Teaching Factory
Berdasarkan Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018, Teaching
Factory (TeFa) merupakan model pembelajaran yang bernuansa
industri melalui sinergi SMK/MAK dengan dunia usaha/industri
untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan
kebutuhan pasar. Menurut Direktorat Pembinaan SMK tahun
2008, Teaching Factory merupakan mengintegrasikan proses
pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang
layak jual untuk menghasilkan nilai tambah bagi sekolah. Artinya,
selain memunculkan sikap untuk siap terjun di lingkungan kerja
industri, peserta didik dari Pendidikan Vokasi juga disiapkan
untuk menjadi seorang wirausaha melalui pembelajaran Teaching
Factory ini.
Tahun 2021 merupakan skema pembaharuan Teaching Factory
yang disebut sebagai New Teaching Factory 2021 (New Tefa 2021).
New Tefa 2021 adalah sebuah pembaharuan dan program lanjutan
dari kegiatan Tefa sebelumnya, dimana sasaran pasar atau
bagaimana menjualkan produk dan atau jasa yang dihasilkan
siswa SMK dan membentuk sebuah siklus bisnis di dalam SMK
menjadi target yang utama. Tidak hanya terfokus bagaimana
kerja sama dengan industri untuk menghasilkan sebuah produk
dan kompetensi siswa.
Konsep yang diusung dalam model baru ini tidak jauh
berbeda dengan penjabaran yang ada di atas. Pasalnya, New Tefa
2021 hanya membuat sebuah model pembelajaran yang
diharapkan membuat siklus bisnis di dalam sebuah Pendidikan
Vokasi. Konsep ini tercipta disebabkan adanya kegiatan Tefa yang
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
dikombinasikan dengan kegiatan pendekatan bisnis. Pendekatan
bisnis yang diusung dalam konsep ini diantaranya ialah materi
bisnis, pendampingan bisnis, akses ke marketplace dan akses ke
lembaga keuangan. Materi bisnis yang disampaikan berupa
business plan (perencanaan bisnis), CEO mindset, etika bisnis, nilai
suatu produk, dan branding produk.
Pembelajaran model Teaching Factory merupakan
perpaduan dari teori dan praktik yang telah diperoleh dari
sekolah yang digabungkan dengan pendekatan berbasis
produksi ala standar yang ada di industri. Model pembelajaran
Teaching Factory dibuat untuk meningkatkan kompetensi siswa
di beberapa mata pelajaran produktif. Model Teaching Factory
menurut Zainal Nur Arifin (2014) ada tiga model Teaching
Factory yang dikenal di sistem pendidikan vokasi. Selain itu,
model pembelajaran ini menerapkan enam langkah layaknya
metode R&D. Model-model Teaching Factory dijabarkan sebagai
berikut,
a) Tiga model
i. Model 1
Pendidikan Vokasi atau lembaga kejuruan
menyediakan ruang untuk mitra industri yang nantinya
dimanfaatkan untuk membangun Teaching Factory. Model
ini menerapkan layaknya sebuah replika dari pabrik atau
mini pabrik produksi seperti mitra industri. Mini pabrik
ini nantinya dimanfaatkan untuk menghasilkan sebuah
produk untuk mitra industri. Sebagai contoh SMK Tunas
Bangsa bekerja sama dengan industri elektronik dalam
pembuatan powerbank.
ii. Model 2
Pendidikan Vokasi atau lembaga kejuruan
membangun sebuah Teaching Factory bersama dengan
mitra industri, dimana letak bangunan tersebut berada di
dalam atau berada diluar lingkungan Pendidikan Vokasi
atau lembaga kejuruan sesuai kesepakatan dengan mitra
industri. Model ini menjadikan unit Teaching Factory
bekerja secara terpisah dari Pendidikan Vokasi atau
lembaga kejuruan, baik secara operasional maupun
secara manajemen. Model ini menitikberatkan pada
kebutuhan program kejuruan.
iii. Model 3
Model ini mengambil bentuk kelas kerja sama
khusus antara mitra industri dengan Pendidikan Vokasi
atau lembaga kejuruan. Kerja sama tersebut akan
membuat siswa dapat berlatih atau mengasah
kemampuan di sekolah dan mitra industri.