Pengembangan modul ajar bertujuan untuk mengembangkan perangkat ajar yang memandu pendidik melaksanakan pembelajaran. Modul ajar yang dikembangkan harus bersifat esensial; menarik, bermakna, dan menantang; relevan dan kontekstual; dan berkesinambungan.
Sesuai dengan Permendikbudristek No 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada Pendidikan Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, bahwa dokumen perencanaan pembelajaran selain fleksibel, jelas, dan sederhana paling sedikit memuat : tujuan pembelajaran; langkah atau kegiatan pembelajaran; dan penilaian atau asesmen pembelajaran. Maka untuk guru-guru di SMAN 20 Batam dalam membuat modul ajar dapat menggunakan panduan di bawah ini yang dilengkapi juga dengan template dan contoh modul ajarnya.
CARA MENYUSUN TUJUAN PEMBELAJARAN
Berdasarkan contoh pada gambar sebelah, maka dalam menyusun tujuan pembelajaran minimal ada 3 komponen dalam rumusan tujuan pembelajaran tersebut: KOMPETENSI + MATERI PELAJARAN + KARAKTER.
Pada contoh tersebut : Menganalisis, menarik kesimpulan adalah KOMPETENSI; hubungan antara kegiatan manusia dengan perubahan alam dipermukaan bumi, penyebab-penyebab utamanya adalah MATERI PELAJARAN; sedangkan akhlak kepada alam adalah KARAKTER.
Sedangkan kalau masih menerapkan kurikulum 2013, maka tujuan pembelajarannya sama dengan KOMPETENSI DASAR. Maka untuk mata pelajaran PABP dan PKn mempunyai 4 KD (KD 1, 2, 3, 4), sedangkan mata pelajaran yang lain hanya mempunyai KD 3 dan KD 4.
Selanjutnya setiap tujuan pembelajaran dapat lagi dirinci menjadi INDIKATOR/KRITERIA sebagai bukti bahwa peserta didik sudah mencapai tujuan pembelajarannya.
CARA MENENTUKAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pemetaan Kebutuhan Belajar Peserta Didik
Pada gambar sebelah, sebelum melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi guru ataupun sekolah sudah mempunyai data tentang karakteristik dan kebutuhan belajar siswanya. Ada 3 hal yang perlu dilakukan guru ataupun sekolah, yaitu pertama guru perlu mengetahui kesiapan belajar siswanya sebelum masuk materi ataupun tujuan pembelajaran yang baru. Kedua sekolah melalui guru bimbingan konseling ataupun melibatkan lembaga untuk mendapat data minat dan bakat siswa. Ketiga sekolah juga melalui guru BK ataupun lembaga lain agar mempunyai data tentang profil belajar (gaya belajar, jenis kecerdasan, gaya berpikir, dll) setiap siswa.
Pada dokumen mengenali karakteristik peserta didik sebelah ini dapat digunakan untuk menentukan gaya belajar, jenis kecerdasan, dan gaya berpikir dari peserta didik.
Atau melalui tautan di bawah ini:
http://www.oasepembelajaran.com/2022/07/asesmen-awal-dalam-mendesain.html
Contoh Penerapan Hasil Pemetaan Kebutuhan Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran
Selanjutnya ketiga data ini yang akan digunakan guru dalam merancang pembelajarannya agar sesuai dengan kebutuhan belajar siswanya.
Seperti pada contoh pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan kesiapan siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi keliling bangun datar. Siswa dikelompokkan atas tiga kelompok berdasarkan hasil asesmen awal yang dilakukan, ada yang sudah paham, setengah paham, dan tidak paham sama sekali dengan konsep keliling. Maka siswa akan berbeda materi dan strategi pembelajarannya sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Untuk contoh pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan minat dapat dilihat pada gambar sebelah adalah mata pelajaran bahasa indonesia dengan materi teks prosedur. Maka siswa akan membuat teks prosedur sesuai dengan minatnya masing-masing. Ada siswa dengan minat olah raga, seni/prakarya, dan sains. Sehingga mereka membuat teks prosedur tersebut sesuai minat masing-masing.
Sedangkan untuk contoh pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan profil belajar dapat dilihat pada contoh di samping adalah pada mata pelajaran IPA tentang materi habitat makhluk hidup. Maka pada kegiatan pembelajaran berdasarkan profil belajar siswa ini guru akan menyediakan sumber belajar bervariasi sesuai dengan gaya belajar siswanya masing-masing baik visual, auditori, dan kinestetik.
Strategi Pembelajaran Differensiasi
Pendidik dan satuan pendidikan dapat memilih strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian peserta didik dengan merancang sendiri pendekatan yang akan digunakannya. Namun demikian, hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembelajaran terdiferensiasi menurut kesiapan peserta didik tersebut adalah bahwa pengelompokan peserta didik berdasarkan capaian atau hasil asesmen tidak mengarah pada terbentuknya persepsi tentang pengkategorian peserta didik ke dalam kelompok yang “pintar” dan tidak. Terbentuknya kelompok “unggulan” hingga kelompok yang dinilai paling rendah kemampuannya dapat menyebabkan diskriminasi terhadap peserta didik. Mereka yang ditempatkan pada kelompok yang paling marginal akan cenderung menilai diri mereka sebagai individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar sebagaimana temantemannya yang lain. Demikian pula pendidik sering tanpa sadar memiliki harapan atau ekspektasi yang rendah terhadap peserta didik yang sudah dianggap kurang berbakat atau kurang mampu secara akademik. Akibatnya, mereka akan terus terpinggirkan.
Pada gambar di sebelah ada pembagian pembelajaran diferensiasi dalam tiga kelompok, yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Dalam proses pembelajaran, salah satu diferensiasi yang dapat dilakukan pendidik adalah diferensiasi berdasarkan konten/ materi, proses, dan/atau produk yang dihasilkan peserta didik. Sebagai contoh, ketika mengajarkan materi tertentu, peserta didik yang perlu bimbingan dapat difokuskan hanya pada 3 (tiga) poin penting saja, sementara untuk peserta didik yang sudah cukup memahami materi dapat mempelajari seluruh topik; dan peserta didik yang mahir dapat melakukan pendalaman materi di luar materi yang diajarkan. Begitu juga dengan tagihan atau produk, peserta didik yang perlu bimbingan dapat bekerja kelompok dengan mengumpulkan satu lembar hasil kerja, sementara untuk peserta didik yang cukup mahir dapat mengumpulkan 5 (lima) lembar hasil kerja mandiri, dan peserta didik yang sudah mahir dapat mempresentasikan hasil kerja menggunakan power point dengan dilengkapi gambar dan grafis.
Rotasi Stasiun
Selanjutnya pendidik di SMAN 20 batam juga akan menggunakan Model Rotasi Stasiun untuk pembelajaran di dalam kelas masing-masing. Model ini menggabungkan pembelajaran online dan offline. Ketika pembelajaran online peserta didik memanfaatkan salah satunya sebagai sumber belajar adalah blog guru. Dengan menggunakan model rotasi stasiun ini siswa akan belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya dan bagi siswa yang lambat maka dapat dibantu dengan tutor sebaya ataupun strategi lain sehingga pada akhirnya semua siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam model rotasi stasiun, guru mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok di dalam kelas, di mana setidaknya satu stasiun adalah pengalaman belajar berbasis komputer. Model ini memungkinkan Anda melaksanakan pembelajaran diferensiasi yang dipimpin guru dengan membuat kelompok kecil di kelas dan pengalaman belajar yang dipersonalisasi di komputer atau smart phone peserta didik. Seperti disebutkan, rotasi stasiun adalah pilihan yang bagus ketika Anda memiliki teknologi ruang kelas yang terbatas atau akses terbatas ke kereta laptop sekolah. Ini membahas banyak masalah yang disebabkan oleh ukuran kelas yang besar dan dapat digunakan di ruang kelas dari segala usia, bahkan taman kanak-kanak. Anda juga dapat memperkenalkan siswa pada keterampilan teknologi abad ke-21 yang mereka butuhkan dalam waktu singkat. Kemungkinannya tidak terbatas, yang bisa sedikit berlebihan, jadi mari kita spesifik.
Model rotasi stasiun mengubah peran seorang guru dengan memberikan fleksibilitas yang lebih besar melalui instruksi kelompok kecil. Ini berdampak pada bagaimana Anda merencanakan pengajaran Anda untuk setiap hari, meskipun, itu tidak berarti Anda merencanakan pelajaran yang sama sekali berbeda untuk setiap kelompok.
Format rencana pembelajaran Anda dapat berubah untuk memasukkan kelompok siswa dan bagaimana Anda berencana untuk memenuhi kebutuhan unik mereka dengan berbagai jenis pertanyaan atau contoh. Keindahan pengelompokan adalah bahwa kelompok dapat menjadi dinamis, karena tingkat pencapaian siswa atau kebutuhan berubah. Ini juga akan menginspirasi lebih banyak perencanaan berbasis data harian, daripada menunggu sampai akhir semester untuk melihat data siswa. Menggunakan platform seperti Nearpod memudahkan untuk melacak kinerja siswa secara real time dan membuat keputusan tentang pengelompokan siswa atau mengirim tugas individu berdasarkan tingkat penguasaan.
2. Papan Pilihan
Papan pilihan adalah pengatur grafis yang terdiri dari jumlah kotak yang berbeda-beda. Setiap kotak adalah sebuah aktivitas. Kegiatan ini membantu siswa mempelajari atau mempraktikkan konsep utama, sekaligus memberi mereka pilihan. Siswa dapat diinstruksikan untuk memilih satu atau lebih kegiatan ini untuk diselesaikan. Mereka dapat berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya baik secara terorganisir atau acak.
Papan dan menu pilihan menawarkan kepada siswa menu tugas atau proyek pembelajaran yang dapat mereka pilih berdasarkan minat dan preferensi pembelajaran mereka. Ini seperti memberi mereka kesempatan untuk merancang jalur pembelajaran mereka sendiri.
Papan Pilihan meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa di kelas sambil menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk mendorong aktivitas dalam pembelajaran.
Bagaimana Merancang Papan Pilihan?
Sebelum menerapkan papan pilihan, penting bagi Anda untuk merencanakan implementasi secara strategis dengan menyelesaikan hal berikut:
Identifikasi tujuan pembelajaran atau hasil pembelajaran untuk papan pilihan Anda. Kompetensi apa yang Anda ingin siswa praktikkan atau kuasai?
Tentukan jenis papan pilihan yang akan Anda gunakan (Contoh: 3x3, menu, Tic-Tac-Toe, campuran (aktivitas kertas dan pensil dan digital), Digital, dll.)
Tentukan modifikasi apa yang mungkin diperlukan siswa agar berhasil dengan papan pilihan.
Buat sejumlah tugas berbeda yang sesuai berdasarkan kesiapan siswa, gaya belajar, minat, jenis kecerdasan, dan kebutuhan pengajaran.
Susun tugas pada templat papan pilihan berdasarkan penggunaan Anda. Lihat contoh templat di bagian sumber daya di bawah untuk kecerdasan ganda.
3. Penugasan Berjenjang
Penugasan berjenjang adalah strategi perencanaan untuk kelas berkemampuan campuran. Penugasan berjenjang adalah sarana mengajarkan satu konsep dan memenuhi kebutuhan belajar yang berbeda dalam suatu kelompok. Tugas dan/atau sumber belajar berbeda-beda menurut profil belajar, kesiapan dan minat. Penggunaan tugas berjenjang memaksimalkan kemungkinan bahwa setiap siswa memiliki keterampilan dan pemahaman utama serta setiap siswa diberi tantangan yang sesuai.
Guru dalam melaksanakan penugasan berjenjang membuat sedikit penyesuaian dalam pembelajaran yang sama untuk memenuhi kebutuhan siswa. Semua siswa mempelajari keterampilan dan konsep dasar yang sama tetapi melalui cara dan aktivitas yang berbeda-beda. Tingkatan tersebut perlu menantang siswa secara tepat pada tingkat kemampuan mereka. Tantangan bagi guru adalah memastikan semua tugas, terlepas dari tingkatannya, menarik, memikat, dan menantang.
Menurut Tomlinson (1995), tugas berjenjang digunakan oleh guru dalam kelas yang heterogen untuk memenuhi beragam kebutuhan siswa di kelas. Guru menerapkan berbagai tingkat aktivitas untuk memastikan bahwa siswa mengeksplorasi ide-ide pada tingkat yang didasarkan pada pengetahuan mereka sebelumnya dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Kelompok siswa menggunakan pendekatan yang bervariasi untuk mengeksplorasi ide-ide penting.
4. Kontrak Pembelajaran
Menurut Geoff Anderson, kontrak pembelajaran adalah adalah dokumen yang digunakan untuk membantu dalam perencanaan kegiatan pembelajaran. Kontrak pembelajaran ini merupakan perjanjian tertulis yang dinegosiasikan antara pelajar dan guru, bahwa kegiatan tertentu akan dilakukan untuk mencapai tujuan atau sasaran pembelajaran tertentu.
Intinya, kontrak pembelajaran siswa adalah dokumen atau komitmen antara siswa dan guru untuk membantu memastikan bahwa siswa terlibat dalam pembelajaran sesuai dengan rancangan dan tujuan pembelajaran.
Kontrak pembelajaran adalah dokumen sukarela yang diselesaikan oleh siswa yang menguraikan tindakan yang dijanjikan oleh siswa dalam suatu pembelajaran untuk mencapai keberhasilan akademik. Kontrak ini ditandatangani oleh siswa, guru, dan (opsional) orang tua. Namun manfaat dari semua kontrak tersebut adalah bahwa kontrak tersebut memberikan struktur dan dukungan akademis, memotivasi siswa yang mengalami kesulitan dengan meminta mereka berjanji secara terbuka untuk terlibat dalam perilaku belajar dan belajar yang spesifik dan positif, dan berfungsi sebagai sarana untuk membawa guru dan siswa mencapai kesepakatan mengenai apa yang harus dilakukan, tujuan pembelajaran itu penting dan bagaimana mencapainya (Frank & Scharff, 2013).
Kontrak pembelajaran tersebut harus menguraikan harapan masing-masing pihak, seperti:
Apa yang diharapkan dari siswa?
Kemajuan seperti apa yang harus mereka capai dan kapan mereka harus mencapai pencapaian mereka?
Bagaimana guru akan mendukung mereka selama waktu pembelajaran?
5. Graphic Organizer (Pengatur Grafis)
Graphic organizer adalah media pembelajaran yang digunakan untuk mengatur informasi dan ide dengan cara yang mudah untuk dipahami dan diinternalisasi. Dengan mengintegrasikan teks dan visual, pengatur grafik menunjukkan hubungan dan hubungan antara konsep, istilah, dan fakta.
Graphic organizer ini banyak contohnya, peta konsep salah satunya. Dengan menggunakan graphic organizer siswa dapat merubah dari bentuk teks ke bentuk moda lainnya. Misalnya belajar sejarah menggunakan graphic organizer berupa time line (garis waktu) dengan membuat ringkasan berupa waktu/kejadian penting dari suatu peristiwa dan ini nanti diminta siswa untuk menjelaskannya. Hal ini lebih bermakna dibandingkan siswa diminta membuat membuat presentasi power point, namun ebook yang ditempelkan pada presentasinya dan tulisan tersebut yang dibaca ketika menampilkan presentasinya.
Graphic organizer didefinisikan sebagai tampilan visual yang menunjukkan hubungan antara fakta, ide, dan konsep. Menggunakan modalitas visual dan spasial, organisator grafis memungkinkan siswa untuk mengatur, memahami dan menginternalisasi pembelajaran baru.
Graphic Organizer dapat digunakan di semua tingkatan kelas, dan telah terbukti menjadi alat pembelajaran yang efektif untuk anak-anak berbakat dan siswa berkebutuhan khusus. Dan dengan pelajar dewasa, organisator grafis dapat membantu mengaktifkan hubungan antara apa yang sudah mereka ketahui dan pengetahuan yang baru diperoleh.
Graphic organizer ini pun sebenarnya dapat dengan menggunakan Smart Art pada dokumen word. Pada Smart Art ini pun banyak jenisnya ada berupa list, proces, cycle, hierarchy, dan lainnya.
CARA MENYUSUN ASESMEN ATAU PENILAIAN
Asesmen pembelajaran terbagi atas dua kelompok, yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif. Kemudian asesmen formatif dapat dibagi lagi atas asesmen awal pembelajaran dan asesmen pada proses pembelajaran.
Asesmen di awal pembelajaran, dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk memberikan informasi kepada guru sebagai bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.
Asesmen di dalam proses pembelajaran, dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran. Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif jika tujuannya untuk memberikan umpan balik dan perbaikan pembelajaran atas proses pembelajaran yang sudah dilakukan dengan melakukan refleksi di akhir pembelajaran
Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir setiap proses pembelajaran pada satu tujuan pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik, misalnya terkait keterbatasan alokasi waktu, maupun kebijakan satuan pendidikan. Hasil asesmen sumatif akan dijadikan bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang
Teknik asesmen atau penilaian yang digunakan cenderung berbasis kinerja/perfomans ataupun produk. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menampilkan kompetensinya dan bukan hanya sekedar pemahaman konsep belaka. Kemudian untuk instrumen asesmen yang digunakan lebih banyak berupa rubrik dan catatan anekdotal.
Teknik asesmen yang dapat dilakukan oleh guru seperti pada gambar di samping antara lain adalah observasi, kinerja, proyek, portofolio, tes lisan, dan tes tertulis.
Sedangkan instrumen yang digunakan lebih banyak berupa rubrik, ceklis, catatan anekdotal, dan grafik perkembangan.
Rencana asesmen dimulai dengan perumusan tujuan asesmen. Tujuan ini tentu berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran. Setelah tujuan dirumuskan, pendidik memilih dan/atau mengembangkan instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih/mengembangkan instrumen, antara lain: karakteristik peserta didik, kesesuaian asesmen dengan rencana/tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen, kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik dan pendidik.
Pada dokumen di sebelah ini terdapat kumpulan rubrik untuk berbagai mata pelajaran yang dapat diadaptasi untuk mata pelajaran masing-masing. Rubrik ini berupa untuk penilaian berbasis kinerja, portofolio, dan produk.
CARA MELAKSANAKAN UMPAN BALIK DAN REFLEKSI
Umpan balik merupakan salah satu upaya untuk mengobservasi siswa. Hal ini berkaitan dengan bagaimana mereka melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa. Tujuan utama dari umpan balik adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, umpan balik harus bersifat interaktif, meningkatkan motivasi, dan berupaya memecahkan masalah.
Umpan balik dapat digunakan guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas yang diampunya. Pemberian umpan balik secara tepat kepada siswa akan membantu mereka dalam meningkatkan kinerja, memberikan sebuah pandangan tentang bagaimana seharusnya berkembang, meningkatkan motivasi siswa, serta memberdayakan mereka sebagai siswa. Melalui umpan balik, guru dapat mengarahkan proses pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, umpan balik berperan penting dalam proses pembelajaran.
Guru juga dapat menggunakan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Siswa pun dapat menggunakan umpan balik untuk memantau proses pembelajaran mereka masing-masing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umpan balik berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Akan tetapi, guru memerlukan kemampuan dan strategi khusus dalam memberikan asesmen yang baik dan umpan balik yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Umpan balik memiliki konsep seperti informasi yang diberikan seseorang mengenai aspek kinerja atau pemahaman seseorang. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kompetensi merancang asesmen dan umpan balik yang memadai.
Selanjutnya, refleksi adalah langkah yang sangat penting dalam perkembangan seorang guru dan siswa. Refleksi adalah proses yang melibatkan introspeksi, evaluasi, dan pemikiran mendalam tentang praktik pengajaran dan pengalaman di kelas. Melalui refleksi, seorang guru ataupun siswa dapat menggali lebih dalam untuk memahami apa yang telah berhasil dan apa yang tidak dalam pengajaran mereka. Mereka dapat mengevaluasi apakah tujuan pembelajaran telah tercapai, bagaimana murid merespons materi pelajaran, dan apakah ada cara yang lebih baik untuk menyampaikan materi. Refleksi diri juga memungkinkan guru untuk memahami perasaan dan respons mereka terhadap situasi kelas, yang dapat membantu mereka mengelola stress dan menjaga keseimbangan emosi yang diperlukan untuk pengajaran yang efektif.
Namun, penting untuk dicatat bahwa umpan balik dan refleksi diri harus dilakukan dengan jujur dan terbuka. Guru harus bersedia menerima kritik dan tidak merasa terancam olehnya. Hanya dengan menerima masukan yang konstruktif, seorang guru dapat tumbuh dan berkembang.
Sebagai kesimpulan, umpan balik dan refleksi diri adalah dua alat penting yang dapat membantu seorang guru meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Dengan menerima umpan balik dari berbagai sumber dan melakukan refleksi diri yang jujur, seorang guru dapat menjadi lebih efektif dalam membentuk masa depan murid mereka dan memberikan kontribusi positif yang berkelanjutan dalam dunia pendidikan. Semoga dapat menginsipirasi kita, guru yang senantiasa menginspirasi muridnya.
TEMPLATE DAN CONTOH MODUL AJAR SMAN 20 BATAM