tak terkecuali pengawas sekolah. Tugas-tugas kepengawasan yang sebelumnya berjalan normal dengan cara konvensional tatap muka, tiba-tiba harus berubah daring karena tidak dapat melakukan kunjungan langsung ke sekolah.
“Pandemi merupakan tantangan yang bisa dijadikan peluang oleh teman-teman pengawas sekolah,”
MOMENTUM PERUBAHAN PENGAWAS SEKOLAH
Menurut Prof. Tri, pandemi meski menjadi musibah namun di sisi lain juga pembawa berkah. Dengan adanya pandemi jadi memunculkan peluang karena membawa perubahan dan tugas baru, khususnya kepada pengawas sekolah. “Pola pikir pengawas sekolah berubah secara frontal,” katanya.
Sebelum ada pandemi Covid-19, pengawas sekolah terbiasa melaksanakan tugas-tugas sebagaimana biasa. Bahkan tak sedikit yang merasa jenuh karena terus mengulang pola pekerjaan dan kebiasaan yang sama. Di antaranya melakukan kegiatan supervisi akademik, manajerial, membina dan melatih guru dan kepala sekolah. “Begitu ada pandemi, mendadak heboh. Pengawas mulai mencari cara baru untuk bisa melakukan tugasnya. Mereka mencari tahu bagaimana mengakses aplikasi digital yang dapat difungsikan sebagai media bekerja,” kata Prof Tri. Lihat: Transformasi Menuju Pengawas Sekolah Era Digital.
Agus Sukoco Ketua Pengurus APSI Pusat juga sepakat bahwa pandemi menjadi momentum tepat bagi pengawas sekolah melakukan perubahan. “Saatnya pengawas sekolah melakukan transformasi dari pengawasan manual menjadi pengawasan digital. Pengawas sekolah harus bisa memaksimalkan teknologi di masa pandemi ini,”
Menurut Sukoco, pengawas sekolah memiliki peran sangat strategis dalam struktur pendidikan Indonesia. Sukoco sudah menggagas APSI sebagai rumah digital bagi pengawas sekolah. “Rencananya rumah ini akan kita bangun ke depan. Mungkin sampai satu hingga dua tahu ini,” ujar pengawas SMP dari Jakarta Timur ini.
Pertama adalah pembelajaran secara daring, baik secara interaktif maupun non interaktif. Hal ini perlu dilakukan meskipun tidak semua anak-anak dapat melakukan itu karena faktor infrastruktur. Dalam hal ini yang paling penting adalah pembelajaran harus terjadi meski di rumah. Tanpa para guru harus memiliki target bahwa kurikulum harus tercapai. Bukan memindahkan sekolah di rumah, namun pilihlah materi-materi esensial yang perlu dilakukan oleh anak-anak di rumah,
Kedua adalah tenaga pengajar atau guru harus memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang kecakapan hidup, yakni pendidikan yang bersifat kontekstual sesuai kondisi rumah masing-masing, terutama pengertian tentang Covid-19, mengenai karakteristik, cara menghindarinya dan bagaimana cara agar seseorang tidak terjangkit.
Ketiga adalah pembelajaran di rumah harus disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing anak. Jadi jangan disama-ratakan untuk semua anak, harus memperhatikan semua kondisi lingkungan anak-anak, termasuk akses terhadap internet.
Keempat adalah bagi para tenaga pengajar atau guru, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa tidak harus dinilai seperti biasanya di Sekolah, akan tetapi penilaian lebih banyak kualitatif yang sifatnya memberi motivasi kepada anak-anak.
berdasar Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 yang memandatkan untuk siswa belajar dari rumah (via daring) akibat dari pandemi Covid-19, penggunaan perangkat smartphone maupun teknologi lain sebagai media untuk belajar semakin marak digunakan. Namun kondisi ini akan semakin menyusahkan ketika guru atau siswa dengan tingkat pemahaman teknologinya masih rendah. Oleh karena itu, artikel ini membahas tentang persepsi guru dan siswa tentang penggunaan media edutainment yang notabene sangat diperlukan dalam situasi pandemi ini. Persepsi ini dipandang penting karena dalam memahami siswa dapat membantu para guru dalam mengintegrasikan media edutainment ini. Selain persepsi ini juga dapat membantu para praktisi pendidikan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas suatu aplikasi atau perangkat yang mendukung pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 ini. Sehingga studi ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan media edutainment saat belajar dari rumah mulai diberlakukan akibat dari Covid-19.
Guru besar University of Applied Science and Arts, Hannover, Germany and Senior Experten Services (SES) Germany, Prof. Dr. Gerhad Fortwengel, menyebutkan wabah corona ini justru menjadi katalis hebat yang memacu dunia pendidikan. Seperti mendorong lebih banyak pemanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas pembelajaran jarak jauh. Dalam hal ini kegiatan belajar siswa dapat dilakukan secara daring,lurin atau penggabungan daring dan luring (blended).
Dengan pembelajaran daring peserta didik memiliki keleluasaan dalam waktu belajar. Dalam hal perkembangan teknologi yaitu revolusi industri 4.0 maka sangat cocok disandingkan. Mengingat perkembangan industri ini merupakan eranya teknologi dimana semua kegiatan dilakukan dengan menggunakan basis teknologi.
Pandemi covid-19 ini mampu mempercepat penerapan pendidikan era revolusi 4.0 dengan melakukan sistem pembelajaran daring atau jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Melalui pembelajaran daring ini cukup membantu dunia pendikan di Indonesia saat situasi pandemic covid-19. Dalam pembelajaran daring seperti ini dapat memanfaatkan teknologi informasi seperti whatsapp, google classroom, zoom, telegram ataupun media lainnya.
Dengan demikian, guru dapat memastikan peserta didik mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Selain melalui media tersebut Kemendikbud juga telah menghadirkan tayangan-tayangan edukatif melalui program Belajar dari Rumah atau BDR di stasiun televisi TVRI.
Pembelajaran ini merupakan inovasi pendidikan untuk menjawab tantangan akan ketersediaan sumber belajar yang variatif. Keberhasilan dari media pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nakaya (2007) bahwa dari semua literature dalam e-learning mengindikasikan bahwa tidak semua peserta didik akan sukses dalam pembelajaran online. Hal tersebut dikarenakan faktor lingkungan belajar dan karakteristik peserta didik.
Melalui pembelajaran daring guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu juga, guru harus merancang pembelajaran daring dengan memanfaatkan media yang tepat dan sesuai. Dengan begitu, pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk mengeksplor materi yang diajarkan.