Pendidikan Keselamatan Diri...
mampu menyebutkan benda /tempat/ perilaku
yang memungkinkan adanya bahaya; (2) anak
mampu menyebutkan aktivitas bermain dalam
ruangan yang berpotensi membahayakan diri; dan
(3) anak mampu menyebutkan aktivitas bermain
di luar ruangan yang berpotensi membahayakan
diri, sedangkan subindikator pemahaman cara
menghindari bahaya terdiri dari (1) anak mampu
mengetahui cara bermain yang benar di dalam
ruangan dan (2) anak mampu mengetahui cara
bermain yang benar di luar ruangan.
Berdasarkan indikator-indikator tersebut,
pendidik menilai tingkat pemahaman bahaya dan
cara menghindarinya. Hasil penilaian menunjukkan
adanya peningkatan pada keduanya. Rata-rata skor
hasil penilaian dalam pemahaman bahaya meningkat
dari 3.8 (awal) menjadi 7.9 (akhir), artinya terdapat
peningkatan pemahaman anak dalam mengenal
bahaya di lingkungan bermainnya. Hal ini dapat dilihat
dari kemampuan anak dalam menyebutkan benda/
tempat/perilaku yang berpotensi membahayakan,
kemampuan anak menyebutkan aktivitas bermain
dalam ruangan dan di luar ruangan yang berpotensi
membahayakan diri. Kemampuan menyebutkan
ini terkait dengan kemampuan mengidentifikasi
lingkungan PAUD pada tahap belajar dan survei
bahaya. Terdapat anak yang mampu mengingatkan
untuk berperilaku yang baik ketika temannya
bermain ayunan dengan cara tidak benar.
Gambar 4. Skor pemahaman bahaya
Peningkatan juga terlihat dalam pemahaman
cara menghindari bahaya. Skor yang dicapai
dalam pemahaman cara menghindari bahaya
meningkat dari skor 2.5 (awal) menjadi 5.4 (akhir).
Hal ini ditunjukkan pada kemampuan anak dalam
mengetahui cara bermain yang benar di dalam
ruangan dan di luar ruangan. Anak-anak menjadi
lebih perhatian terhadap keselamatan dirinya. Selain
itu, anak juga berusaha mencari pemecahan masalah
jika terdapat potensi bahaya yang dihadapinya,
misalnya anak akan bermain dekat ayunan jika
ada temannya sedang bermain ayunan, agar
tidak terbentur ayunan tersebut, atau anak akan
mengambil dan menyimpan gunting yang tergeletak
di lantai agar tidak melukai siapa pun yang berjalan
di lantai tersebut.
Gambar 5. Skor cara menghindari bahaya
Peningkatan pemahaman anak terhadap
benda/tempat/perilaku yang mempunyai potensi
bahaya dan pemahaman cara menghindari bahaya,
memudahkan guru dalam menjelaskan dan
menerapkan aturan-aturan main di KB Gaharu
Plus. Indarwati (2011) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan praktik
pencegahan cedera pada anak usia toddler.
Pengetahuan yang rendah dan sikap yang negatif
akan mengarah kepada praktik pencegahan cedera
pada anak usia toddler yang kurang baik. Terdapat
hubungan antara sikap dengan praktik pencegahan
cedera. Analisis multivariat menunjukkan bahwa
variabel sikap lebih berpengaruh terhadap praktik
pencegahan cedera, dibanding dengan variabel
pengetahuan.
Anak-anak menjadi lebih perhatian ketika guru
menjelaskan aturan main. Dalam kegiatan bermain,
anak-anak berusaha melaksanakan aturan-aturan
main tersebut. Kondisi ini memungkinkan anak
dapat menghindari kecelakaan yang terjadi. Hal ini
ditunjukkan dengan menurunnya tingkat kecelakaan.
Data menunjukkan adanya penurunan tingkat
kecelakaan mencapai 90%. Kejadian seperti terjepit
pintu, jatuh dari tangga, dan lempar-lemparan balok
tidak terjadi lagi. Pemahaman yang baik tentang
konsep bahaya dan cara menghindari bahaya,
dapat mengurangi resiko kecelakaan, sebagaimana
hasil penelitian Istifada dan Permatasari (2013)
menunjukkan bahwa 56.7% responden yang
121
Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan Dikmas - Vol. 13, No. 2, Desember 2018
Pendidikan Keselamatan Diri...
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam
penelitian ini adalah pendidikan keselamatan diri
anak usia dini di KB Gaharu Plus dilaksanakan
dengan memenuhi cara dan prinsip belajar anak
usia dini. Pendidikan keselamatan diri ini merupakan
salah satu upaya preventif untuk mengurangi
kecelakaan di lembaga. Tujuannya adalah
memberikan pemahaman kepada anak usia dini
tentang bahaya dan cara menghindarinya. Dalam
pelaksanaannya, anak-anak diberi kesempatan
berpartisipasi untuk mengindentikasi lingkungan
bermainnya, menemukan benda/tempat/perilaku
yang berpotensi membahayakan dirinya. Anak
juga terlibat aktif dalam kegiatan cara menghindari
bahaya tersebut.
Anak-anak sangat antusias mengikuti tahapan-
tahapan dalam pendidikan keselamatan. Tahapan
tersebut meliputi belajar bahaya, survei bahaya, peta
bahaya, dan cara menghindari bahaya. Sebagian
besar (lebih dari 80%) anak dapat mengikuti proses
pendidikan keselamatan diri. Namun dalam tahap
peta bahaya, masih terdapat 18.60% anak yang
baru mulai berkembang dalam menceritakan hasil
gambarannya terkait dengan potensi bahaya. Hasil
pendidikan keselamatan diri anak usia dini di KB
Gaharu Plus telah meningkatkan pemahaman
anak tentang bahaya dan cara menghindarinya.
Peningkatan pemahaman anak akan mempermudah
pendidik dalam menerapkan aturan-aturan main di
lembaga, sehingga kecelakaan anak dapat dihindari.
Saran
Saran yang diajukan adalah pertama,
pendidikan keselamatan diri anak usia dini di KB
Gaharu Plus dapat dilaksanakan secara kontinu dan
berkesinambungan, sehingga anak mendapatkan
pemahaman yang utuh tentang keselamatan dirinya.
Kedua, pendidikan keselamatan diri anak usia dini di
KB Gaharu Plus dapat dikembangkan sehingga tidak
hanya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
bahaya dan cara menghindarinya di lingkungan
lembaga PAUD, tetapi diperluas untuk pemahaman
bahaya yang lain, misalnya bahaya kebakaran,
bahaya banjir atau bahaya premanisme.