FLYINGFISH STORY


1. The Beginning


Golbett bukan Steve Jobs,  Ia memulai perjalanan Flyingfish pada pertengahan tahun 2016, berawal dari kegelisahan setelah lulus SMA.

Saat banyak teman melanjutkan kuliah, ia justru harus menerima kenyataan bahwa keterbatasan biaya dan jejaring membuatnya tak bisa meneruskan pendidikan. Ia pun memilih untuk langsung mencoba untuk bekerja di berbagai tempat, Tapi di tengah rutinitas itu, muncul pertanyaan dalam dirinya:


“Apakah aku akan bekerja seperti ini terus menerus?”.


Kegelisahan itu perlahan berubah jadi tekad untuk memiliki usaha sendiri. Namun, dengan modal yang minim, semua terasa mustahil. Sampai suatu hari, ketika Golbett bekerja di sebuah warung sate, ia bertemu dengan seseorang  yang sering nongkrong di warkop samping warung sate tempat ia bekerja sambil membawa bongkahan kayu dan alat ukir.


Rasa penasaran membuat Golbett berkenalan dengannya. Dari situlah ia belajar banyak hal. Setiap kali nongkrong, Golbett melihat temannya itu membuat patung abstrak sambil menyeruput secangkir kopi. Hingga suatu hari, Golbett tertarik mencoba ikut mengukir — mengambil potongan kayu bekas potekan pahatan dan mengukirnya dengan pisau bawang dari warung sate tempatnya bekerja, karena ia belum punya alat ukir yang layak.


Kegiatan kecil itu akhirnya menjadi kebiasaan harian. Golbett mengukir, belajar otodidak, gagal, mencoba lagi, hingga akhirnya bisa dan hasil karyanya menumpuk. Suatu kali, ia bertanya kepada temannya, Fikar:

“Bang, enaknya hasil ukiran kecil-kecil ini dibuat apa, ya?”

Fikar menjawab, “Kayaknya cocok deh buat bandul kalung, bisa untuk dijual.”


Dari situlah semuanya dimulai. Mereka mulai membuat bandul kecil dari kayu, memasangkannya dengan tali, dan mencoba untuk  menjualnya.

Diakhir tahun 2016, mereka nekat berjualan di kawasan Bundaran HI, Jakarta — di trotoar, sembari berbagi cerita dengan orang-orang yang mampir ke lapak .


Perlahan, mereka mulai ikut pameran dan acara dagang resmi. Tapi karena Golbett masih bekerja di warung sate, ia tak selalu bisa ikut berjualan. Akhirnya, Golbett memutuskan untuk berjalan sendiri. Juli 2017 Golbett memulai berjualan online dengan membuat akun Instagram untuk menjual hasil produknya — dan dari sanalah nama Flyingfish lahir.


2. Finding Meaning

Nama Flyingfish muncul dari cara Golbett melihat hidup.

Bagi dia, Flyingfish / ikan yang bisa terbang adalah simbol dari sesuatu yang tampak mustahil tapi bisa terjadi jika dilakukan dengan tekad dan keberanian yang kuat.


Saat mulai berjualan di Instagram, banyak orang memesan karya custom — dari bentuk hewan, simbol, tumbuhan, sampai bentuk abstrak. Dari situ, Golbett menyadari bahwa setiap orang punya bentuk yang merepresentasikan kisah mereka sendiri.


Dari pemahaman itu lahir tagline “Make Your Mark, Make Your Story.”

Kalimat ini mewakili gagasan bahwa setiap orang punya jejak dan cerita unik — dan Flyingfish hadir untuk membantu mereka mengekspresikannya lewat produk.


Bagi Golbett, Flyingfish bukan sekadar nama.

Ia adalah simbol dari keberanian melawan ketidakmungkinan, dari kreativitas yang lahir di tengah keterbatasan.


3. Today and Beyond

Kini, Flyingfish telah berkembang jauh. Jika dulu semua karya dibuat dari kayu dengan metode ukir, kini Flyingfish mengembangkan ke bahan material lain seperti resin dan lain-lain, serta merambah ke berbagai produk lain bukan hanya kalung melainkan seperti gelang, kaos dan merchandise lainnya — agar prosesnya bisa dilakukan bersama tim dan menjangkau lebih banyak orang.


Perubahan itu bukan sekadar langkah praktis, tapi bentuk evolusi: dari karya yang lahir dari tangan tunggal menjadi gerakan kreatif yang dikerjakan bersama.


Bagi Golbett, Flyingfish bukan sekedar brand.

Ia adalah perjalanan tentang keyakinan, kerja keras, dan keberanian menciptakan sesuatu dari yang tampak mustahil  menjadi mungkin — sekaligus medium bagi setiap orang untuk menandai kisah mereka sendiri.

---