Michael Fullan adalah Direktur Kepemimpinan Global, Pedagogi Baru untuk Pembelajaran Mendalam mengatakan bahwa:
"Pembelajaran mendalam berarti menjadi pandai dalam kehidupan, bukan pandai dalam nilai".
Michael Fullan mengulang gagasan bahwa "nilai bagus tidak membuat Anda pandai menjalani hidup." Kemudian beliau mengutip pendapat John Dewey, Fullan mengingatkan kita bahwa "pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup...melainkan hidup itu sendiri." Hidup itu berantakan dan rumit, tidak teratur dan dangkal. Anak muda yang sukses membutuhkan keterampilan sebagai seorang pembelajar mendalam, bukan sekadar penjawab soal ujian. Bagi Fullan, pembelajaran mendalam tercermin dalam konsep 6C (kreativitas, komunikasi, pemikiran kritis, kewarganegaraan, kolaborasi, dan karakter). Menguasai 6C adalah persiapan terbaik siswa untuk kehidupan yang sukses dan bermakna.
Sebelumnya pembelajaran mendalam berawal dari penelitian tentang strategi pemrosesan mental oleh Marton dan Säljö di Swedia . Dalam serangkaian eksperimen, mereka meneliti pendekatan siswa terhadap pembelajaran ketika diminta untuk menjawab pertanyaan pemahaman setelah membaca teks. Mereka menemukan dua perilaku yang berbeda; beberapa siswa berusaha menyimpan fakta-fakta yang terisolasi tanpa refleksi apa pun (pendekatan permukaan). Yang lain memprosesnya secara kritis dan mencoba menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada (pendekatan mendalam). Seorang siswa, yang menggunakan pendekatan pembelajaran mendalam mengarahkan pembelajarannya sendiri, mencoba memahami konten dan prosedur pembelajaran, dan memodifikasi keyakinan, perilaku, dan nilai-nilainya sesuai dengan itu. Di ujung spektrum yang berlawanan, seorang pelajar dengan pendekatan permukaan agak apatis terhadap domain yang dipelajari, didorong oleh tekanan atau stres ujian dan karenanya memilih untuk menghafal fakta. Di luar kedua orientasi ini, ada bukti dimensi pragmatis lain yang menggantikan kinerja jangka pendek yang ditentukan oleh persyaratan penilaian kursus, yaitu pendekatan strategis untuk belajar.
Pembelajaran yang lebih mendalam menganjurkan pembelajaran di luar hafalan, akumulasi fakta yang dangkal. Pembelajaran yang lebih mendalam dikaitkan dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan penguasaan keterampilan transversal. Pembelajaran yang lebih mendalam berpotensi memberikan efek yang diinginkan seperti peningkatan ingatan informasi, insentif intrinsik, pengetahuan yang bertahan lama, dan pemahaman terstruktur tentang proposisi utama fenomena konseptual dan prosedural yang diteliti. Pembelajaran yang lebih mendalam bertujuan untuk mengembangkan enam kompetensi inti: kemahiran konten akademis inti; berpikir kritis dan pemecahan masalah yang kompleks; kerja sama; komunikasi; pembelajaran seumur hidup; pola pikir akademis. Untuk menumbuhkan kompetensi ini, strategi pengajaran seperti pembelajaran berbasis masalah dan berbasis proyek telah terbukti efektif. Pendekatan pengajaran yang aktif dan berpusat pada siswa direkomendasikan termasuk studi kasus autentik, kerja kelompok kecil, proyek interdisipliner, bimbingan, eksplorasi terbuka, penerapan pengetahuan di luar batas kelas, pembelajaran yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan individu.
Perbedaan antara pendekatan mendalam dan pendekatan dangkal dalam pembelajaran diilustrasikan dalam contoh berikut: John dan Melissa mengikuti mata kuliah wajib inti tentang mekanika fluida untuk meraih gelar Teknik Mesin. John sangat tertarik dengan teknik industri dan tidak melihat manfaat mata kuliah ini dalam jangka pendek maupun panjang. Oleh karena itu, ia membolos atau kurang memperhatikan pelajaran di kelas dan belajar. Ia bermaksud untuk mengerjakan tugas seminimal mungkin agar memperoleh nilai yang cukup dalam ujian akhir. Melissa terpesona dengan keterkaitan mata kuliah tersebut dengan mata kuliah matematika sebelumnya serta aplikasi di masa mendatang dalam berbagai bidang. Ia mencatat selama kuliah, mengajukan pertanyaan, dan terdorong untuk mencari dan mempelajari materi tambahan di luar buku teks mata kuliah tersebut. Sikap John merupakan contoh pendekatan dangkal dalam pembelajaran, sedangkan Melissa menunjukkan pendekatan mendalam atau bermakna dalam pembelajaran.
Peneliti yang sama kemudian merumuskan hierarki enam konsepsi pembelajaran, fase-fase yang dialami siswa selama masa belajar mereka. Tiga konsepsi terendah terdiri dari pendekatan permukaan untuk pembelajaran: akumulasi pengetahuan kuantitatif, hafalan dan penyimpanan, perolehan fakta untuk pemanfaatan di masa mendatang. Tiga fase berikutnya merupakan ciri khas pendekatan pembelajaran mendalam: pembuatan makna melalui abstraksi, rekonseptualisasi realitas, interpretasi, dan akhirnya pertumbuhan pribadi holistik. Selain itu, ada pandangan alternatif terhadap pembelajaran mendalam. Lebih khusus lagi, Ohlsson mengonseptualisasikan pembelajaran mendalam sebagai kemampuan untuk melakukan perkembangan dan perubahan kognitif yang esensial, non-monotonik. Di antara yang lain, ia mengidentifikasi tiga kategori pergeseran mental non-monotonik: (i). kemampuan untuk menghasilkan solusi baru untuk masalah dan mencapai wawasan kreatif, (ii). adaptasi kompetensi kognitif melalui eksperimen berulang, dan (iii). pergeseran nilai dan persepsi melalui pemikiran kritis. Pembelajaran mendalam terjadi melalui keterlibatan siswa secara aktif dan terutama dalam kegiatan konstruksi yang bermakna. Pembelajaran mendalam dikaitkan dengan pemikiran polimorfik (yaitu, kreatif, kritis, reflektif, dan peduli) dan proses serta kemampuan pemecahan masalah. Gagasan pembelajaran mendalam tidak boleh disamakan dengan teknik pemrosesan komputasional pembelajaran mendalam yang digunakan untuk analisis dan representasi data dalam bidang kecerdasan buatan.
Sebenarnya Deep Learning ini ada beberapa konsep yang berbeda, misalnya Deep Learning kita cari di Wikipedia merupakan bagian dari pembelajaran mesin atau lebih luasnya disebut dengan Artificial Intelegence (AI). Tapi sebenarnya bukan pendekatan itu yang akan diterapkan dalam kurikulum kita ke depan, tapi adalah pendekatan pembelajaran Deep Learning yang dikembangkan oleh Michael Fullan Professor Emeritus dari Universitas Toronto Kanada. Pembelajaran mendalam dengan menyesuaikan dengan nilai-nilai kita di Indonesia dapat didefenisikan sebagai berikut:
PEMBELAJARAN MENDALAM MERUPAKAN PENDEKATAN YANG MEMULIAKAN DENGAN MENEKANKAN PADA PENCIPTAAN SUASANA BELAJAR DAN PROSES PEMBELAJARAN BERKESADARAN (MINDFUL), BERMAKNA (MEANINGFUL), DAN MENGGEMBIRAKAN (JOYFUL) MELALUI OLAH PIKIR (INTELEKTUAL), OLAH HATI (ETIKA), OLAH RASA (ESTETIKA), DAN OLAH RAGA (KINESTETIK) SECARA HOLISTIK DAN TERPADU.
Dari defenisi di atas ada kata memuliakan merupakan tambahan dari defenisi asli dari pembelajaran mendalam yang ditulis oleh Michael Fullan dan begitu juga dengan olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga ini merupakan filosofi dari Ki Hajar Dewantara dan tokoh pendidikan lainnya. Secara ringkas dapat dilihat pada gambar di bawah ini kerangka berpikir pembelajaran mendalam:
Kriteria Utama Pembelajaran Mendalam
Kriteria ini akan mendefinisikan dan menggambarkan pembelajaran mendalam serta membantu menentukan apakah seorang guru telah menerapkan pembelajaran mendalam di kelasnya:
1. Guru memiliki pola pikir pembelajaran mendalam. Ia berupaya keras untuk melampaui pemahaman dasar dan pengembangan keterampilan, serta berusaha agar siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam, kemampuan menerapkan konsep, ide, dan keterampilan utama, serta pemahaman tingkat lanjut, pemikiran kritis dan kreatif, dan pengembangan keterampilan "belajar untuk belajar".
2. Siswa sangat terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka diberi kesempatan lebih besar untuk mengajukan pertanyaan, membangun makna, berbicara dan belajar dari dan dengan orang lain, mengembangkan alternatif dan solusi, memberikan wawasan dan solusi mereka sendiri, dan berpikir lebih mendalam dengan kompleksitas yang lebih besar. Mereka umumnya adalah pelajar yang lebih mandiri, bijaksana, kolaboratif, dan proaktif.
3. Aktivitas pembelajaran mempromosikan “tantangan berpikir tingkat tinggi”. Tantangan ini seperti menganalisis data, membangun interpretasi, mengembangkan sudut pandang yang dibangun dengan cermat, dan mencari tahu solusi dari masalah yang kompleks.
4. Siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pembelajaran pada situasi autentik. Hal ini dilakukan untuk membangun pemahaman dan keterampilan belajar yang mendalam, mengembangkan rasa ingin tahu dan minat, mendorong kebiasaan berpikir kritis, dan menggambarkan nilai pembelajaran di luar sekolah.
Prinsip Umum Pembelajaran Mendalam
Melaksanakan pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Mendalam membuat lebih mungkin bahwa siswa akan paham dengan prinsip-prinsip umum yang mendasari materi inti yang mereka pelajari dan mereka mampu mentrasfer pengetahuan tersebut untuk memecahkan masalah baru di bidang mata pelajaran yang sama ataupun antar mata pelajaran.
Prinsip-prinsip dan praktik-praktik ini didasarkan pada penelitian dalam domain kognitif dan hal ini dapat diterapkan, yaitu:
1. Gunakan representasi konsep dan tugas yang beragam dan bantu siswa memahami memahami bagaimana representasi yang berbeda dari konsep yang sama”dipetakan” atau terkait satu sama lainnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa menambahkan diagram ke sebuah teks atau menambahkan animasi ke sebuah narasi yang menggambarkan bagaimana sebuah sistem menkanis atau biologis bekerja dapat meningkat kinerja siswa pada tes transfer pemecahan masalah berikutnya. Selain itu memungkinkan siswa untuk menggunakan benda kongkrit untuk mewakili prosedur aritmatika telah menunjukkan peningkatan kinerjanya pada tes transfer antar konsep.
2. Mendorong elaborasi, bertanya, dan menjelaskan diri sendiri.
Teknik elaborasi, bertanya, dan menjelaskan secara pribadi mengharuskan siswa untuk aktif terlibat dengan materi pembelajaran melampaui hasilnya adri sekedar meghafal untuk memproses isi dalam kata-kata mereka sendiri. Beberapa teknik khusus untuk membantu pembelajaran mendalam termasuk:Mendorong siswa yang sedang membaca sebuah teks untuk menjelaskan materi dengan bahasa sendiri secara lantang.
· Bertanya kepada siswa tentang materi yang baru dipelajari dengan pertanyaan mengapa, bagaimana jika, bagaimana jika tidak, dan jadi apa?
· Menggunakan praktik pembelajaran yang menetapkan aturan kelas dengan siswa bertanya dan yang lain menjawab serta membenarkan.
· Meminta siswa untuk meringkas apa yang telah mereka pelajari secara tertulis.
· Meminta siswa menguji dirinya tanpa masukan dari luar dengan bertanya kepada diri sendiri tentang materi yang baru dipelajari.
3. Libatkan siswa dalam tugas-tugas yang menantang dengan bimbingan dan umpan balik yang konstruktif.
Meminta siswa untuk menyelesaikan masalah yang menantang sambil diberi panduan kognitif yang spesifik sepanjang proses pembelajaran seperti umpan balik, nasehat, dan petunjuk yang jelas akan menghasilkan pembelajaran mendalam.
4. Pembelajaran dengan memberikan contoh dan kasus.
Pembelajaran dengan menggunakan contoh dan kasus membantu siswa melihat bagaimana suatu prinsip atau metode umum relevan dnegan berbagai situasi dan masalah. Sebuah contoh yang berhasil ketika seorang guru mencontohkan cara melaksanakan prosedur misalnya memecahkan masalah prmbantuobalitas sambil menjelaskan langkah demi langkah. Memberikan contoh kerja keras kepada siswa saat mereka mulai mempelajari keterampilan prosedural baru dapat membantu mereka mengembangkan pemahaman lebih dalam tentang suatu keterampilan. Khususnya pembelajaran mendalam siswa difasilitasi ketika masalah dipecah menjadi langkah-langkkah yang bermakna secara konseptual dengan dipaparkan dengan jelas, penjelasannya secara bertahap dihilangkan dengan meningkatnya praktik atau ini diistilahkan dengan metode schafolding.
5. Berikan siswa dengan motivasi terbaik.
Cara lain untuk mendorong pembelajaran mendalam dalah motivasi terbaik kepada siswa sehingga mereka mau mengerahkan segala usaha belajarnya. Penelitian menunjukkan bahawa siswa belajar lebih mendalam ketika mereka:
· Menghubungkan kinerja mereka dengan usaha daripada kemampuan.
· Mempunyai tujuan untuk menguasai materi daripada tujuan untuk berkinerja baik atau berkinerja buruk.
· Berharap untuk berhasil dalam tugas pembelajaran dan menghargai tugas pembelajaran.
· Percaya mereka mampu mencapai tugas yang ada.
· Percaya bahwa kecerdasan dapat diubah daripada tetap (growth mindset).
· Tertarik pada tugasnya.
Terdapat bukti yang baik bahwa pendekatan-pendekatan motivasi semacam ini dapat dikembangkan kepada siswa melalui teknik pemodelan teman sebaya.
6. Gunakan asesmen formatif.
Asesmen formatif adalah asesmen yang digunakan sepanjang proses pembelajaran untuk memantau kemajuan belajar siswa dan meneyesuaikan pembelajaran bila diperlukan dalam rangka untuk terus meningkatkan pembelajaran siswa. Pembelajaran mendalam ditingkat ketika asesmen formatif digunakan untuk:
· Membuat tujuan pembelajaran lebih jelas bagi siswa.
· Terus menerus memantau, memberikan umpan balik, dan menanggapi kemajuan belajar siswa.
· Melibatkan siswa dalam penilaian diri dan teman sebaya.
Penggunaan asesmen formatif ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa latihan yang disertai dengan umpan balik sangat penting dalam pembelajaran mendalam.
Untuk prinsip secara khusus Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan tiga prinsip Pembelajaran Mendalam yaitu Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan.
Berkesadaran: Pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Peserta didik memahami tujuan pembelajaran termotivasi secara intrinsik untuk belajar serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.
Bermakna: Peserta didik dapat menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi nyata. Proses belajar peserta didik tidak sebatas hanya memahami informasi/penguasaan konten, namun berorientasi pada kemampuan mengaplikasikan pengetahuannya.
Menggembirakan: Pembelajaran yang menggembirakan merupakan suasana belajar yang positif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi. Rasa senang dalam belajar membantu peserta didik terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan.
Kunci Utama Penerapan Pembelajaran Mendalam
Secara keseluruhan, tidak ada solusi ajaib yang dapat menjamin transfer pengetahuan pada siswa kita, tetapi kita semua dapat memastikan bahwa kelas kita kondusif untuk pembelajaran dan bahwa siswa kita mendapatkan banyak kesempatan berlatih setelah pembelajaran yang efektif. Kita percaya bahwa pengajaran untuk pembelajaran mendalam adalah usaha yang berharga, karena hal itu mendorong retensi pengetahuan jangka panjang dan mempersiapkan siswa dengan lebih baik untuk menghadapi tantangan yang akan mereka hadapi di dunia nyata. Ada beberapa kunci utama dalam menerapkan pembelajaran mendalam, yaitu:
Terapkan model menekankan pekerjaan proyek jangka panjang dan mendalam, magang intensif terintegrasi, fokus pada pembuatan rencana pembelajaran individual untuk siswa, dan pekerjaan kelas kolaboratif. Selain itu juga dapat menggunakan strategi dan pendekatan untuk mengatasi kebutuhan unik populasi siswa (misalnya, pengembangan bahasa atau pemulihan putus sekolah).
Mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan penguasaan materi pelajaran esensial dan keterampilan berpikir kritis. Penerapan proyek mulai dari proyek semester dengan berbagai komponen dan penilaian untuk proyek jangka pendek yang menangani unit tertentu. Proyek biasanya terlibat koneksi dan pengalaman dunia nyata, tugas-tugas yang dibedakan berdasarkan tingkat keterampilan siswa, dan serangkaian strategi penilaian untuk mengukur keterampilan kognitif pembelajaran siswa yang lebih dalam.
Pengembangan keterampilan interpersonal merupakan tujuan salah satu tujuan dari pembelajaran mendalam melalui pembelajaran, penilaian, dan kesempatan magang. Kerja kelompok dan penilaian yang mencakup presentasi dan menulis laporan adalah fitur umum dari program pembelajaran. Peluang magang dimaksudkan untuk dibangun keterampilan berkomunikasi dan kemampuan siswa untuk bekerja dengan anggota masyarakat.
Menggunakan berbagai struktur dan strategi untuk mendorong pengembangan pola pikir akademik dan keterampilan belajar untuk belajar. Strategi yang relevan termasuk magang, proyek, kelompok belajar, dan partisipasi siswa dalam pengambilan keputusan untuk memungkinkan siswa memantau dan mengarahkan pembelajarannya serta mengembangkan keterampilan agar berhasil pelajar. Selain itu juga fokus secara eksplisit pada pendekatan individual untuk belajar sebagai sarana mengembangkan pembelajaran mandiri dan keterampilan manajemen diri atau diistilahkan dengan metakognisi.
Membentuk struktur dan budaya untuk mendukung implementasi strategi pengajaran selaras dengan pembelajaran mendalam. Ini termasuk penasehat kelas, penjadwalan alternatif, dan lingkungan belajar yang dipersonalisasi. Kelas konsultasi dan lingkungan belajar yang dipersonalisasi membantu membangunnya hubungan yang kuat antara siswa dan guru, melibatkan siswa dalam tugas sekolah mereka, dan menyediakan lingkungan di mana siswa merasa didukung dengan baik dalam pembelajaran mereka. Alternatif penjadwalan (seperti jadwal blok, fleksibel, atau diperpanjang) memungkinkan siswa untuk melakukannya berpartisipasi dalam magang dan mengakomodasi pekerjaan proyek dan intervensi sebelum atau sepulang sekolah
Pembelajaran mendalam adalah istilah umum untuk keterampilan dan pengetahuan yang harus dimiliki siswa untuk sukses di pekerjaan dan kehidupan abad 21. Intinya adalah seperangkat kompetensi dimana siswa harus menguasainya untuk mengembangkan pemahaman yang tajam tentang konten akademik dan menerapkan pengetahuan mereka pada masalah di kelas dan di dalam kehidupannya. Kerangka pembelajaran yang lebih mendalam mencakup enam kompetensi siswa yang penting untuk persiapannya mencapai prestasi yang tinggi.
Landasan pembelajaran mendalam adalah penguasaan materi esensial, baik dalam bidang mata pelajaran tradisional seperti matematika atau bidang interdisipliner yang menggabungkan beberapa bidang studi utama. Siswa diharapkan menjadi peserta aktif dalam pendidikannya. Idealnya, mereka terlibat secara langsung dalam kurikulum yang menantang yang mengharuskan mereka untuk mencari dan memperoleh pengetahuan baru, menerapkan apa yang telah mereka pelajari, dan mengembangkannya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pengetahuan tersebut.
Penelitian kognitif menunjukkan bahwa siswa belajar lebih banyak ketika mereka terlibat dalam studi mereka dan melihatnya sebagai hal yang penting. Otak berfungsi dengan mengatur informasi ke dalam database dimana hal-hal yang berhubungan satu sama lain dihubungkan. Ini menentukan informasi apa yang layak untuk dipertahankan dalam memori jangka panjang dan membuang informasi yang dianggap tidak berguna. Pada saat yang sama, ia mengatur masa depan informasi sebagai referensi yang sering digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas penting.
Pendekatan lembar kerja, latihan dan hafalan, dan persiapan ujian yang khas di kelas sebenarnya menyulitkan siswa untuk mengingat segudang informasi mereka temui selama tahun ajaran. Yang lebih efektif adalah metode pembelajaran itu mengharuskan siswa untuk menggunakan informasi penting secara berulang-ulang secara kompleks dan bermakna dengan cara seperti menulis makalah atau menyelesaikan proyek. Kegiatan pembelajaran yang lebih mendalam harus memanfaatkan pengetahuan dasar siswa yang jelas sebelumnya telah terpapar atau yang akan diperkenalkan secara sistematis dalam konteks pekerjaan akademis mereka. Kegiatan yang tidak berkaitan dengan membangun pengetahuan dan keterampilan konten akademik harus dilihat dengan hati-hati.
Dalam praktiknya, pembelajaran mendalam mempersiapkan siswa untuk pendidikan pasca sekolah menengah. Mereka diharapkan lulus dari sekolah menengah telah menguasai kompetensi berikut ini:
Menguasai Materi Esensial.
Siswa memahami dasar ilmu pengetahuan dalam suatu disiplin ilmu dan mampu mentransfer pengetahuan ke situasi lain.
Siswa memahami prinsip-prinsip utama dan hubungan dalam area konten dan mengatur informasi dalam kerangka konseptual.
Siswa belajar, mengingat, dan mengingat kembali fakta-fakta yang relevan dengan suatu area konten.
Siswa memiliki pengetahuan prosedural tentang suatu area konten dan mengetahui bagaimana konten pengetahuan dihasilkan dan bagaimana para ahli memecahkan masalah.
Siswa mengetahui dan mampu menggunakan bahasa khusus untuk suatu area konten.
Siswa memperluas pengetahuan inti ke tugas dan situasi baru dalam berbagai bidang mata pelajaran akademis.
Siswa belajar dan dapat menerapkan teori yang relevan dengan bidang konten.
Siswa menikmati dan mampu menghadapi tantangan yang mengharuskan mereka untuk menerapkan pengetahuan dengan cara yang tidak rutin.
Siswa menerapkan fakta, proses, dan teori pada situasi dunia nyata.
Kegiatan pembelajaran mendalam menuntut peserta didik untuk menimba informasi dari pengetahuan yang dimilikinya diperoleh dan kemudian melakukan sesuatu yang berarti dengannya. Karena otak harus mengembangkannya jaringan internal yang diperlukan untuk memproses informasi secara efisien dengan cara yang tidak rutin, lebih dalam kegiatan belajar harus disusun untuk memberikan siswa banyak kesempatan, seiring berjalannya waktu, untuk menerapkan pengetahuan dalam berbagai tugas yang menantang. Intinya, pembelajar bergerak dari tingkat pemula hingga ahli dalam bidang ilmu dan keahlian yang bersangkutan. Hal ini memerlukan serangkaian strategi untuk memproses informasi dengan cara yang canggih. Itu strateginya agak berbeda-beda berdasarkan mata pelajaran dan sifat kegiatan, tetapi semuanya melibatkan komitmen terhadap pemikiran dan analisis sistematis.
Berpikir Kritis dan Menyelesaikan Permasalahan yang Kompleks.
Siswa menerapkan kompetensi yang diperoleh dari mata pelajaran inti untuk merumuskan dan memecahkan masalah. Kompetensi tersebut antara lain analisis data, penalaran statistik, dan penyelidikan ilmiah serta kreativitas, pemikiran nonlinier, dan ketekunan.
Siswa akrab dan mampu menggunakan kompetensi secara efektif khusus untuk area konten.
Siswa merumuskan masalah dan menghasilkan hipotesis.
Siswa mengidentifikasi data dan informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah.
Siswa menerapkan kompetensi khusus pada area konten untuk dikumpulkan data dan informasi yang diperlukan.
Siswa mengevaluasi, mengintegrasikan, dan menganalisis secara kritis berbagai sumber informasi.
Siswa memantau dan menyempurnakan proses pemecahan masalah sesuai kebutuhan, berdasarkan data yang tersedia.
Siswa menalar dan membangun argumen yang dapat dibenarkan untuk mendukung hipotesis.
Siswa bertahan untuk memecahkan masalah yang kompleks.
Bekerja Secara Kolaboratif.
Siswa bekerja sama untuk mengidentifikasi dan menciptakan solusi tantangan akademis, sosial, kejuruan, dan pribadi.
Siswa berkolaborasi dengan orang lain untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah sampai berhasil.
Siswa bekerja sebagai bagian dari kelompok untuk mengidentifikasi tujuan kelompok.
Siswa berpartisipasi dalam tim untuk merencanakan langkah-langkah pemecahan masalah dan mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan kelompok.
Siswa berkomunikasi dan menggabungkan berbagai sudut pandang untuk menyelesaikan sasaran kelompok.
Berkomunikasi Secara Efektif.
Siswa dengan jelas mengatur data, temuan, dan pikiran.
Siswa mengkomunikasikan konsep-konsep kompleks kepada orang lain baik secara tertulis maupun lisan seperti presentasi.
Siswa menyusun informasi dan data dengan cara yang bermakna dan berguna.
Siswa mendengarkan dan menggabungkan umpan balik dan ide dari orang lain.
Siswa memberikan masukan yang konstruktif dan tepat kepada teman-temannya.
Siswa memahami bahwa menciptakan komunikasi akhir yang berkualitas memerlukan peninjauan kembali dan revisi beberapa draf.
Siswa menyesuaikan pesan mereka untuk audiens yang dituju.
Pembelajaran mendalam memerlukan kesadaran perilaku belajar yang lebih luas daripada tugas sekolah tradisional. Mereka harus menerima tanggung jawab untuk menghabiskan waktu dan energi yang diperlukan untuk memikirkan suatu tugas, memilih strategi pembelajaran yang tepat, dan menilai caranya agar strategi itu berhasil. Ketika siswa menemui kesulitan atau kemunduran, pembelajaran mendalam mengharuskan mereka mendiagnosis jenis kesulitan yang mereka hadapi, memilih strategi yang sesuai untuk mengatasi kesulitan tersebut, dan terus maju menuju tujuan pembelajaran mereka. Selain itu, pembelajaran mendalam mengharapkan siswa mampu mencapai tujuan bersama dengan orang lain serta terlibat dalam refleksi diri yang diperlukan untuk terus belajar sepanjang hidup mereka.
Pelajari Cara Belajar (Learn how to Learn)
Siswa memantau dan mengarahkan pembelajarannya sendiri.
Siswa menetapkan tujuan untuk setiap tugas belajar, memantau kemajuan mereka menuju tujuan, dan menyesuaikan pendekatan mereka sesuai kebutuhan agar berhasil menyelesaikan tugas atau menyelesaikannya sebuah masalah.
Siswa mengetahui dan dapat menerapkan berbagai keterampilan belajar dan strategi untuk memenuhinya tuntutan suatu tugas.
Siswa memantau pemahaman mereka saat mereka belajar, mengenali kapan mereka belajar ketika bingung atau menemui hambatan, mendiagnosis hambatannya, dan memilih strategi yang tepat untuk mengatasinya.
Siswa bekerja dengan baik secara mandiri tetapi meminta bantuan ketika mereka membutuhkannya.
Siswa secara rutin merefleksikan pengalaman belajar mereka dan menerapkan wawasannya situasi berikutnya.
Siswa menyadari kekuatan dan kelemahan mereka, dan mengantisipasi kebutuhan akan hal tersebut bekerja lebih keras di beberapa area.
Siswa mengidentifikasi dan bekerja menuju pembelajaran seumur hidup dan tujuan akademik.
Siswa menikmati dan mencari pembelajaran sendiri dan dengan orang lain.
Siswa mengantisipasi dan bersiap menghadapi perubahan harapan dalam berbagai hal lingkungan akademis, profesional dan sosial.
Siswa menunda kepuasan, memfokuskan kembali setelah gangguan, dan menjaga momentum sampai mereka mencapai tujuan mereka.
Siswa menggunakan kegagalan dan kemunduran sebagai peluang untuk mendapatkan umpan balik dan menerapkannya pembelajaran untuk meningkatkan upaya di masa depan.
Siswa peduli dengan kualitas pekerjaan mereka dan berusaha ekstra untuk melakukan sesuatu secara menyeluruh dan baik.
Siswa terus mencari cara baru untuk mempelajari materi yang menantang atau menyelesaikannya masalah yang sulit.
Pembelajaran yang lebih mendalam menuntut siswa untuk mengembangkan sikap dan keyakinan yang positif tentang diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan pekerjaan akademis. Pola pikir akademis adalah motivasinya komponen yang mempengaruhi keterlibatan siswa dalam belajar. Pada gilirannya, keterlibatan dalam pembelajaran mendalam memperkuat pola pikir akademis yang positif. Siswa dengan pola pikir akademik yang kuat siap berusaha untuk belajar dan bertahan dalam menghadapi kesulitan. Mereka memanfaatkan strategi kognitif, metakognitif, dan pengaturan diri karena mereka peduli dengan pembelajaran dan memiliki tujuan dalam melakukan apa yang diperlukan untuk berhasil.
Mengembangkan Pola Pikir Akademis.
Siswa mengembangkan sikap dan keyakinan positif tentang diri mereka sebagai pembelajar yang meningkatkan ketekunan akademik mereka dan mendorong mereka untuk terlibat dalam perilaku akademis yang produktif. Siswa berkomitmen untuk melihat pekerjaan sampai selesai, mencapai tujuan mereka, dan melakukan pekerjaan berkualitas, dan dengan demikian mencari mencari solusi untuk mengatasi hambatan.
Saya termasuk dalam komunitas akademis ini:
Siswa merasakan rasa memiliki yang kuat dalam komunitas pelajar dan menghargai keterlibatan intelektual dengan orang lain.
Siswa memahami pembelajaran sebagai proses sosial dan secara aktif belajar dari proses tersebut satu sama lain dan saling mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Siswa siap terlibat dalam konstruksi makna dan pemahaman melalui interaksi dengan teman sebaya.
Saya bisa berhasil dalam hal ini:
Siswa percaya pada kapasitas dan kompetensi mereka sendiri dan merasakan rasa yang kuat kemanjuran dalam berbagai tugas akademik.
Siswa melihat diri mereka sebagai orang yang berprestasi akademis dan berharap untuk berhasil dalam bidangnya kegiatan belajar.
Kemampuan dan kompetensi saya tumbuh dengan usaha saya:
Siswa percaya bahwa kerja keras akan membuahkan hasil berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Siswa termotivasi untuk meluangkan waktu dan upaya yang diperlukan untuk membangun basis pengetahuan yang solid dan untuk mencapai tujuan penting.
Karya ini memiliki nilai bagi saya:
Siswa memahami nilai yang melekat pada pengetahuan konten dan pembelajaran dan mengembangkan keterampilan.
Siswa melihat relevansi tugas sekolah dengan kehidupan dan minatnya.
Siswa memahami bagaimana pekerjaan yang mereka lakukan sekarang akan bermanfaat bagi mereka di masa depan.
Siswa tahu bahwa pembelajaran di masa depan akan didasarkan pada apa yang mereka ketahui dan pelajari hari ini.
Strategi Pembelajaran Mendalam
Pembelajaran yang lebih mendalam mempersiapkan siswa untuk mengetahui dan menguasai inti materi akademik; berpikir kritis dan memecahkan masalah yang kompleks; bekerja secara kolaboratif; berkomunikasi secara efektif; dan mengarahkan diri sendiri dan mampu menerima umpan balik.
Dalam konteks pendidikan, pembelajaran mendalam mengacu pada strategi pembelajaran yang menekankan keterlibatan yang bermakna, pemikiran kritis, dan pemahaman konsep secara holistik. Berikut ini adalah beberapa strategi yang umumnya dikaitkan dengan pembelajaran mendalam sebagai pendekatan pembelajaran:
Pembelajaran Berbasis Penyelidikan (Inquiry Base Learning): Dorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, menyelidiki topik, dan mencari solusi melalui aktivitas berbasis penyelidikan. Berikan kesempatan untuk eksplorasi, eksperimen, dan penemuan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan pembelajaran mandiri.
Inti dari IBL adalah gagasan bahwa pembelajaran didorong oleh pertanyaan, masalah, atau skenario siswa, bukan oleh instruksi langsung. Dalam model ini, peserta didik berpartisipasi aktif dalam pendidikan mereka, terlibat dalam eksplorasi, pertanyaan, dan penemuan. IBL menekankan pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan penerapan pengetahuan secara aktif dalam konteks dunia nyata.
Pendekatan ini mendorong terciptanya lingkungan kelas yang dinamis, tempat siswa bertanggung jawab atas pembelajaran mereka, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan terlibat dalam kegiatan praktik. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan kognitif siswa, tetapi juga mempersiapkan mereka menghadapi tantangan kehidupan nyata dengan mendorong kemampuan beradaptasi, kreativitas, dan pembelajaran seumur hidup.
IBL sering kali melibatkan pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu, yang mencerminkan sifat saling terkait dari berbagai masalah di dunia nyata. Pendekatan interdisipliner ini membantu siswa melihat relevansi dari apa yang mereka pelajari dan bagaimana penerapannya di luar kelas.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL): Memberikan siswa masalah atau skenario nyata yang memerlukan pemikiran kritis dan keterampilan memecahkan masalah untuk menyelesaikannya. Membimbing siswa melalui proses mengidentifikasi informasi yang relevan, menganalisis data, dan mengembangkan solusi secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL): Melibatkan siswa dalam proyek interdisipliner jangka panjang yang mengharuskan mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai mata pelajaran untuk mengatasi tantangan kompleks atau menciptakan produk yang bermakna.
Strategi untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek dapat menjadi bagian integral dari pengajaran sehari-hari, dengan hampir semua pengajaran disampaikan dengan cara ini atau proyek diintegrasikan ke dalam subset bidang studi. Pembelajaran berbasis projek ini menciptakan hubungan antar berbagai hal siswa belajar dalam berbagai disiplin ilmu, dan antara apa yang mereka pelajari di sekolah dan situasi mungkin mereka temui di dunia nyata.
Proyek diterapkan di sekolah dengan berbagai bentuk misalnya siswa menyelesaikan beberapa proyek jangka panjang (misalnya, semester) setiap tahun, yang mencakup serangkaian proyek kerja lapangan, kegiatan pembelajaran, kerja mandiri, dan penilaian yang melibatkan presentasi anggota komunitas. Di sekolah lain, proyek jangka pendek merupakan hal yang biasa dan proyek biasanya diorganisasikan ke dalam unit-unit yang berlangsung antara satu minggu hingga beberapa minggu. Guru bertanggung jawab sekitar tiga atau empat hal tertentu rata-rata proyek per semester, dengan total antara delapan dan sepuluh proyek per tahun. Dengan demikian, pembelajaran berbasis proyek membentuk dasar dari semua pengajaran di sekolah ini. Kegiatan projek ini dimulai dari penulisan dan presentasi, serta komponen pengabdian masyarakat.
Selain pengembangan pengetahuan konten dan keterampilan berpikir kritis, guru melaporkan bahwa proyek yang dilakukan dalam kelompok membantu mengembangkan keterampilan kolaborasi, dan bahwa penilaian autentik yang sering dilaksanakan sebagai bagian dari proyek ini (seperti sebagai presentasi kepada anggota masyarakat setempat) membantu berkembang lebih bervariasi dan maju keterampilan komunikasi.
Pembelajaran Kolaboratif: Dorong kolaborasi antar siswa dengan menggabungkan kerja kelompok, pengajaran sebaya, dan aktivitas pembelajaran kooperatif ke dalam kurikulum.
Strategi Metakognitif: Ajarkan siswa keterampilan metakognitif, seperti penetapan tujuan, penilaian diri, dan refleksi, untuk membantu mereka menyadari proses dan strategi pembelajaran mereka.
Pembelajaran yang Berdifensiasi: Mengenali dan mengakomodasi keragaman kebutuhan dan preferensi belajar siswa dengan menyediakan berbagai jalur pembelajaran dan penilaian. Pembelajaran berdiferensiasi menghargai gaya belajar selain jenis kecerdasan, minat, bakat dan kesiapan belajar. Gaya belajar mengacu pada bagaimana seseorang lebih suka belajar dan memproses informasi. Dengan kesadaran akan gaya belajar, seorang guru juga berfokus pada lingkungan belajar. Guru yang efektif mempertimbangkan lingkungan dan budaya kelas. Mereka membangun budaya positif dengan menghargai setiap siswa dan mengelola kelas dengan baik. Mereka menetapkan harapan yang tinggi untuk semua siswa. Contoh strategi pembelajaran berdiferensiasi misalnya rotasi stasiun, papan pilihan, kontrak pembelajaran, penugasan berjenjang, dan lainnya.
Pembelajaran yang Dipersonalisasi: Pembelajaran yang dibangun atas gagasan bahwa siswa memiliki gaya belajar yang beragam dan mengalami kemajuan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Tidak seperti pendekatan yang sama untuk semua dalam beberapa metode pengajaran tradisional, guru dan siswa bekerja sama untuk merancang pelajaran berdasarkan minat, kemampuan belajar, dan preferensi masing-masing siswa. Pembelajaran yang dipersonalisasi memberikan siswa pengalaman belajar yang istimewa dan lebih baik yang berbeda dari kelas tradisional. Berikut ini adalah beberapa fitur utama pembelajaran yang dipersonalisasi: pelajaran berbasis minat : pelajaran yang disesuaikan dengan minat siswa untuk pengalaman yang lebih menarik; pilihan siswa: lebih sedikit waktu dihabiskan untuk tatap muka, memberikan siswa lebih banyak pilihan dalam pembelajaran mereka; integrasi teknologi pembelajaran: memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar yang dipersonalisasi; konten dan tujuan individual: rencana pelajaran khusus yang memenuhi kebutuhan spesifik setiap siswa; pembelajaran kolaboratif: memupuk kolaborasi di antara siswa dengan minat yang sama, meningkatkan keterampilan sosial dan kepemimpinan; dan kecepatan pembelajaran yang dapat disesuaikan: kecepatan pembelajaran fleksibel yang disesuaikan dengan kecepatan belajar individu.
Langkah-Langkah Pembelajaran Mendalam
Menerapkan pembelajaran mendalam di kelas Anda memerlukan perencanaan yang cermat, desain yang matang, dan komitmen terhadap praktik pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berikut adalah beberapa langkah untuk membantu Anda mengintegrasikan pembelajaran mendalam ke dalam pembelajaran Anda di dalam kelas:
Tetapkan Tujuan Pembelajaran yang Jelas: Mulailah dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang jelas yang selaras dengan kurikulum (capaian pembelajaran) dan standar Anda. Tentukan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi apa yang Anda inginkan agar dikembangkan oleh siswa Anda melalui pengalaman pembelajaran yang mendalam.
Pilih Konten yang Sesuai: Pilih konten yang kaya, kompleks, dan bermakna, yang memberi siswa kesempatan untuk eksplorasi mendalam dan penyelidikan kritis. Pertimbangkan untuk memasukkan topik interdisipliner, masalah dunia nyata, atau isu terkini yang relevan dan menarik bagi siswa Anda.
Rancang Pengalaman Belajar yang Autentik: Kembangkan pengalaman belajar autentik yang menantang siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks dunia nyata. Gabungkan aktivitas berbasis penyelidikan, skenario berbasis masalah, dan tugas berbasis proyek yang memerlukan pemikiran kritis, kolaborasi, dan kreativitas.
Berikan Kesempatan untuk Bertanya: Dorong rasa ingin tahu dan eksplorasi dengan memberikan kesempatan untuk bertanya yang dipimpin siswa. Biarkan siswa mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, dan menekuni topik yang menarik yang sejalan dengan tujuan kurikulum.
Dorong Kolaborasi dan Komunikasi: Ciptakan lingkungan belajar kolaboratif tempat siswa dapat bekerja sama, berbagi ide, dan berkomunikasi secara efektif. Gabungkan proyek kelompok, diskusi, dan aktivitas umpan balik dari rekan sejawat untuk mendorong kolaborasi dan memperdalam pemahaman.
Dukung Keterampilan Metakognitif: Ajarkan siswa keterampilan metakognitif, seperti penetapan tujuan, penilaian diri, dan refleksi, untuk membantu mereka memantau pembelajaran dan membuat penyesuaian sesuai kebutuhan. Dorong siswa untuk merenungkan proses berpikir mereka, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan menetapkan tujuan untuk pembelajaran di masa mendatang.
Sediakan Perancah dan Dukungan: Berikan perancah dan dukungan untuk membantu siswa mengatasi tugas dan tantangan yang rumit. Berikan panduan, pemodelan, dan sumber daya sesuai kebutuhan untuk mendukung pembelajaran siswa dan membantu mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada.
Menilai Pemahaman Secara Autentik: Gunakan metode penilaian autentik untuk mengevaluasi pemahaman dan penguasaan konten oleh siswa. Sertakan tugas kinerja, proyek, portofolio, dan presentasi yang memungkinkan siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan cara yang bermakna. Penilaian autentik adalah jenis penilaian yang mengharuskan peserta didik menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam konteks dunia nyata. Penilaian ini mengukur apa yang diketahui peserta didik dengan menunjukkan bagaimana mereka dapat menerapkan pengetahuan mereka. Jenis penilaian ini dirancang untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkomunikasi secara efektif. Berbagi rubrik penilaian dengan siswa juga dianjurkan. Dengan membagikan rubrik, guru tidak memberikan jawaban untuk penilaian, tetapi membantu siswa dalam memahami area fokus utama dan apa yang dianggap sebagai kinerja yang baik.
Secara khusus Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan langkah yang berupa pengalaman belajar yang dimulai dari MEMAHAMI, MENGAPLIKASIKAN, dan MEREFLEKSIKAN.
Memahami: tahap awal peserta didik untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri dari pengetahuan esensial, pengetahuan aplikatif, dan pengetahuan nilai dan karakter.
Mengaplikasikan: pengalaman belajar yang menunjukkan aktifitas peserta didik mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan secara kontekstual. Pengetahuan diperoleh peserta didik melalui pendalaman pengetahuan.
Merefleksikan: proses dimana peserta didik mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yan telah mereka lakukan. Tahap refleksi melibatkan regulasi diri sebagai kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap cara belajar mereka.
Siklus langkah pembelajaran mendalam tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah:
Salah satu deskripsi ini menggambarkan pembelajaran mendalam, dan yang lainnya tidak. Saat Anda membaca contoh di bawah ini, pikirkan tentang perbedaan dalam perilaku guru dan pembelajaran siswanya:
Contoh A: Siswa kelas sembilan dalam mata pelajaran interdisipliner yaitu matematika dan sains menghabiskan tahun pelajaran dengan berfokus pada tiga pertanyaan penting:
Bagaimana benda bergerak?
Apa yang membuatnya bergerak?
Bagaimana kita dapat menggambarkan gerakan itu?
Setelah beberapa pembelajaran awal yang dirancang untuk memberikan pemahaman dasar tentang gerakan melalui serangkaian aktivitas interaktif, Ibu E membangun eksplorasi puncak dari ketiga pertanyaan ini di seputar kemampuan siswa untuk menerapkan pembelajaran mereka dan merancang wahana taman hiburan.
Sebagai pengalaman lapangan yang berkaitan dengan proyek kelas mereka, Ibu E dan murid-muridnya menghabiskan waktu seharian untuk mengumpulkan data di sebuah taman hiburan. Dilengkapi dengan stopwatch dan meteran untuk mengukur gravitasi, mereka menghabiskan waktu seharian untuk menganalisis perjalanan bus dan wahana-wahana di taman tersebut. Selama pengarahan perjalanan, murid-murid menerapkan konsep-konsep yang telah mereka pelajari seperti kelembaman, gaya sentrifugal, dan gaya sentripetal pada bus dan wahana-wahana di taman hiburan.
Selama di dalam kelas setelah kunjungan lapangan, para siswa membuat grafik dan mendiskusikan masalah percepatan dan perlambatan. Mereka menggunakan informasi tersebut untuk membantu mereka merancang wahana taman bermain mereka. Guru mendorong para siswa untuk berpikir, mempelajari lebih lanjut, dan menerapkan pengetahuan mereka pada setiap masalah baru. Guru membantu para siswa bergulat dengan "...waktu, jarak, kecepatan, percepatan, perlambatan, dan hubungan di antara mereka...". Setelah menyelesaikan unit tersebut, para siswa menulis makalah yang menjelaskan dan merinci desain wahana mereka, termasuk diagram desain, dan memberikan informasi teknis untuk menunjukkan bahwa desain mereka realistis dan dapat dilakukan.
Contoh B: Kelas matematika Tn. H biasanya terdiri dari siswa yang menerapkan rumus pada soal, seperti mencari volume prisma yang digambar guru di papan tulis. "Ada banyak cara untuk melakukan ini", katanya kepada kelas (artinya ada banyak cara untuk melakukan perhitungan). Ia kemudian berkata: "Anda dapat mencoret atau mengalikan bagian atas dan bawah" dan kemudian menunjukkan perhitungan kedua cara tersebut dengan sangat rinci. Saat ia menekankan penggunaan lembar kerja dan latihan, Tn. H gagal menjawab pertanyaan siswa untuk menggali lebih dalam topik tersebut atau menantang siswa untuk merancang dan menjelaskan berbagai pendekatan untuk mencari volume.
Di akhir unit tentang ukuran sudut pada bangun yang saling berhubungan dan poligon geometri, Tn. H menugaskan siswa untuk mengerjakan tes unit yang disediakan dalam buku teks. Tes tersebut terdiri dari mencari dan menulis derajat sudut pada bangun yang kompleks, dan mencocokkan penjumlahan beberapa sudut dengan deskripsi sudut yang benar (misalnya sudut komplementer). Melalui tes tersebut, siswa menunjukkan kemahiran teknis dalam menghitung sudut. Tidak ada kesempatan untuk menerapkan keterampilan ini atau membahas perhitungan mereka secara substantif.
Saat Anda melihat kedua contoh ini, saya harap Anda dapat memahami dengan jelas contoh pembelajaran yang lebih tradisional dan contoh pembelajaran mendalam. Perbedaannya sangat mencolok! Dalam Contoh A, sekumpulan pertanyaan terbuka yang bermakna membentuk dasar pembelajaran, dan guru berusaha keras agar siswa memahami prinsip dan konsep fisika dan matematika secara mendalam. Sepanjang pembelajaran ini, terdapat sejumlah besar pembelajaran interaktif di mana siswa membangun makna dan memproses informasi dan ide. Siswa secara aktif menggunakan kecerdasan mereka untuk terlebih dahulu memahami beberapa prinsip dan ide dasar, lalu menerapkan, menganalisis, dan menafsirkan pembelajaran dasar mereka melalui pengalaman autentik yang baru. Mereka terlibat sepenuhnya dalam pengalaman autentik dalam kehidupan nyata yang membantu mereka memperdalam pemahaman dan mengembangkan keterampilan belajar yang kompleks secara kognitif dan kebiasaan berpikir. Dan, akhirnya, pembelajaran mereka memiliki kompetensi di luar sekolah dengan mereka bekerja dari pengalaman dunia nyata yang potensial seperti yang mungkin dihadapi siswa di kemudian hari sebagai insinyur, desainer, atau pemecah masalah umum.
Sebaliknya dari kualitas-kualitas pembelajaran tampak dalam Contoh B. Dalam contoh Nampak pembelajaran matematika yang sering kali umum seperti ini, siswa mempelajari hal-hal yang dangkal dari matematika dengan diberikan dan menerapkan rumus-rumus dengan cara hafalan. Dalam kelas yang terutama berpusat pada guru ini, siswa menemukan jawaban untuk soal-soal matematika dengan masukan atau pemikiran yang sangat sedikit. Siswa pada umumnya adalah pelajar pasif, menggunakan algoritma untuk menemukan jawaban yang sudah pasti. Tidak ada kesempatan untuk mempertimbangkan bagaimana bentuk-bentuk yang saling berhubungan atau poligon-poligon geometris penting di dalam atau diterapkan pada dunia di luar dan di luar sekolah.
Contoh untuk Mata Pelajaran Lain
Seni Bahasa:
Di kelas seni bahasa, pembelajaran mendalam dapat melibatkan diskusi kelas tentang buku atau peristiwa terkini. Siswa akan didorong untuk berbagi pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menantang asumsi mereka. Kelas juga dapat dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menulis dan mementaskan sandiwara berdasarkan tema tertentu dari buku atau peristiwa terkini.
Bahasa Inggris:
Guru bahasa Inggris pembelajaran mendalam sekolah menengah mungkin meminta siswa membaca lima atau enam buku menarik setahun, dan setelah membaca dan memahami alur, cerita, dan kosakata setiap buku, meminta siswa untuk mengembangkan analisis dan interpretasi buku melalui diskusi terbuka, penelitian, refleksi tertulis, dan proyek.
Matematika:
Di kelas matematika, pembelajaran mendalam dapat melibatkan aktivitas langsung yang menantang siswa untuk menggunakan keterampilan matematika guna memecahkan masalah di dunia nyata. Misalnya, siswa dapat diminta untuk menghitung biaya bahan untuk membangun rumah atau membuat anggaran untuk bisnis. Siswa juga dapat bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah matematika rumit yang memerlukan pemikiran kritis dan kolaborasi.
IPA:
Salah satu ilustrasi yang kaya tentang unit pengajaran sains yang diperluas dari siswa kelas 5 menyelidiki tenggelam dan terapung. Selama 10 minggu, siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk melakukan serangkaian investigasi yang dirancang untuk membantu mereka memahami kapan dan mengapa berbagai benda akan mengapung atau tenggelam. Perkembangan konseptual dalam bidang ini melibatkan pemahaman massa, volume, massa jenis, dan konsep kepadatan relatif yang diketahui menantang bagi banyak siswa.
Investigasi langsung siswa disusun dengan cermat melalui “scaffolding”, yang memberikan petunjuk dan dukungan lainnya ketika siswa mempelajari praktik penalaran dalam sains. Investigasi diselingi dengan diskusi seluruh kelas yang dipandu guru di mana siswa memperoleh pengalaman dalam berkomunikasi, memantau, dan mengkritisi pemikiran mereka sendiri dan pemikiran rekan-rekan mereka saat mereka mengembangkan, menguji, dan mengevaluasi teoretis penjelasan atas fenomena yang mereka alami mengamati.
Sejarah:
Guru sejarah kelas enam menggunakan pertanyaan dan pemahaman penting untuk fokus pada konsep dan ide penting untuk setiap unit, menciptakan pengalaman autentik, seperti simulasi pembentukan BPUPKI dalam proses persiapan kemerdekaan RI, dan meminta siswa untuk menggunakan apa yang telah dipelajari untuk menganalisis dan memahami isu dan tantangan terkini.
Di kelas sejarah yang lain, pembelajaran mendalam dapat melibatkan proyek kelompok tentang peristiwa tertentu dalam sejarah. Siswa dapat ditantang untuk meneliti peristiwa tersebut, menulis makalah, dan menyajikan temuan mereka di depan kelas. Mereka juga dapat diminta untuk membuat garis waktu, peta, atau bagan yang mencerminkan konteks historis peristiwa tersebut.
SMK:
Setelah guru otomotif di SMK memberikan informasi dasar, kosakata, dan masalah sederhana, ia memberikan siswa masalah otomotif yang lebih sulit yang memerlukan pemikiran dan analisis kompleks untuk solusinya.
Contoh Pembelajaran Mendalam di Beberapa Negara
Peralatan robotika telah tiba di sebuah sekolah menengah di lingkungan perkotaan yang miskin di Uruguay, tetapi dibiarkan dikemas dan tidak digunakan selama berbulan-bulan. Suatu hari, itu siswa bertanya kepada guru apakah mereka dapat menggunakan perangkat tersebut untuk membuat yang sederhana robot yang bisa memecahkan masalah lokal pilihan mereka. Mereka belum pernah melakukannya menggunakan peralatan semacam ini, tetapi dengan tujuan yang jelas dan menggunakan video instruksi tersedia online, mereka menemukan cara menggunakannya. Salah satu dari siswa menciptakan detektor gerakan untuk ditempatkan di taman, untuk merasakan kehadiran burung dan bergetar untuk menakut-nakuti mereka. Sekelompok kecil teringat bahwa beberapa waktu lalu petir menyambar pantai setempat dan menewaskan 5 orang orang-orang, termasuk seorang anak laki-laki, jadi mereka memutuskan untuk membuat detector petir yang dapat mendeteksi terlebih dahulu apakah petir akan menyambar pantai dan membunyikan alarm untuk memperingatkan orang-orang agar mencari perlindungan. (Tonton video dengan cerita ini di: www.youtube/x8VKDggf_i4)
Setelah tiga saudara kandung dari Georgia melihat keluarga mereka dilecehkan secara tidak adil oleh polisi, mereka menciptakan Five-O, sebuah aplikasi ponsel untuk dinilai oleh orang-orang pertemuan mereka dengan polisi. Laporan kejadian yang dicatat oleh warga bisa dibagikan dan digunakan oleh masyarakat untuk menilai individu petugas dan institusi kepolisian. Untuk membuat aplikasi, para siswa menggunakan keterampilan coding yang mereka miliki dipelajari secara daring. (Prensky, 2016:16). Video tentang aplikasi tersedia di: www.huffingtonpost.com/2014/08/18/teens-police-brutalityapp_n_5687934.html.
Guru kelas 1 & 2 di Victoria, Australia, merancang proyek jangka panjang seputar impian seorang siswa untuk membangun perpustakaan mini untuk komunitas orang Malaysia ketika kembali ke negaranya, setelah memulai pendidikannya di sekolah dasar di Australia. Guru merancang pengalaman belajar bagi siswa yang membantu mereka mengumpulkan buku, menulis surat ke penerbit, merancang dan menulis cerita mereka sendiri, dan mengatur penggalangan dana untuk itu membantu membayar pengiriman lebih dari 600 buku ke Kuala Lumpur. Perpustakaan mini kini telah dibentuk di Kuala Lumpur dan negosiasi sedang berlangsung dengan otoritas pendidikan Malaysia untuk membuat aplikasi perpustakaan yang dapat membagikan buku kepada anak-anak di pinggiran ibu kota. Siswa yang berpartisipasi dalam proyek ini mampu mengartikulasikan bagaimana tindakan mereka telah membuat perbedaan dalam kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
(Lihat http://fuse.education.vic.gov.au/?7G7NGB)
Siswa kelas 6 di sebuah kelas di Santa Monica, California membuat video tutorial di mana mereka menjelaskan cara memecahkan masalah matematika tertentu, dan mempostingnya mereka di situs web membuka akses gratis kepada siapa pun di dunia. Di bengkel sekitar lingkungan mereka, siswa menangani masalah matematika pilihan mereka, mencatat pemikiran dan solusi mereka, diskusikan dengan rekan-rekan yang mengerjakan hal yang sama masalah, dan membuat video menggunakan perangkat lunak desain video interaktif untuk menjelaskan solusi mereka dan alasan di baliknya. (November 2012). (Untuk menonton beberapa tutorial, masuk ke Mathtrain.TV).
Siswa sekolah menengah pertama di High Tech High di California diminta untuk melakukannya menulis, memproduksi, dan menampilkan drama berdasarkan tragedi Wanita Trojan Euripides, disesuaikan dengan Pakistan modern. Dalam prosesnya, mereka menyelam lebih dalam ke dalam studi demokrasi, hak asasi manusia, hak-hak perempuan, abad ke-5 Athena, dan Afghanistan saat ini, tetapi juga mengembangkan teknis dan moral pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari mengambil tanggung jawab untuk keseluruhan produksi sebuah drama, untuk dipertunjukkan secara langsung untuk orang tua dan orang-orang yang lebih besar masyarakat pada akhir tahun ajaran. Di kelas lain, siswa disajikan dengan gagasan menyeluruh: Selama berabad-abad, berbeda peradaban telah muncul dan lenyap. Mereka diminta untuk memilih salah satu peradaban yang mereka inginkan, dan mengembangkan teori yang menjelaskan mengapa peradaban itu muncul dan mengapa itu jatuh. Berikutnya, mereka harus menciptakan wujud fisik dari teori sosial mereka menggunakan berbagai bahan termasuk kayu, roda gigi, pita, dll. Teori yang terwujud dari masing-masing kelompok kecil akan dirangkai menjadi karya kelompok yang lebih besar akan dipamerkan pada akhir tahun ajaran. (Dari film Paling Mungkin Berhasil – http://www.mltsfilm.org)
Di kelas media digital di SMA negeri di California Utara, siswa merencanakan dan menjalankan rekaman langsung pertandingan sepak bola (termasuk menangkap pertandingan melalui beberapa kamera video, mengoordinasikannya proyeksi pada pertunjukan langsung secara real time, menceritakan permainan secara langsung, dll.). Itu kelompok yang sama telah menyiarkan acara TV mingguan, diproduksi dan dikelola oleh siswa sendiri. Di kelas seni di sekolah yang sama, siswa membuat ukiran format besar yang sangat indah dan cetakan ekspresif yang menggambarkan momen penting gerakan hak-hak sipil, setelah mempelajarinya secara mendalam kumpulan dokumen sejarah penting. Siswa melakukan semua aktivitas yang terlibat dalam pembuatan cetakan, caranya seniman profesional melakukannya. Karya seni mereka akan ditampilkan di galeri seni publik. (Fullan, Rincón-Gallardo, & Watson, 2016)
Seorang siswa First Nations sedang berjuang di sekolah menengah di Timmins, Ontario setelah meninggalkan komunitas dan budayanya, melakukan perjalanan ratusan mil pergi untuk bersekolah di komunitas yang diharapkan banyak orang Pemuda bangsa gagal, dan menumpang pada keluarga yang tidak dia kenal. Ketika dia belajar tentang program yang disebut Siswa sebagai Peneliti yang disponsori oleh Pemerintah Ontario, dia berbicara dengan beberapa siswa lain darinya komunitas dan segera mereka memiliki kelompok yang akan mengeksplorasi pengalaman tersebut pemuda First Nations ketika mereka beralih ke sekolah menengah. Mereka merancang survei dan pertanyaan wawancara, dan mengumpulkan bukti dari siswa yang selamat dari transisi dan lulus, siswa yang putus sekolah keluar, orang tua di komunitas mereka sendiri, siswa dan staf di sekolah mereka, dan anggota keluarga yang menyediakan kamar dan makan untuk First Nations' siswa ketika mereka datang ke kota. Di akhir kursus mereka menyelesaikan laporan mereka, serangkaian tantangan dan hambatan mulai dari kesepian hingga rasisme, perasaan putus asa dan kegagalan. Dengan dukungan dari sekolah mereka dan beberapa tetua komunitas mereka, mereka membentuk Komite Penasihat Pemuda Aborigin di sekolah mereka. Ini dewan memberikan suara kepada pemuda aborigin, dan mengizinkan para siswa untuk memimpin perubahan yang diperlukan di sekolah mereka: mentor asli, bimbingan sejawat, kegiatan dirancang untuk merayakan acara budaya First Nations dan langkah-langkah yang diambil untuk itu mengubah pengalaman keluarga angkat dan koneksi ke komunitas. (Fullan dan Gallagher, 2017)
Untuk mempersiapkan siswa menjadi warga dunia masa depan yang sukses, mereka perlu terlibat dalam pembelajaran mendalam. Jelajahi kiat-kiat untuk menggunakan teknologi di kelas guna mendukung pembelajaran mendalam. Bentuk pendekatan ini membantu mengajarkan siswa keterampilan kolaborasi dan analisis kritis yang akan mereka butuhkan untuk berhasil di tempat kerja dan masyarakat masa depan. Pendekatan ini melampaui pembelajaran permukaan tradisional, yang sering kali ditandai dengan hafalan, ujian standar, dan metode ceramah guru.
Pedagogi pembelajaran mendalam memanfaatkan digital di mana-mana untuk mempercepat dan memperdalam belajar bukan hanya sebagai tambahan atau tujuan itu sendiri. Pemanfaatan digital dapat digunakan untuk mempercepat, memfasilitasi, dan memperdalam proses pembelajaran bila digunakan bersama-sama dengan tiga elemen lainnya. Jadi fokus pemanfaatan digital tentang peran interaksi dengan digital dalam meningkatkan pembelajaran. Penggunaan digital yang efektif memfasilitasi kemitraan pembelajaran yang mendalam dengan siswa, keluarga, anggota masyarakat, dan ahli tanpa memandang geografis lokasi dan mendukung kapasitas siswa untuk mengendalikan pembelajaran mereka sendiri baik di dalam maupun di luar dinding kelas.
Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Teknologi juga mengubah cara kita memandang pendidikan. Seiring dengan terus berkembangnya pembelajaran digital, para pendidik menemukan cara baru untuk memanfaatkan teknologi guna meningkatkan pembelajaran yang lebih mendalam dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu cara pendidik menggunakan teknologi adalah melalui pembelajaran berbasis proyek. Dengan menyediakan akses ke perangkat dan sumber daya digital bagi siswa, mereka dapat berkolaborasi dalam proyek, melakukan penelitian, dan membuat presentasi multimedia yang menunjukkan pemahaman mendalam tentang materi pelajaran. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran berbasis proyek juga membantu siswa mengembangkan keterampilan penting seperti komunikasi, pemecahan masalah, dan berpikir kreatif .
Cara lain teknologi dimanfaatkan untuk pembelajaran yang lebih mendalam adalah dengan mempromosikan pengalaman belajar yang dipersonalisasi. Perangkat lunak pembelajaran adaptif, misalnya, menggunakan algoritma untuk memenuhi kebutuhan masing-masing siswa dengan menilai kekuatan dan kelemahan mereka dan memberikan umpan balik secara langsung. Hal ini tidak hanya membantu siswa menguasai konten akademis inti tetapi juga mendorong mereka untuk bertanggung jawab atas pendidikan mereka.
Bercerita secara digital merupakan strategi lain yang semakin populer di kalangan pendidik. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk menggunakan perangkat multimedia seperti video, gambar, dan suara untuk bercerita, mengekspresikan ide, dan menyampaikan pemahaman mereka tentang topik tertentu. Hal ini tidak hanya membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi mereka, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir kreatif dan kritis.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para pendidik saat menggunakan teknologi untuk pembelajaran yang lebih mendalam adalah memilih alat dan platform yang tepat. Dengan begitu banyak pilihan yang tersedia, mungkin sulit untuk memilih yang efektif dan menarik. Itulah sebabnya sangat penting bagi para pendidik untuk menerima pengembangan profesional dan dukungan dari para ahli di bidang tersebut untuk memastikan mereka memanfaatkan teknologi yang tersedia bagi mereka secara maksimal.
Kesimpulannya, teknologi berpotensi untuk meningkatkan pembelajaran yang lebih mendalam dengan memberikan siswa pengalaman yang dipersonalisasi, mendorong kolaborasi, dan mendorong kreativitas serta pemikiran kritis. Namun, penting bagi pendidik untuk mendekati teknologi dengan hati-hati dan penuh pertimbangan untuk memastikan bahwa teknologi digunakan dengan cara yang melengkapi dan meningkatkan metode pengajaran tradisional.
Mengapa Menggunakan Teknologi di Sekolah?
Teknologi adalah alat, bukan lah tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Tujuannya bukan untuk menciptakan versi digital dari bisnis seperti biasa, melainkan untuk memberdayakan guru untuk memanfaatkan strategi pengajaran dengan lebih baik seperti:
Pembelajaran berbasis kasus, membantu siswa menguasai prinsip dan keterampilan abstrak melalui analisis situasi dunia nyata.
Berbagi representasi konsep yang beragam dan bervariasi, membantu siswa memahami materi yang kompleks dengan menunjukkannya bentuk-bentuk alternatif dari ide dasar yang sama.
Pembelajaran kolaboratif, membantu siswa untuk memahami bahwa upaya gabungan mereka sering kali lebih besar daripada jumlah upaya mereka sendiri pengetahuan dan keterampilan individu
Magang, yang memberikan konteks pada tugas sekolah dengan memperkenalkan siswa pada tantangan dunia nyata, tanggung jawab, kolega, dan mentor.
Peluang untuk pembelajaran mandiri, yang menumbuhkan keterlibatan akademis, kemanjuran diri, dan keuletan dengan menuntut siswa untuk mendefinisikan dan mengejar minat tertentu.
Studi interdisipliner, yang membantu siswa melihat bagaimana bidang yang berbeda dapat saling melengkapi, menawarkan hal yang lebih kaya perspektif tentang dunia daripada yang bisa diberikan oleh disiplin ilmu apa pun.
Pembelajaran yang dipersonalisasi, yang memastikan bahwa siswa menerima pengajaran dan dukungan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan responsif terhadap kepentingan mereka.
Pembelajaran terhubung, yang mendorong siswa untuk mengejar kesempatan belajar di luar kelas dan sekolah.
Penggunaan penilaian diagnostik yang tertanam dalam pembelajaran dan bersifat formatif untuk pembelajaran dan pengajaran lebih lanjut.
Kondisi seperti apa teknologi dapat digunanakan untuk pembelajaran mendalam?
Mempertimbangkan bagaimana dan di bawah apa kondisi dimana teknologi dapat digunakan secara produktif guru untuk lebih efektif memenuhi tantangan yang disajikan oleh dunia yang berkembang pesat. Kami berpendapat bahwa teknologi sebagai katalis hanya efektif bila digunakan untuk memungkinkan pembelajaran dengan konten yang lebih kaya, pedagogi yang lebih kuat, penilaian lebih valid, dan hubungan antara di dalam dan di luar kelas sedang belajar. Teknologi yang kami kaji secara mendalam adalah:
Alat kolaborasi, termasuk teknologi LMS dan alat yang mendukung pembangun pengetahuan.
Lingkungan pendidikan online dan hybrid, yang semakin banyak digunakan untuk memperluas akses pendidikan, namun juga mempunyai potensi untuk mengubah cara pandang kita memahami pengajaran dan pembelajaran.
Alat yang mendukung siswa sebagai pembuat dan pencipta, dan yang memiliki akar yang kuat dalam membantu siswa belajar menjadi pemrogram komputer (dan bukan hanya pengguna dari mereka)
Media imersif yang menciptakan dunia virtual untuk ditempatkan mempelajari atau menambah dunia nyata dengan hamparan informasi komputasi.
Permainan dan simulasi yang dirancang untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa
Kami menemukan bahwa semua teknologi ini dapat digunakan layanan pembelajaran mendalam. Jika digunakan secara tepat mereka dapat membantu mempersiapkan siswa untuk hidup dan bekerja abad ke-21. Selanjutnya, teknologi dapat digunakan untuk membuat praktik, pembagian kerja yang hemat biaya, yang memberdayakan guru untuk melakukan tugas-tugas pembelajaran yang kompleks. Selain itu, ini media dapat mengatasi kekuatan dan preferensi pembelajaran siswa yang tumbuh di era digital ini, termasuk menjembatani pengajaran formal dan pembelajaran informal. Dan akhirnya, teknologi dapat memberikan mekanisme yang kuat pada pembelajaran, dimana pendidik memperdalam pengetahuan dan keterampilan dengan cara menggunakan teknologi yang tepat sesuai jenis penggunaannya untuk membimbing siswa mereka.
Namun, ada dua pendekatan yang menonjol sebagai pendekatan yang sangat kuat, mengilustrasikan bagaimana guru dapat menggunakan kombinasi dari hal-hal teknologi tersebut untuk menciptakan peluang bagi siswa untuk menguasai berbagai keterampilan dan konten tingkat tinggi. Kedua pendekatan yang dijelaskan di bawah ini berupa penggunaan platform pengajaran digital dan simulasi otentik yang mendalam telah diteliti dalam jumlah besar studi empiris, yang telah memvalidasi kepraktisannya dan efektivitas dalam lingkungan pendidikan pada umumnya,
Platform Pengajaran Digital (Digital Teaching Platform)
Platform pengajaran digital (Digital Teaching Platform) disingkat DTP adalah jenis baru infrastruktur pembelajaran kelas dimungkinkan oleh kemajuan dalam teori, penelitian, dan inisiatif komputasi satu lawan satu (Dede & Richards 2012). Sistem ini dirancang untuk beroperasi di kelas yang dipimpin guru sebagai pembawa utama isi kurikulum dan berfungsi sebagai yang utama lingkungan instruksional. Perlu diperhatikan bahwa DTP tidak dimaksudkan untuk menggantikan guru atau kontrol pekerjaan mereka.
DTP memberdayakan guru untuk menggunakan empat strategi pembelajaran
yang tidak lazim di kelas konvensional tetapi yang dapat mengarah pada pembelajaran mendalam:
Pembelajaran berbasis kasus membantu siswa menguasai abstrak prinsip dan keterampilan melalui analisis dunia nyata situasi.
Memberikan representasi konsep yang beragam dan bervariasi berbagai cara untuk menjelaskan hal-hal rumit, menunjukkan bagaimana penggambaran tersebut merupakan bentuk alternatif yang sama ide-ide yang mendasarinya.
Pembelajaran kolaboratif memungkinkan sebuah tim untuk bergabung pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami suatu hal yang kompleks gejala.
Penilaian diagnostik tertanam dalam pembelajaran dan bersifat formatif untuk pembelajaran dan pengajaran lebih lanjut.
Kemampuan pembelajaran mendalam dari fungsi DTP secara efektif dalam pengelolaan kelas. Guru dapat berpindah dengan cepat dari demonstrasi kelompok besar, kegiatan kelompok kecil, hingga kegiatan latihan dan penilaian individual. Siswa bergerak dengan mulus mulai dari menggunakan perangkat mereka untuk aktivitas ini hingga mengabaikannya komputer mereka dan berpartisipasi dalam dialog. Guru merupakan sentral dalam membimbing aktivitas siswa melalui memberikan tugas, membimbing individu, dan memimpin diskusi. Singkatnya, DTP menawarkan bentuk pembelajaran campuran atau hibrida di mana peran memberikan instruksi dibagi oleh guru dan teknologi, yang mengarah pada perpaduan tatap muka dan digitalisasi pengalaman siswa.
Simulasi Otentik yang Immersif (Immersive Authentic Simulations)
Konsep imersif berkaitan dengan “berada di sana”, perasaan subjektif memiliki komprehensif, realistis pengalaman di tempat di mana seseorang tidak berada secara fisik (Slater 2009, halaman 3549).
Ada dua jenis media imersif yang mendasari semakin banyaknya media tersebutpengalaman belajar formal dan informal (Dede 2009):
Lingkungan virtual multipengguna (atau “dunia virtual”) menawarkan siswa “Alice in Wonderland” yang menarik pengalaman di mana avatar digital mereka dalam bentuk grafis, konteks virtual berpartisipasi aktif dalam pengalaman dengan avatar peserta lain dan dengan komputerisasi agen. MUVEs menyediakan lingkungan yang kaya di mana peserta dapat berinteraksi dengan objek dan alat digital, seperti foto sejarah atau mikroskop virtual (Ketelhut dkk. 2010).
Augmented reality memungkinkan siswa untuk berinteraksi—melalui perangkat nirkabel seluler dengan informasi virtual, visualisasi, dan simulasi yang ditumpangkan di dunia nyata fisik lanskap.
Untuk contoh, sambil melihat pohon melalui sepasang dari kacamata AR, seorang siswa mungkin juga melihat teks menggambarkan karakteristik botaninya. Ketika sedang berjalan melalui sebuah lingkungan, dia mungkin mencari historis foto menunjukkan gambar abad ke-19 dari bangunan lebih berlapis penampilan saat ini. Atau, untuk itu urusan, perangkat selulernya bisa menunjukkan dia hanya obyek khayalan, seperti pesawat luar angkasa alien terbang di atas kepala. Di dalam jangka pendek, tipe dari imersif digital ini merupakan sumber daya dunia yang sebenarnya, menambah siswa pengalaman dan interaksi (Klopfer 2008).
Ketika siswa terlibat aktif dalam tugas yang mengharuskan mereka menggunakan keterampilan berpikir kritis tingkat tinggi dan aktivitas komunikasi dan kolaborasi, hal ini membantu mendorong pembelajaran mendalam di kelas dan berhasil mempersiapkan siswa untuk kuliah, karier, dan kehidupan. Hal ini juga memicu kreativitas mereka dan membantu membangun karakter dan kewarganegaraan yang baik. Pembelajaran mendalam melibatkan siswa dalam berbagai cara dan dapat terdiri dari banyak modalitas, termasuk pelajaran berbasis penyelidikan, teknik pembelajaran campuran, pilihan siswa, pembelajaran yang dipersonalisasi, dan aktivitas kolaboratif.
Penggunan alat dan sumber pembelajaran digital pada pembelajaran mendalam adalah untuk:
Mengeksplorasi konten, konsep, ide, dan informasi baru;
Menantang siswa untuk menciptakan sesuatu pengetahuan yang baru;
Terhubung dengan siswa, teman sebaya, dan pakar di luar kelas;
Mempercepat kemampuan siswa dalam mengarahkan sendiri proses pembelajarannya; dan
Menilai dan berbagi informasi tentang kemampuan dan karakter belajar siswa.
Mengintegrasikan perangkat teknologi seperti Google Workspace for Education, dan aplikasi lain secara efektif ke dalam kegiatan kelas dapat meningkatkan pembelajaran siswa secara signifikan dengan membantu siswa menggunakan keterampilan tingkat tinggi seperti menganalisis, menerapkan pengetahuan sebelumnya, mensintesis informasi, merancang, dan membuat solusi.
Beberapa Aplikasi untuk Pembelajaran Mendalam
Berbagai Aplikasi Google (Jamboard, Google Form. Google Site)
Model inkuiri 5E ini adalah sebuah model pembelajaran yang mengarahkan seseorang untuk menemukan pengetahuan baru, melalui lima 5 tahap yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation. Secara ringkas dapat digambarkan langkahnya sebagai barikut:
Tahap awal dari model 5E ini adalah tahap engagement/pelibatan atau tahap pembangkitan minat. Pada tahap ini tugas guru adalah merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan beberapa pertanyaan pembuka pada siswa tentang fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Atau menggunakan asesmen awal dengan beberapa pertanyaan konsep dasar yang akan dipelajari. Kegiatan pada tahap awal ini dapat juga menggunakan pengatur grafis KWL dengan meminta siswa untuk bertukar pikiran dan mencatat Apa yang mereka sudah ketahui?, Apa yang ingin mereka ketahui?, dan Apa yang telah mereka pelajari tentang topik tersebut. Dari respon atau jawaban siswa akan digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal mereka. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini digunakan oleh guru sebagai alat untuk mengidentifikasi miskonsepsi pemahaman siswa.
Tahap exploration/penyelidikan, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 5-6 orang, kemudian diberi kesempatan untuk berdiskusi secara aktif tentang permasalahan terkait materi yang dipelajari dengan menggunakan metode ilmiah. Siswa saling bertukar gagasan dan pendapat, kemudian berlatih membuat hipotesis baru dan mencoba mencari alternatif pemecahan masalah, melakukan dan mencatat pengamatan tentang ide yang berkembang dalam diskusi. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan penyelidikan di lapangan atau di luar sekolah dengan berbagai sarana dan sumber belajar. Guru menyediakan perancah dengan mengamati, mengajukan pertanyaan, dan membimbing. Eksplorasi menyediakan pengalaman konkret yang dapat digunakan untuk membangun pembelajaran dan pengetahuan siswa. Dalam tahap ini, guru dapat bertindak sebagai konsultan bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengarahkan pengalaman belajar yang dipersonalisasi. Ini seharusnya menjadi bagian terpanjang dari pembelajaran, karena penting untuk memberi siswa waktu untuk benar-benar mengeksplorasi.
Tahap explanation/penjelasan, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran dan mendorong siswa untuk menemukan gagasan. Siswa diminta untuk merekam/mencatat pengamatan dan mengorganisasikan data yang telah diperoleh. Ini adalah tahap yang dipimpin guru yang membantu siswa mensintesiskan pengetahuan baru dan mengajukan pertanyaan jika mereka memerlukan klarifikasi lebih lanjut. Agar tahap ini efektif, guru harus meminta siswa untuk berbagi apa yang mereka pelajari selama tahap penyelidikan sebelum memperkenalkan informasi teknis dengan cara yang lebih langsung. Ini juga merupakan saat guru memanfaatkan video, perangkat lunak komputer, atau alat bantu lainnya untuk meningkatkan pemahaman. Siswa didorong untuk berani mempresentasikan suatu konsep yang diperoleh melalui diskusi kelompok menggunakan bahasanya sendiri. Dengan adanya presentasi, siswa akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pada tahap ini bertujuan untuk mengklarifikasi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang telah diperoleh. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan yang mengarahkan mereka untuk berpikir kritis, serta menyempurnakan hasil presentasi siswa. Pada tahap explanation, sangat diperlukan adanya diskusi antar anggota kelompok untuk mengkritisi pemaparan konsep dari siswa yang satu dengan siswa yang lain. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman konsep yang telah diperoleh. Pendidik dapat meminta siswa mengulangi bagian “K” dan “W” dengan menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui dan apa yang ingin mereka pelajari tentang materi. Untuk melengkapi tahap ini, pendidik memandu siswa melalui bagian “L” untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman belajarnya.
Pada tahap elaboration/pengembangan, siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang mereka peroleh pada situasi yang berbeda. Hal ini dapat membuat pembelajaran lebih bermakna. Kerja kelompok atau tugas mandiri dapat digunakan pada fase ini. Tahap elaborasi ini berfokus pada pemberian ruang kepada siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Hal ini membantu mereka mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam. Guru dapat meminta siswa untuk membuat presentasi atau melakukan penyelidikan tambahan untuk memperkuat keterampilan baru. Selain itu siswa dapat juga mengembangkan produk, berbagi informasi dan ide, menyarankan implikasi atau aplikasi masa depan, dan beberapa tindakan sosial. Kemudian juga siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilannya yang dihubungkan dengan mata pelajaran lain berupa projek, studi kasus, dan masalah. Tahap ini memungkinkan siswa untuk memperkuat pengetahuan mereka sebelum evaluasi.
Pada tahap akhir yaitu evaluation/penilaian, guru melakukan evaluasi dengan memberikan kuis yang dikerjakan secara individu. Dari evaluasi ini guru dan siswa dapat mengetahui kekurangan dan kemajuan proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Kegiatan tahap ini berhubungan dengan penilaian kelas yang outentik dengan mengutamakan penilaian proses yang berupa formatif dan selanjutnya sumatif terhadap penguasaan konsep yang diperoleh siswa dari tahap-tahap sebelumnya. Karena model ini bukan pendekatan tradisional, maka pendekatan penilaian formal maupun informal harus disertakan. Penilaian informal direkomendasikan menggunakan aktivitas Think, Pair, Share. Selain itu dapat juga menggunakan portofolio, penilaian berbasis kinerja, peta konsep, produk, atau jurnal dapat berfungsi sebagai bukti signifikan dari siswa sedang belajar. Elemen bermanfaat lainnya dari fase evaluasi meliputi penilaian diri, penilaian sejawat, tugas menulis, dan ujian.
TEMPLAT MODUL AJAR MODEL INKUIRI 5 E