Inovator:
Dwi Febri Astutik, S.Pd.
SMPN Satap 1 Pemenang
SAPU TAMU adalah adalah program sekolah berbasis lingkungan yang dirancang untuk menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab siswa terhadap pengelolaan sampah pribadi. Program ini mengajak seluruh warga sekolah (siswa, guru, dan staf) untuk memilah, mengurangi, dan mengelola sampah yang mereka hasilkan sehari-hari, baik di kelas, kantin, maupun lingkungan sekolah.
DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 33 ayat (4): hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta kewajiban negara dalam mengelola sumber daya alam.
PERMASALAHAN
Beberapa alasan mengapa program ini digagas adalah karena masih banyaknya sampah plastik di lingkungan sekolah. Siswa belum menyadari dampak negatif dari sampah terhadap lingkungan. Sampah yang berserakan sangat tidak elok dipandang dan mengganggu kenyamanan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Para siswa juga belum mengetahui cara menangani sampah dengan baik. Dengan menyelenggarakan kegiatan kokurikuler tentang penanganan sampah di sekolah, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah sampah di sekolah dan meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Melalui kegiatan seperti pemilahan sampah organik/anorganik, pembuatan kompos, daur ulang kreatif, dan tantangan "zero waste", program ini bertujuan menciptakan kebiasaan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Siswa juga akan dilibatkan dalam proyek kolaboratif seperti bank sampah atau pembuatan ecobrick.
ISU STRATEGIS
Permasalahan sampah di sekolah: masih banyaknya sampah yang berserakan menunjukkan kurangnya kesadaran akan kebersihan dan daur ulang.
Kurangnya edukasi lingkungan: siswa seringkali tidak memahami dampak jangka panjang sampah mereka, seperti mikroplastik atau emisi gas metana dari sampah organik.
Penanaman karakter: kurangnya rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap linkungan sekolah.
METODE PEMBAHARUAN
Selama ini pengelolaan sampah di sekolah masih sangat konvensional dan berdampak buruk terhadap lingkungan. Awalnya membakar sampah adalah solusi praktis jangka pendek yang bisa dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut akan berdampak sangat buruk terhadap kualitas udara dan menjadikan lingkungan tidak sehat karena lapisan ozon akan terlubangi dan tak mampu lagi membendung sinar ultraviolet. Kami sadar itu bukan solusi jangka panjang sehingga butuh penanganan yang lebih intensif dari sumbernya. Oleh sebab itu, program SAPU TAMU digagas sebagai usaha untuk menangani sampah dimulai dari sekolah.
KEUNGGULAN DAN KEBAHARUAN
Kegiatan ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kepedulian murid terhadap kebersihan lingkungan agar pembelajaran menjadi nyaman dan menyenangkan.
Program tersebut melibatkan secara aktif murid sebagai penanggung jawab secara bergiliran dan juga warga sekolah yang lain.
TAHAPAN INOVASI/SPESIFIKASI
Murid yang memiliki jadwal piket memandu teman sekelas untuk membersihkan kelas dan memilah sampah organik dan anorganik.
Sampah organik dibuang di tong sampah, sampah plastik/kertas dimasukkan ke dalam botol plastik bekas tiap anak.
Sampah organik terurai, sampah plastik dan kertas dijadikan ecobrick, botol plastik dan kaleng dijadikan hiasan.
Menyusun ecobrick yang terkumpul menjadi meja/kursi.
Evaluasi kegiatan.
TUJUAN
Membentuk karakter peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kolaborasi aktif para murid.
Meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Memberikan edukasi tentang cara menangani sampah dengan baik.
Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang lingkungan hidup.
Menjadikan siswa sebagai agen perubahan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.