TK Bintang Permata terletak di komplek rumah tinggal atau asrama TNI AD, pasar dan pertokoan, serta dekat dengan banjar adat. Di depan sekolah terdapat kali, di sebelah timur lapangan bola volly juga bengkel sepeda. Karakteristik masyarakat yang ada disekitar sekolah adalah sipil TNI, pedagang , pegawai pemerintahan, wiraswasta, dan sebagian adalah penduduk urban yang memang memiliki berbagai ragam profesi, suku, keyakinan, dan karakteristik masyarakat di sekitar sekolah sangat majemuk .
Kekhasan tradisi yang cukup kuat di sekolah , karena selama ini kami memfasilitasi masyarakat dengan suku yang majemuk , kami menerapkan tradisi kebhinekaan yang secara berkelanjutan, seperti perayaan hari raya berbagai agama, kegiatan Holly Morning yang dilakukan setiap pagi sebelum melakukan kegiatan sesuai dengan keyakinan siswa yang didukung dengan heterogennya keyakinan pendidik di sekolah.
Sumber pendanaan operasional sekolah berasal dari swadaya masyarakat / komite sekolah serta bantuan pemerintah berupa bantuan operasional pendidikan ( BOP) serta BOP Kinerja pada tahun 2022 ini, mengingat satuan mendapatkan kesempatan sebagai pelaksana program sekolah penggerak angkatan kedua.
TK Bintang Permata telah bermitra dengan beberapa pihak dalam penyediaan pelayanan yang holistik integratif untuk peserta didik, antara lain : Layanan pendidikan bermitra dengan dengan dinas kesehatan melalui Puskesmas Pembantu di Kecamatan Denpasar Timur, pihak desa, dunia usaha, dan industri yang ada di lingkungan sekolah, organisasi mitra, dinas pendidikan serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Denpasar menindaklanjuti dengan meminta Satuan Pendidikan untuk memasukkan Budaya Bali sebagai muatan lokal.
Peserta didik TK Bintang Permata berusia 4 - 6 tahun berjumlah 74 anak yang terbagi menjadi 5 (lima) rombongan belajar yaitu i kelas, kelompok A (4-5 tahun) dan 4 kelas kelompok B (5-6 tahun). Peserta didik TK Bintang Permata menganut agama yang berbeda-beda ada yang beragama Hindu, Islam, Katolik dan Kristen Protestan. Peserta didik TK Bintang Permata berasal dari berbagai ragam suku dan keyakinan yang heterogen. orang tua siswa rata-rata berlatar pendidikan SMA/ S1.
Pendidik dan tenaga kependidikan di TK Bintang Permata dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan pendidikan Magister manajemen pendidikan, dengan enam orang guru. Lima orang guru yang sudah memenuhi kualifikasi pendidikan anak usia dini dan satu orang sedang menempuh kuliah. Usia tertua adalah 51 tahun dan yang termuda 21 tahun. Dengan masa kerja 18,10,7, dan 2 tahun.
TK Bintang menempati lahan seluas 200 m2 dan bangunan permanen yang berdiri diatas tanah seluas 200 m2. Bangunan sekolah yang menggunakan bahan-bahan batako, pasir, semen, kayu, genteng, . Halaman seluas 15m2 yang dilengkapi ayunan, seluncuran, tangga setengah lingkaran untuk memanjat anak-anak,, papan titian, jungkitan dan cangkir putar.
Bangunan sekolah memiliki 5 ruangan kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang dapur, 1 ruang remida ,1 gudang, area unit kesehatan sekolah (UKS). Selain ruangan, di TK Bintang Permata terdapat 3 ruang kamar mandi dan 7 tempat cuci tangan. Setiap ruang kelas dilengkapi 3 meja untuk invitasi, 1 perpustakaan mini, rak untuk menyimpan tas, rak sepatu dan perlengkapan anak TK Bintang Permata juga memiliki 4 rak invitasi . Bahan dan alat permainan yang digunakan di TK Bintang Permata berupa loose parts atau bahan lepasan yang bersumber dikumpulkan dari lingkungan sekitar, bantuan orang tua peserta didik yang selalu mendukung program sekolah berupa bahan alam, maupun bahan daur ulang, serta benda-benda kontekstual yang ada dilingkungan sekolah ataupun dari bantuan pemerintah.
KurikulumTK Bintang Permata disusun dengan mengusung toleransi akan keberagaman Budaya Indonesia sebagai dasar – dasar penanaman Sikap peserta didik. Sikap – sikap yang dikembangkan antara lain ; Mengenalkan Sikap Adanya Tuhan Melalui Ciptaan Nya, Sikap Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan, Sikap Prilaku Hidup Sehat, Sikap Ingin Tahu, Sikap Kreatif, Sikap Estetis, Sikap Percaya Diri, Sikap Taat Pada Aturan , Sikap Mandiri, Sikap Sabar, Sikap Peduli,Sikap Toleran,Sikap menyesuikan Diri, Sikap Sopan, Sikap Tanggung Jawab, dan Sikap Jujur. Hal ini ditanamkan melalui pembiasaan disetiap hari, sepanjang tahun pelajaran, dengan mengenalkan prilaku dan nilai yang baik dan seharusnya ( knowing the good ) , membahas dan memikirkan, mengerti mengapa ini baik dan itu tidak baik ( thinking the good ), merasakan manfaat bila prilaku baik itu diterapkan ( feeling the good ) , mengajak anak melakukan prilaku yang baik ( acting the good ) serta membiasakan menerapakan sikap baik dalam setiap kesempatan ( habituating the good ).
Dalam Mengelola kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan partisipatif PAUD Bintang Permata, menerapkan Bermain berbasis buku. Buku yang digunakan sebagai inspirasi bermain anak menggunakan buku cetak ataupun buku non cetak. inspirasi ide kegiatan main kemudian dirangkai dengan pendekatan Proyek dengan model pembelajaran Inkuiri ( Project based Learning (PBL) dan Inquiry Based Learning (IBL) ) yang menjadi acuan pendekatan saintifik.Sesuai dengan konsep kurikulum Merdeka. Dalam IBL, proses pembelajaran dibangun atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak. Di sini anak didorong untuk berkolaborasi untuk memecahkan masalah, dan bukannya sekedar menerima instruksi langsung dari gurunya. Tugas guru dalam lingkungan belajar berbasis pertanyaan ini bukanlah untuk menyediakan pengetahuan, namun membantu anak menjalani proses menemukan sendiri pengetahuan yang mereka cari. Jadi, guru berfungsi sebagai fasilitator dan bukan sumber jawaban.
IBL didasari atas pemikiran John Dewey, seorang pakar pendidikan Amerika, yang mengatakan bahwa pembelajaran, perkembangan, dan pertumbuhan seorang manusia akan optimal saat mereka dikonfrontasikan dengan masalah nyata dan substantif untuk dipecahkan. Ia percaya bahwa kurikulum dan instruksi seharusnya didasarkan pada tugas dan aktivitas berbasis komunitas yang integratif dan melibatkan para pembelajar dalam tindakan-tindakan sosial pragmatis yang membawa manfaat nyata pada dunia.
Perilaku yang ingin dimunculkan dari para anak dalam lingkungan IBL ini, menurut Neil Postman dan Charles Weingartner, adalah:
Percaya diri terhadap kemampuan belajarnya.
Senang saat berusaha memecahkan masalah.
Percaya pada penilaian sendiri dan tidak sekedar bergantung pada penilaian orang lain maupun lingkungan.
Tidak takut menjadi salah.
Tidak ragu dalam menjawab.
Fleksibilitas pandangan.
Menghargai fakta dan mampu membedakan antara fakta dan opini.
Tidak merasa perlu mendapat jawaban final untuk semua pertanyaan dan lebih merasa nyaman saat tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan sulit daripada sekedar menerima jawaban yang terlalu disederhanakan.
Sedangkan guru dalam lingkungan IBL ini harus bersikap berbeda daripada guru di lingkungan pendidikan konvensional. Mereka selayaknya:
Menilai keberhasilan pengajaran dari perubahan perilaku anak dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan seberapa jauh anak memenuhi karakteristik pembelajar optimal . Inquiry Based Learning akan membawa manfaat-manfaat antara lain:
Inquiry Based Learning (IBL) adalah pendekatan yang baik dalam proses belajar mengajar untuk memberi anak kesempatan belajar dengan lebih bebas namun juga tetap mengenalkan dan mendidikkan keahlian-keahlian dasar.
Inquiry Based Learning (IBL) bersifat fleksibel dan cocok untuk bermacam-macam proyek mulai dari yang sangat terbatas sampai yang ekstensif,.
Inquiry Based Learning (IBL) memungkinkan pembelajaran multidisiplin secara langsung. Kalau di kelas konvensional, anak belajar matematika sebentar, lalu belajar geografi, lalu belajar seni, dst. Jika di kelas IBL, karena berbasis pertanyaan dan proyek, maka anak bisa dan bahkan perlu belajar dari beberapa subjek sekaligus.
Kelas Inquiry Based Learning (IBL) memungkinkan anak mendapat pembelajaran secara fisik, emosi, dan kognitif. Dimana pada kelas konvensional cenderung berat ke arah kognitif saja.
Inquiry Based Learning (IBL) mengajarkan pembelajaran kolaboratif. Anak diajarkan saling berinteraksi dan berkolaborasi memecahkan masalah.
Pendekatan Inquiry Based Learning (IBL) menyadari bahwa tiap anak telah membawa pengalaman dan pengetahuannya sendiri ke dalam kelas dan justru membawa manfaat bagi pembelajaran kolektif. Jika di kelas konvensional, semua anak mendapat pengajaran yang standar dan telah ditentukan oleh kurikulum, tidak peduli latar belakang anak.
Project Based Learning atau dengan akronim PBL adalah pemanfaatan proyek dalam proses belajar mengajar, dengan tujuan memperdalam pembelajaran, di mana anak menggunakan pertanyaan-pertanyaan investigatif dan juga teknologi yang relevan dengan hidup mereka. Dalam PBL, anak mengembangkan sendiri investigasi mereka bersama rekan kelompok maupun secara individual, sehingga anak secara otomatis akan mengembangkan pula kemampuan riset mereka. Anak secara aktif terlibat dalam proses pendefinisian masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan aktivitas investigatif lainnya. Mereka didorong untuk memunculkan ide-ide serta solusi realistis.
Secara umum, karakteristik ( Project based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
Anak mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah ditentukan bersama sebelumnya.
Anak berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak memiliki satu jawaban pasti.
Anak ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi.
Anak didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi.
Anak bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang mereka kumpulkan.
Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu untuk memberi pencerahan bagi anak.
Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung.
Anak secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka lakukan, baik proses maupun hasilnya.
Produk akhir dari proyek (belum tentu berupa material, tapi bisa berupa presentasi, drama, dll) dipresentasikan di depan umum (maksudnya, tidak hanya pada gurunya, namun bisa juga pada dewan guru, orang tua, dll) .
Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.
Pendekatan ( Project based Learning (PBL) ini menciptakan lingkungan belajar di mana anak “membangun” pengetahuan mereka sendiri. Guru di PBL benar-benar lebih berfungsi sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran ini benar-benar diutamakan antusiasme dan keterlibatan para anak dalam proses belajar mengajar.
Untuk dalam melaksanakan Pendekatan Proyek dan Inkuiri ini, Guru PAUD Bintang Permata wajib untuk :
Memahami perkembangan anak kemampuan ini merupakan syarat utama dan mendasar bagi setiap guru. Setiap tahapan memiliki tonggak – tonggak yang khusus, oleh karena itu Guru perlu untk mencermati dan mempelajariinya. Dengan bergaul semakin dekat dengan anak, maka guru akan memiliki kemampuan untuk “membaca” anak melalui kemampuan – kemampuan yang muncul dalam setiap perkembangannya.
Guru perlu mengenali kebutuhan dan minat anak agar dapat memberikan stimulasi yang tepat bagi anak . Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga lebih dahulu sebelum masuk ke lingkungan sosial di layanan PAUD. Pengalaman – pengalaman yang diperoleh anak sebelumnya akan mendoronmg munculnya kebutuhan dan minat sesuai dengan diri anak, yang pastinya antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Mengajak Anak untuk terlibat dalam tema pembelajaran. Anak – anak memiliki potensi yang sangat besar. Mereka memikirkan hal – hal yang kadang tidak terpikirkan oleh guru. Tema yang akan dibicarakan dalam pembelajaran dapat melibatkan ide/ gagasan anak.
Mengajak Anak untuk terlibat dalam memikirkan kegiatan bermainKegiatan bermain tidak harus berasal dari guru, tetapi dapat melibatkan anak. Guru perlu tanggap dengan keinginan ataupun ide yang disampaikan saat anak – anak bercerita. Dari keinginan dan ide – ide tersebut, guru dapat menambahkan beberapa kegiatan dan menyampaikan kepada anak – anak lain berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tema – tema tertentu.
Mengajak anak untuk terlibat dalam mempersiapkan alat dan bahan main yang akan digunakan. Dari kegiatan yang telah diketahui akan dimainkan anak, maka guru mendukung dengan mempersiapkan alat dan bahan yang mungkin diperlukan anak.