Berbagi Takjil, Membuka Pintu Cinta
Ciptaan: Nuraini Kabeakan
Siti dan Rudi adalah teman sekelas yang telah saling mengenal sejak duduk di bangku SMP. Keduanya memiliki kebiasaan berbagi takjil saat bulan Ramadhan tiba. Setiap hari, mereka membawa takjil kesukaan masing-masing dan saling menukarnya di waktu berbuka puasa. Namun, takjil tahun ini membawa perubahan yang tak terduga dalam hubungan mereka.
Suatu hari, Rudi membawa takjil favorit Siti, yakni kolak pisang. Saat berbuka, Siti melihat Rudi dengan senyum lebar di wajahnya. "Rudi, makasih ya sudah bawa kolak pisang, ini favoritku!" ucap Siti sambil tersenyum.
Rudi menjawab dengan senyuman malu-malu. "Iya, aku tahu kamu suka kolak pisang, jadi aku berusaha membuatnya sendiri. Semoga enak."
Siti mencicipi kolak pisang yang disediakan Rudi, dan rasanya ternyata sangat lezat. "Ini enak sekali, Rudi! Kamu pandai memasak, ya? Aku senang bisa berbagi takjil denganmu setiap hari."
Mereka terus berbagi takjil sepanjang bulan Ramadhan. Saat satu takjil habis, yang lain selalu siap dengan takjil baru, dan mereka saling tertawa dan berbicara tentang hal-hal yang mereka alami sepanjang hari.
Seiring berjalannya waktu, Siti dan Rudi mulai merasakan perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan. Mereka saling melengkapi satu sama lain, dan rasa nyaman yang mereka rasakan semakin kuat.
Pada suatu malam menjelang akhir bulan Ramadhan, setelah berbuka puasa dan salat tarawih bersama, Siti dan Rudi duduk di bawah pohon rindang di halaman masjid. Suasana yang tenang dan khidmat membuat Siti canggung. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya.
"Rudi, selama bulan ini, aku merasa semakin dekat dan nyaman bersamamu. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku... aku merasa lebih dari sekadar teman padamu."
Rudi tersenyum dan memandang Siti dengan penuh kehangatan. "Siti, aku juga merasakan hal yang sama. Aku merasa nyaman dan bahagia saat bersamamu. Apakah... apakah kita bisa menjadi lebih dari sekadar teman?"
Siti tersenyum dan menganggukkan kepala. "Ya, Rudi, aku juga ingin itu. Aku ingin menjadi kekasihmu."Mereka saling memeluk dan merasakan getaran kebahagiaan yang memenuhi hati mereka. Berbagi takjil selama bulan Ramadhan telah membuka pintu cinta di antara mereka.
Hari-hari berikutnya, Siti dan Rudi menjalani hubungan mereka sebagai sepasang kekasih dengan penuh kebahagiaan. Mereka tetap berbagi takjil setiap hari, tetapi kali ini dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ramadhan menjadi bulan yang penuh berkah bagi mereka, di mana takjil menjadi lambang awal dari cinta yang tumbuh di antara mereka.
Mereka belajar banyak tentang komitmen, saling pengertian, dan memperkuat iman mereka bersama-sama. Berbagi takjil tidak hanya menjadi tradisi Ramadhan, tetapi juga menjadi simbol cinta yang tumbuh dan berkembang di antara mereka.
Kisah cinta mereka yang dimulai dari berbagi takjil di bulan Ramadhan menjadi bukti bahwa cinta bisa tumbuh di tempat-tempat yang tak terduga. Dan mereka berdua bersyukur bahwa takjil telah membawa mereka bersama dan membuka pintu cinta yang membahagiakan sepanjang hidup mereka.