PULAI
(Alstonia scholaris)
(Alstonia scholaris)
Pohon Pulai
Sumber : dokumen pribadi
Oleh Fidya Ayu Fataya
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris
Lokal : Pulai
Tanaman pulai atau Alstonia scholaris merupakan salah satu tanaman dari perdu dan pohon yang berspesies Apocynaccae atau biasa dikenal pule ataupun kayu susu (Silalahi, 2019). Tanaman ini dapat tumbuh hidup di daerah dengan suhu rata-rata tahunan 12-32 ° Celcius. Salah satu dari enam kayu ekspor utama Indonesia adalah A. scholaris. Karena kayunya tidak cukup kuat, kayu ini digunakan untuk membuat peti mati, korek api, kotak, papan gambar, bingkai lukisan, papan tulis, perabot rumah tangga, perahu, dan kerajinan tangan seperti mainan, wayang golek, dan topeng. Kayu tengah (pulpa) juga digunakan dalam pembuatan kayu lapis. Pulpa kayu ini bagus untuk membuat kertas. A. scholaris banyak ditemukan di lingkungan muson. Tanaman ini tahan terhadap berbagai jenis tanah dan habitat, termasuk vegetasi sekunder (Poerba, 2007).
Tanaman pulai (Alstonia scholaris) adalah sejenis pohon yang memiliki beberapa karakteristik yang menarik. Tanaman ini umumnya ditemukan di sekitar Pulau Sumatara dan Jawa. Pulai dapat mencapai tinggi 30-40 meter. Karena bentuknya yang melebar ke samping dan daunnya yang mengkilat, menjadikan pohon pule adalah salah satu tanaman yang sering dipilih untuk ditanam. Tanaman ini dapat memberikan kesejukan di tengah panas matahari yang terik karena sifat ini. Daunnya tersusun berlawanan dan berbentuk lonjong dengan ujung runcing. Bunga pulai berwarna putih dan memiliki bau yang khas, dan buahnya berbentuk lojong memanjang dan berisi biji yang ditutupi oleh serabut (Pujawati & Payung, 2022).
Tanaman pulai mengandung senyawa seperti flavonoid, tanin, triterpenoid, resin, dan alkaloid yang dapat membantu menghentikan berkembangnya gulma seperti rumput teki (Cyperus rotundus). Tanaman pulai juga dapat digunakan untuk reklamasi lahan yang pernah digunakan untuk tambang batu bara. Pulai juga dapat digunakan sebagai tanaman hias dan sebagai peneduh. (Mashudi, 2020).
Akar adalah organ penting tumbuhan untuk menahan tubuh dan menyerap air serta nutrisi ke dalam tubuhnya, yang memungkinkan tumbuhan tumbuh lebih tinggi dan lebih cepat. Pohon pulai memiliki jenis akar tunggang, dengan adanya lentisel berpori pada bagian permukaan akarnya, dan berwarna coklat seperti akar pohon umumnya (Misra dkk., 2011). Pohon ini memiliki akar yang panjang dan besar, jadi tidak disarankan untuk menanamnya di dekat kolam renang atau fondasi bangunan. Ini karena akarnya dapat tumbuh besar dan merusak fondasi. Selain itu, pohon ini sering diubah untuk menjadi tanaman hias seperti bonsai (Dilan dkk., 2016).
Batang adalah bagian tumbuhan yang sangat penting karena mengingat tempat dan kedudukan batang sebagai sumbu tubuh, melihat keadaan daun melalui batang, dan membentuk dan menyangga daun. Selain itu, karena ujung batang memiliki titik vegetatif meristematik, batang memungkinkan untuk terus berkembang.
Tanaman pulai yang termasuk jenis pohon dapat tumbuh mencapai diameter 60‑125 cm, berkayu, dan memiliki karakter percabangan menggarpu dan pertumbuhan batangnya lurus. Kulit kayunya berwarna cokelat, bertekstur tidak rata, dan memiliki getah putih seperti susu. Pada kulit kayunya juga memiliki rasa pahit dan tidak berbau, pada hewan seperti kuda, kulit kayu pulai digunakan sebagai obat cacing. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 30-40 meter sehingga biasa digunakan sebagai pohon peneduh (Dilan dkk., 2016).
Semua tumbuhan memiliki daun, yang memiliki berbagai bentuk tergantung pada jenis tumbuhannya. Beberapa fungsi daun adalah asimilasi untuk mengendalikan zat makanan, reabsorbsi untuk mengambil zat makanan, respirasi untuk menghirup udara, dan transpirasi untuk menguap air. Tata daun tanaman pulai terdiri dari daun majemuk menjari dengan bentuk berkarang atau berlingkar.
Bentuk pertulangan daun pulai adalah ovalis ellipticus (jorong) dan penninervis (menyirip). Daun tunggal memiliki bentuk lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, dengan panjang 10 hingga 23 cm dan lebar 3 hingga 7,5 cm. Memiliki 4 hingga 9 helai yang tersusun melingkar dan bertangkai panjangnya 7,5 hingga 15 mm. Hampir sama seperti telur, daun ini juga memiliki permukaan atas yang lebih licin daripada permukaan bawah yang tampak buram. Bagian depan berwarna hijau mengkilap dan belakang daun berwarna hijau pucat (Indartik, 2009).
Bunga adalah bagian tanaman yang menghasilkan biji, dan setelah pembuahan, bunga berkembang lebih lanjut untuk membentuk buah. Buah pada tumbuhan berbunga membawa dan melindungi biji. Tanaman pulai adalah salah satu tanaman yang berbunga dalam proses pembuahannya. Pohon pulai memiliki bunga majemuk yang berbentuk malai bergagang panjang.
Bunganya muncul di ujung batang dan memiliki kelopak yang menyerupai kelopak bunga bulat telur. Tangkainya panjang dua hingga lima sentimeter dan berwarna hijau sampai putih. Pada pohon pulai, benang sari melekat pada tabung mahkota. Kepala putik meruncing disertai dengan bakal buah berbulu dan berwarna putih, dan panjang tangkai putik sekitar 3-5 mm. Bunga-bunganya yang harum mekar pada bulan Oktober. Mahkota bunga berbentuk tabung bulat telur dengan panjang 7-9 mm dan berwarna putih kekuningan (Indartik, 2009).
Dalam tumbuhan berbunga, buah adalah perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak disebut biji atau semen. Buah dari pohon pulai disebut cukup unik karena memiliki bentuk yang memanjang seperti pita. Panjang buahnya sekitar 20-50 cm dengan warna hijau keputihan ketika masih muda, dan akan berubah warna menjadi coklat ketika matang. Tanaman ini termasuk dalam kategori angiospermae karena memiliki bunga dan buah serta letak bijinya terbungkus oleh buah (tertutup). Pohon pule memiliki biji yang banyak, berukuran kecil dengan panjang 1,5-2 cm, berbentuk pipih, dan berumbai di bagian ujungnya, Bijinya berbentuk elips dengan kulit tipis berkayu. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang (Tjitrosoepomo, 2005).
Pohon pule, atau Alstonia scholaris, memiliki banyak manfaat dalam pengobatan tradisional. Pohon pule digunakan untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan, malaria, asma, demam, disentri, diare, epilepsi, penyakit kulit, dan gigitan ular. Pohon pulai juga memiliki bioaktivitas sebagai anti-diabetes mellitus, anti-kanker, anti-inflamasi, anti-mikroba, dan antioksidan (Baliga, 2010).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dey dkk, pada tahun 2011, pohon pule digunakan secara etnobotani untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan, malaria, asma, demam, disentri, diare, epilepsi, penyakit kulit, dan gigitan ular. Pemanfaatan pohon pule sebagai obat berhubungan dengan kandungan metabolit sekundernya terutama dari senyawa kelompok alkaloid. Selain itu, pohon pule juga memiliki bioaktivitas sebagai anti-diabetes mellitus, anti kanker, anti inflamantori, anti mikroba, dan antioksidan. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan tumbuhan obat sebagai obat tradisional harus dilakukan dengan pengetahuan yang cukup dan perlu dihindari efek toksisitasnya. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan penggunaan pohon pulai sebagai obat dengan dokter atau ahli pengobatan terlebih dahulu sebelum menggunakannya (Silalahi, 2019).
Alstonia scholaris adalah sejenis pohon yang tumbuh di sebagian besar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Alstonia scholaris juga merupakan pohon tropis yang tumbuh hijau sepanjang tahun yang berasal dari Asia Selatan dan Tenggara. Disebut sebagai pohon papan tulis, pohon hantu, atau pohon susu (Baliga, 2010). Tanaman pulai ini tumbuh baik di iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan antara 1.500 hingga 3.000 mm (Misra dkk., 2011). Habitat asli tanaman pulai adalah hutan hujan primer, hutan hujan sekunder, dan hutan musim, tetapi pohon ini juga dapat tumbuh di tempat yang memiliki musim kering singkat. Pohon ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk tanah berpasir, tanah liat, dan tanah berlumpur, tetapi tanah yang ideal untuk pertumbuhan pulai adalah tanah regosol (Silalahi, 2019).
Baliga, M. S. (2010). Alstonia scholaris Linn R Br in the Treatment and Prevention of Cancer: Past, Present, and Future. Integrative Cancer Therapies, 9(3), 261–269.
Dilan, T. A., Ekyastuti, W., & Muflihati. (2016). SEBARAN POPULASI PULAI (ALSTONIA SCHOLARIS) DI KAWASAN HUTAN KOTA GUNUNG SARI SINGKAWANG. Jurnal Hutan Lestari, 4(3), 292–298.
Gambar Akar Pulai. https://www.selingkarwilis.com/tag/pohon-pule Diakses pada tanggal 14 Oktober 2023 pukul 14.45 WIB.
Gambar Batang Pulai. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/7/2705 Diakses pada tanggal 13 Oktober 2023 pukul 08.34 WIB.
Gambar Buah Pulai. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/7/2705 Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023 pukul 19.27 WIB.
Gambar Bunga Pulai. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/7/2705 Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023 diakses pukul 15.18 WIB.
Gambar Daun Pulai. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/7/2705 Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023 pukul 09.56 WIB.
Gambar Pulai Dewasa. https://images.app.goo.gl/aHUDbqRQEgTW6RF76 Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023 pukul 08.13 WIB.
Indartik, I. (2009). POTENSI PASAR PULAI (ALSTONIA SCHOLARIS) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU INDUSTRI OBAT HERBAL: STUDI KASUS JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 6(2), 159–175.
Mashudi, M. (2020). KERAGAMAN SUDUT PERCABANGAN DAN PANJANG INTERNODUS TANAMAN UJI KETURUNAN PULAI GADING (Alstonia scholaris (L.). R.Br.). Jurnal Hutan Tropis, 8(2), 195.
Misra, C. S., Kumar Pratyush, M.S, L. D., James, J., Veettil, A. K. T., & Thankaman, V. (2011). A comparative study on phytochemical screening and antibacterial activity of roots of Alstonia scholaris with the roots, leaves and stem bark. International Journal of Research in Phytochemistry & Pharmacology, 1(2), 77–82.
Poerba, Y. S. (2007). STUDI KERAGAMAN GENETIK PULAI [Alstonia scholaris (L.) R.Br.] BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA. LIPI Berita Biologi Jurnal Ilmiah Nasional, 8(5), 353–363.
Pujawati, E. D., & Payung, D. (2022). Buku Ajar Biologi Hutan Bagian 1, Morfologi Tumbuhan (1 ed.). CV Banyubening Cipta Sejahtera.
Silalahi, M. (2019). BOTANI DAN BIOAKTIVITAS PULAI (Alstonia scholaris). Jurnal Pro-Life, 6(2), 136–147.
Tjitrosoepomo, G. (2005). Morfologi Tumbuhan (15 ed.). Gajah Mada University Press.
Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Jalan Pramuka No. 156, Ronowijayan, Siman, Tonatan, Kec. Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur 63474, Indonesia. (0352) 481277
Email : ipa@iainponorogo.ac.id