Salah satu persepsi masyarakat terhadap bawang adalah dapat menyebabkan bau badan. Benar tidak ya? Apa hanya mitos? Nah, untuk itu, mari simak ulasan di bawah ini yuk!
Bawang merupakan tumbuhan penting bagi manusia yang termasuk dalam Genus Allium (Widians et al. 2019). Bawang adalah rempah yang sangat dibutuhkan pada hampir semua jenis makanan. Jenis-jenis bawang antara lain adalah bawang merah, bawang putih, dan bawang bombai. Selain digunakan sebagai rempah, bawang juga biasa digunakan sebagai obat tradisional.
Bau badan atau bromhidrosis merupakan keadaan kronis yang ditandai dengan bau yang berlebihan (Siskawati et al. 2014). Sekresi apokrin bertanggung jawab terhadap produksi bau badan yang ditimbulkan, terutama melalui kerja bakteri pada komponennya (Setiawan dan Suling 2018). Bau badan dapat mengganggu kenyamanan diri pribadi maupun hubungan sosial dengan orang lain. Selain itu, bau badan juga dapat menjadi pertanda kurang bersihnya keadaan tubuh bahkan pertanda suatu penyakit tertentu.
Banyak masyarakat menganggap terlalu banyak makan bawang dapat menyebabkan bau badan. Ternyata hal ini benar. Menurut Siskawati et al. (2014), salah satu penyebab bau badan adalah konsumsi makanan tertentu, misalnya bawang. Bawang mempunyai aftertaste yang lebih lama sehingga molekul-molekul yang berkaitan dengan rasa dan aroma bawang bisa masuk ke aliran darah dan bersirkulasi dalam tubuh, kemudian mengalir ke luar dari antara sel-sel tubuh seperti air liur dan keringat yang dapat menyebabkan bau badan. Senyawa tersebut juga dapat mengalir dari paru-paru ke tenggorokan sebelum keluar dari mulut. Oleh karena itu, konsumsi bawang secukupnya saja agar terhindar dari bau badan dan tetap mendapatkan manfaat yang diperoleh dari bawang.
Stay healthy, stay productive!
Sumber :
Setiawan S, Suling PL. 2018. Gangguan Kelenjar Keringat Apokrin : Bromhidrosisdan Kromhidrosis. Jurnal Biomedik. 10(2):80-84.
Siskawati Y, Bernadette I, Menaldi SL. 2014. Bau badan : patogenesis dan penatalaksanaan. MDVI. 41(1):32 – 41.
Widians JA , Pakpahan HS , Budiman E, Haviluddin, Soleha M. 2019. Klasifikasi Jenis Bawang Menggunakan Metode KNearest Neighbor Berdasarkan Ekstraksi Fitur Bentuk dan Tekstur. JURTI. 3(2):139-146.
Muslimah
Dengan surga ia disandingkan
Kemuliaan yang menjadi hiasan
Indah bukan hanya dipandangan
Tutur kata dan laku sopan
Senantiasa menyempurna keindahan
Cita-cita
Bukan angan belaka
Tapi nyata dengan kerahkan seluruh daya
Menjadi fokus dalam mengarungi kehidupan
Berharap ridho Allah yang bertuan
Duhai ukhty yang hatinya Allah lembutkan. Sepucuk rangkaian kata ini aku persembahkan sebagai rasa kasih sayang. Berharap menjadi penggerak untuk peradaban Islam yang gemilang.
Bila ditanya, mengapa seorang muslimah harus mempunyai cita-cita? Jawaban pertama adalah karena Allah sendiri yang perintahkan. Dalam al-Qur’an Surat al-Hasyr[59]:18 Allah SWT berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."
Memang tak tersurat Allah perintahkan. Tapi adakah kau sadar bercita-cita adalah merencana masa depan? Maka menjadi jelas bahwa setiap insan tak terkecuali muslimah hendaknya mempunyai cita-cita. Bercita-cita berarti menentukan fokus mengarungi kehidupan. Peran apa yang akan kita ambil sebagai andil dalam dunia yang penuh kefanaan. Bercita-cita merupakan bentuk ikhtiar menjadi sebaik-baik insan. Bercita-cita tak cukup sekedar berangan. Ada peluh yang dikorbankan, ada waktu yang rela dilewatkan, ada materi yang perlu dikeluarkan. Sepenuh daya dikerahkan untuk menggapai asa merajut cita mulia.
Duhai ukhty, kiranya aku ingin bercerita, tentang seorang sahabat muslimah yang jua punya cita-cita besar. Ia sangat rajin belajar. Siang malam dihabiskannya dengan berikhtiar. Ia sangat rapi menyusun perencanaan masa depan. Satu per satu mimpi ia taklukkan. Prestasi gemilang tak henti berdatangan. Hingga kini ia telah berkeluarga, tetapi masih tetap melanjutkan pendidikannya dengan harap menjadi sebaik insan. Memadukan peran utama sebagai seorang ibu lagi peran untuk kemajuan peradaban. Berkelana mengelilingi dunia, menebar cahaya keislaman dengan caranya dengan berbagai penelitian, memutus pandangan merendahkan terhadap muslimah yang katanya identik dengan kelemahan. Muslimah yang berdaya, muslimah yang digdaya! Adakah kau kenal ia? Ya, ialah Dewi Nur Aisyah yang kini sedang menjadi sorotan sekaligus menjadi teladan bagi muslimah. Motivasi bermunculan, menguatkan keinginan untuk terus menebar kebermanfaatan.
Umumnya orang menganggap cita-cita selalu berhubungan dengan 'menjadi orang besar' atau orang yang terpandang dan hebat. Padahal, cita-cita bukan hanya tentang 'hal besar'. Hal kecil dan sederhana bisa menjadi cita-cita yang luar biasa. Misalnya, cita-cita menjadi seseorang yang rutin memberi makan orang miskin. Atau sesederhana ingin membuat orang lain tersenyum bahagia. Bukankah itu merupakan cita-cita yang mulia? Lantas cita-cita seperti apakah yang harus dimiliki seorang muslimah? Untuk menjadi muslimah yang berdaya dan bermanfaat untuk umat, kita bisa menggeluti bidang yang disukai. Contohnya muslimah A senang menganalisis kesehatan seseorang terutama dari apa-apa yang dikonsumsinya, maka muslimah A bercita-cita ingin menjadi ahli gizi dengan harap bisa memperbaiki gizi anak Indonesia agar sehat sehingga berprestasi dan membawa peradaban yang lebih baik, tentu dengan berlandaskan agama Islam. Menjadi apapun itu, percayalah yang terpenting adalah adanya kebermanfaatan yang tertebar. Nabi SAW pernah bersabda, "Khoirunnas anfa'uhum linnas", yang artinya, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain", tak peduli apakah terlihat oleh masyarakat atau tidak. Namun perlu diingatkan, cita-cita apapun tetap tujuan utama adalah menggapai ridho lillahi ta'ala. Tak ada hal lain yang lebih utama daripadanya.
Duhai ukhty, adakah kau sadar tugas kita sebagai muslimah sehingga perlu bercita-cita? Ingatkah engkau pada sebuah kata, "al-ummu madrasatul ula". Itu merupakan tugas mulia kita di dunia yaitu menjadi madrasah pertama yang tak cukup sekedar menjadi kata, tetapi perlu rangkaian tempa agar sempurna membentuk generasi penerus bangsa dan agama. Ingatlah bahwa anakmu berhak lahir dari rahim seorang ibu yang cerdas. Menjadi cerdas merupakan cita-cita dan bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Saat seseorang mempunyai cita-cita, ia pasti akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Seseorang itu akan mempunyai himmah (semangat) yang besar yang mampu melampaui keterbatasannya. Hal ini dirasa perlu karena himmah akan mendorong seseorang untuk berbuat yang terbaik. Sikap-sikap baik akan muncul, contohnya seorang muslimah menjadi lebih tangguh, terencana, cakap, dan cerdas. Sikap-sikap ini sangat dibutuhkan sebagai modal awal menjadi seorang ibu, tugas mulia seorang perempuan. Muslimah yang sudah terbiasa memiliki cita-cita akan lebih mudah mengajarkan kepada anaknya untuk terus bersemangat menggapai cita-cita. Semangatnya dalam mencapai cita-cita akan ia tularkan kepada anaknya. Hikmah-hikmah yang didapatkan akan ia bagi kepada anaknya. Sehingga anaknya kelak akan tumbuh dengan penuh semangat dan mempunyai cita-cita yang hebat pula.
Hakikatnya muslimah diciptakan penuh kemuliaan sehingga surga disandingkan dengannya. Artinya, betapa penting kontribusi muslimah sebagai dasar membangun peradaban. Darinya, lahir generasi-generasi yang kelak akan melanjutkan estafet kepemimpinan. Darinya pula ditentukan nasib umat, nasib Islam dan kaum muslimin. Inilah peran besar muslimah yang tidak boleh dianggap remeh dan hina. Sehingga, muslimah harus memiliki cita-cita yang besar, karena perannya yang juga begitu besar untuk peradaban.
Duhai ukhty, melihat urgensi cita-cita, memang sepantasnya cita-cita melekat pada setiap jiwa muslimah sebab Allah yang langsung perintahkan kepada kita. Bercita-cita sebagai langkah awal merencana masa depan dan menjalani kehidupan yang penuh kebermanfaatan. Cita-cita sebagai jembatan membentuk pribadi muslimah yang berdaya sehingga dapat menjadi madrasatul ula yang melahirkan generasi cendekia dalam rangka membangun peradaban mulia dan menggapai ridho Allah ta’ala.