The Greatest Journey of My Life, EVER.
Vinnie
Jakarta, 10 Juli 2009
Perkenalkan, aku Vinnie, dengan nama lengkap Vincentius Aditya Pradana Kusuma. Aku merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, aku lahir di Solo dan aku menghabiskan masa kecilku di Jakarta, bahkan sampai kuliah semester 4. Kuliah semester 4 ku sebagai mahasiswa manajemen pun sudah selesai dan aku pun gabut entah mau kemana, mau ngapain juga. Ayahku, tiba-tiba mengajak kami semua untuk berlibur ke Bogor dan Bandung. Aku sebenernya males sih mau liburan, tapi kalo ayah yang bayarin, ayok aja aku. Ayahku bilang, kalo kita ga liburan sendiri, ternyata ayah ngajak temen seperjuangannya saat SD sampai SMA, om Yosef. Sebelumnya, aku belum pernah ketemu om Yosef. Aku dan adekku sebenernya pengennya cuman kita yang liburan, ga expect aja tiba-tiba ngajak temen ayah juga. Yaudah deh, daripada gabut di rumah kita di Kelapa Gading, yaudah yok kita liburan.
12 Juli, setelah aku selesai misa pagi di gereja, keluargaku dan aku pun berangkat menggunakan mobil Innova ayah yang baru saja dibeli 5 bulan yang lalu. Aku saat itu pengen banget nyoba nyetirin mobil Innova, tapi mamah pasti bakal panik, karena mamahku orangnya panikan banget kalo aku yang bawa mobil. Terakhir aku bawa mobil, ada motor tiba-tiba nyalip dari kiri saat aku mau belok kiri ke gang. Akibatnya, dia harus di bawa ke Rumah Sakit, padahalkan aku udah nge-sen. Yaudah akhirnya aku agak kapok kalo nyetir sama mamahku yang panikan. Oh iya, sebenernya om Yosef dan keluarganya dateng dari Semarang untuk ke Bogor, mereka duluan berangkat dari tanggal 11 Juli sore, jadi kita gausah nunggu lama karena Jakarta ke Bogor kan cuman 1 jam 30 menit. Destinasi kami di Bogor, yang jelas, ke Taman Safari dan makan-makan di restoran seafood yang enakk banget. Kami pun sampai di hotel yang ada di kota Bogor. Kita masuk hotel, check in, dan saat itu om Yosef doang yang di lobby hotel. Ayah nanya, “Yos, anak-anak sama istri dimana?” sambil bercanda gitu. Om Yosef bilang kalo mereka lagi di belakang, ngelihat-lihat taman. Aku pun duduk sambil mainin HP Samsungku dan ngedengerin lagu dari Boyz II Men – On Bended Knee menggunakan earphoneku. Kebetulan aku emang hobi banget dengerin lagu jaman ayah dan mamahku, enak banget dan bikin hati selow. Kalo dengerin lagu jadul, kayak beban udah hilang aja.
Shannon
Tiba-tiba datanglah keluarganya om Yosef. Seketika mataku langsung penuh fokus dan terpesona ke anak gadis dari om Yosef. Aku langsung terpukau akan kemanisan dan kecantikannya. Kulihat rambutnya yang dibando dengan bando putih yang dia kenakan, kaos putih beserta overallnya dan kalung salib yang dia kenakan. Aku pun langsung berpikir, istrinya om Yosef aja cantik gitu, anaknya nurun deh hahaha. Aku pun langsung berdiri, sapa, kenal dengan keluarganya om Yosef. Istrinya bernama tante Anna, dan anak-anaknya yang bernama Shannon dan Alfons. Aku pun berkenalan dengan Shannon dan tersenyum kepada dia, dia pun juga membalas senyumanku. Tangan halusnya membuat hatiku berdetak cepat. Setelah berkenalan, kami langsung bergegas menuju restoran Sunda di pinggir kota untuk makan malam bersama. Saat makan malam itu, kami saling berbincang satu sama lain, ayah nanya, “Shannon kuliah dimana?” Shannon jawab, “Aku kuliah di Brawijaya om, hehe.” Ayahku bilang, “Univnya bagus yaa, pasti pinter nih hahaha.” Sambil ayahku bercanda, karena ayahku, introvert gini-gini, tapi suka banget bercanda apalagi kalo ketemu sahabat kecilnya. Shannon pun ketawa. Saat kulihat tertawanya, aku langsung senyum kayak salting gitu. Mamah nyadar, “Kakak napa senyum2 hah?”. Aku jawab, “Gapapa mah, ah mamah anaknya senyum aja ga boleh.” Kuucapkan dengan muka kesalku (padahal pura2 kesel doang). Om Yosef pun tanya, “Kalo Vinnie kuliah dimana kamu?” Aku pun menjawab, “Di Atmajaya Jakarta om. Kuliahnya ya susah-susah dikit lah hehe.” Semuanya pun tertawa, begitu juga Shannon. Aku melihat Shannon, sepertinya dia adalah cewe ambivert. Ga pendiem, ga banyak omong juga.
Setelah 2 jam berbicara dan makan bersama, akhirnya kita semua kembali pulang ke hotel dan menuju ke kamar masing-masing. Saat yang lain udah tidur, aku pergi keluar memandang bintang-bintang dan berandai bahwa aku bisa memiliki Shannon. Sambil duduk, kupasang headset ke telingaku dan mendengarkan lagu M2M – Pretty Boy. Setelah aku selesai mendengarkan 3 lagu lainnya, lagu dari Chicago, Foreigner dan Peabo Bryson, aku pun kembali ke kamar dan mulai tidur.
Fun fact, aku emang hobi banget dengerin lagu jadul. Yg suka lagu jadul, semoga cepet dapet jodoh yaa (klo belom dapet)
Aku bangun jam 7 pagi, pergi sarapan hanya dengan ayah, karena voucher sarapan hanya bisa untuk berdua saja. Saat sarapan di hotel, aku melihat om Yosef dan adiknya Shannon, Alfons. Aku ingin sekali nanya, dimana Shannon? Tapi, aku mending fokus sama apa yang mereka obrolkan saja. Aku pun ngobrol dengan Alfons, tentang sekolahnya gimana, hobinya apa dan tim bola kesukaan dia apa. Ternyata kita berdua memiliki kesamaan tim bola favorit, yaitu Manchester United. Alfons juga mengatakan bahwa Shannon juga lumayan suka dengan MU, apalagi dengan Cristiano Ronaldo. Karena aku penasaran dengan Shannon, aku bertanya-tanya sedikit tentangnya ke Alfons. Aku bertanya ke Alfons, “Alfons, kakakmu orangnya gimana?” Alfons bilang, “Dia lumayan periang, dia kalo marah lucu sih, tapi sekalinya ga mau diganggu, beneran ga mau ngomong dia. Tapi tenang, kakakku orangnya baikk banget.” Alfons pun bingung, “Emangnya kenapa kak? Suka ya? Hehehe.” Aku pun menjawab, “Ehh engga kok, nanya-nanya aja lah, namanya juga orang.” Aku pun membantah kalo aku suka dengan Shannon, padahal langsung beneran bikin suka hahaha. Setelah itu kami kembali ke kamar, siap-siap dan berangkat ke Taman Safari. Saat di lobby aku menemui Shannon yang sedang nunggu ayahnya checkout. Dalam hati, inginku samperin, tapi aku gengsi karena aku orangnya agak malu-malu kalo ngobrol sama cewe, apalagi yang aku suka. Ini juga baru pertama kali aku bener-bener kayak fall in love dengan anak teman ayahku yang manis itu. Karena aku malu, aku pun cuman bermain HP, melihat Facebook.
Akhirnya kami semua berangkat ke Taman Safari. Perjalanan hampir 45 menit karena macet di jalan. Akhirnya kami sampai di Taman Safari, melihat-lihat satwa alam yang cantik, buas dan gokil. Setelah 30 menit, akhirnya kita makan di kafe di Taman Safari. Aku melihat Shannon sedang menelpon di pojok kafe. Hati ingin samperin, tapi aku coba dulu deh. Aku pun mencoba untuk menghampiri Shannon. Setelah Shannon menutup telponnya, aku pun say Hi ke Shannon dan nanya, “Lagi ngapain?” Shannon pun menjawab, “Ohh, temenku nelpon nih. Biasalah curhat hehe.” Aku dengan agak gugup menanyakan, “Gimana tadi hewan-hewannya? Ada yang menarik ga buat kamu?” Shannon menjawab, “Hmm, adaa. Jerapah. Aku suka banget sama lehernya yang panjanggg banget, hahaha. Kalo kamu apa Vinnie?” Aku jawab, “Apa ya? Singa sih paling, karena garang dan berani.” Shannon jawab, “Kerennn. Oh ya, tadi di hotel kamu sebenernya pasti pengen ngobrol sama aku kan?” Aku jawab, “Hehe, iya, tapi agak malu sih.” Shannon jawab, “Ihh gapapa tau, aku ga gigit kok, hehe.” Kita pun senyum bersama melepas capek. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan ke Bandung. Dari Bogor ke Bandung kita habiskan 6 jam perjalanan.
Ini adalah lobby dimana Vinnie dan Shannon ngobrol
Setelah sampai di Bandung, kami istirahat di hotel. Dan aku duduk di lobby bersama. Sebelahku adalah Shannon. Tiba-tiba Shannon nanya, “Vinnie, tadi gimana perjalanannya? Capek ga sih?” Aku jawab, “Hehe, capek sih. Tapi yang penting sampe hotel meskipun dah jam 11 malem.” Shannon bilang sambil malu-malu, “Kamu, ehhh… kamu kuliahnya gimana?” Aku pun langsung menjawab, “Ya begitulah, seneng dan engga haha. Aku jurusan manajemen by the way. Kalo kamu apa Shannon?” Shannon jawab, “Aku akuntansi. Aku suka sama itung2an. Biar bisa ngitung uang yang bener aja.” Setelah ayah dan om Yosef berhasil check-in kamar, aku pun mengatakan good night dan sampe ketemu besok ke Shannon. Shannon pun dadah-dadah ke aku. Itulah yang membuatku salting banget setelah melihat Shannon dadah dan tersenyum lebar ke aku. Aku pun tidur sambil senyum-senyum ga jelas mikirin Shannon. Dan aku dengan pedenya berangan bahwa Shannon juga senyum-senyum ga jelas mikirin aku, hahaha.
Aku benar-benar tidak bisa berhenti senyum-senyum sendiri saat tidur, hehe.
Besok paginya aku pun sarapan dengan semuanya. Untungnya, hotel memperbolehkan voucher satu keluarga untuk sarapan. Aku pilih tempat duduk yang lumayan mojok, karena aku emang sukanya di tempat pojok biar ga dilihat banyak orang-orang. Tiba-tiba Shannon say Hi, ke aku dan dia duduk di depanku. Begitu juga mamahnya Shannon, yaitu tante Anna yang duduk disebelah Shannon. Aku pun termenung diam di depan Shannon sambil menyantap nasi goreng dengan porsi kuli dan segelas teh hangat manis. Tiba-tiba tante Anna, nanya ke aku, “Vinnie, kamu udah punya pacar belum?” Aku pun senyum-senyum kaget dan jawab, “Belom tante, aku masih single hehe.” Tante Anna jawab, “Kok ada sih seganteng kamu, belum ada yang mau?” Aku pun jadi malu, dan dalam hati bilang aduh tante ini bikin aku malu aja deh hehe. Akhirnya semua tertawa dan Shannon pun terlihat seperti senyum salting. Aku pun jadi salting juga, hehe.
Setelah sarapan selesai, mamahku dan tante Anna masih belom selesai ngobrol. Akhirnya aku pun duduk di pinggiran kolam renang hotel sambil mendengarkan lagu Boyz II Men – I’ll Make Love to You. Tiba-tiba aja, Alfons nyamperin dan bilang, “Kak Vin, ga mau berenang kah?” Aku bilang, “Aku pengen duduk aja deh, sambil lihat sejuknya Bandung.” Alfons pun langsung nyebur ke kolam renang bareng adikku, Christo. Tiba-tiba Shannon melepas headset kanan ku dan bilang, “Kok ga renang kamu? Mager? Dengerin lagu apa sih?” Dia pun merebut ipodku. Setelah dia lihat ipodku, dia pun terlihat senyum dan bilang, “Kamu seleranya jadul juga ya, kayak aku.” Aku pun juga terkejut setelah dia bilang begitu, aku pun bertanya, “Kamu suka Boyz II Men juga?” Shannon jawab, “Lumayan, tapi aku lebih suka Westlife. Btw, lagunya tentang kek lagi fall in love. Hmm, sama siapa tuh?” Shannon pun penasaran dengan siapa aku fell in love. Aku pun dengan gugup menjawab, “Hehe, engga ada, emang ehhh suka aja sama lagunya.” Padahal aslinya pengen bilang sama kamu, tapi ya kali bilang secara frontal, hahaha. Setelah Alfons dan Christo selesai renang, kami kembali ke kamar dan siap-siap untuk check-out dan pergi jalan-jalan di Bandung.
Braga 2009 ga kek gini ya bang :D
Kita pun pergi jalan-jalan mengelilingi Braga. Aku dan Shannon berjalan bersebelahan, sambil bercerita, dan aku bertanya “Shannon, kuliahmu gimana? Semarang juga gimana?” Shannon jawab, “Ya begitulah, kalo kuliah aku udah selesai semester 2, lumayan berat tugas akuntansi sih. Aku lumayan kangen Semarang sih pas merantau ke Malang. Tapi yak, ortuku emang seneng banget aku keterima di Brawijaya.” Aku pun bales dengan tanya, “Kamu seneng juga ga?” Shannon pun jawab, “Hehe, iya pastinya.” Sambil senyum unjuk gigi. Aku pun jadi senyum-senyum sendiri entah mengapa hahaha. Lanjutlah aku bertanya ke Shannon, “Shan, kamu kan kuliah di Unibraw. Nah, gimana Malang? Btw Malang kan lumayan banyak cowok ya?” Shannon bilang, “Hmm, Malang itu indah, tapi masih belum seindah Semarang sama Jogja. Cowo disana kayak kurang aja menurutku. Banyak yang ngerokok tahu Vin.” Aku pun menjawab, “Ahh gitu ya, untung aja aku ga ngerokok hehe.” Shannon jawab, “Kamu jangan pernah ngerokok ya, ntar mamah marah. Dan janji sama aku yaa.” Aku pun bilang janji. Tapi, tiba-tiba Shannon unjuk jari kelingking, menunjukkan bahwa dia mau pinky promise ke aku. Aku langsung aja pinky promise dengannya sambil tersenyum.
Saat sampai di Braga City Walk, keluargaku dan keluarganya Shannon pun memutuskan untuk berpencar aja, sementara aku ingin mencari cemilan dan minum sendiri. Saat itu memang sebenernya aku pengen sama Shannon. Tapi di depan keluargaku dan dia, aku cukup gengsi. Saat sedang mengantri membeli cemilan dan minum, tiba-tiba ada orang yang menyentuh lengan kananku. Ternyata, itu adalah temanku, Aji yang kebetulan juga orang Bandung dan kuliah di Unika Atmajaya juga. Kita pun ngobrol berdua dengan asik selama 20 menit. Tapi, aku sebenernya menunggu Shannon untuk menghampiriku. Tapi bahkan setelah 1 jam saja masih belum ada Shannon dimana. Akhirnya aku dan Aji berpisah setelah mengobrol-ngobrol santai selama 1 jam dan aku mulai berjalan entah kemana yang aku inginkan sekalian melihat jersey bola terbaru.
Aku melihat dengan mataku, jersey Manchester United untuk musim 2009/10. Namun, sayangnya Ronaldo sudah pindah ke Real Madrid. Untung saja Rooney, masih stay dan Scholes belum pensiun. Aku pun duduk di depan tokonya sambil berbicara dalam hati, “Aku bisa ga ya beli jerseynya? Ya meskipun pasti mahal, semoga ayah sama mamah ga marah deh.” Tiba-tiba…ada Shannon duduk di sebelah kananku dan menyapaku. Aku cukup kesel ke Shannon dan berkata, “Shan, kok kamu tadi ga nyamperin aku di café?” Shannon bilang, “Sorry ya, aku tadi sama mamah shopping dulu, biasa cewek hehe.” Aku pun bilang, “Oalah, kalo itu mah ga boleh diskip sih, hahaha.” Shannon pun tertawa kecil. Shannon pun juga melihat jersey Manchester United merah dengan corak V itu sambil berkata, “Kamu juga suka bola ya? Suka Man United ya?” Aku pun mengangguk dan bilang, “Hooh, loh kok kamu tahu aku suka Man United?” Shannon pun bilang, “Yaelah, itu mah klub sejuta orang kali Vin. Aku juga suka sama Man United. Apalagi karna Ronaldo, ya meskipun dia udah ke Madrid.” Aku pun langsung ngomong, “Ohh suka karena Ronaldo yaa. Selain suka Man United sama Ronaldo, kamu ehh suka sama siapa lagi?” Shannon pun langsung merubah raut wajahnya menjadi kaget dan matanya menjadi belok. Shannon pun langsung dengan cepat mengganti topik, “Ehh anu…kamu mau beli minum lagi ga? Aku yang traktir yes?” Aku pun menjawab, “Yahh tapi kan aku udah minum tadi. Kamunya aja yang malah ga muncul.” Shannon pun menyeretku dan bilang, “Yaudahh ayok beli minum aja sihh.” Aku pun tertarik dengan gandengan tangannya Shannon.
Salah satu topik yang kita bahas adalah, hobi dan kegemaran dari kita berdua. Aku hobi main game dan hobi main gitar. Shannon hobi membuat blog dan hobi travelling. Jika aku gemar dengan film action seperti Bad Boys, James Bond dan Rambo, film kegemaran Shannon adalah film romance, seperti The Notebook dan Before Sunrise.
Shannon berhasil membawaku ke café kesukaannya untuk minum. Shannon sangat suka dengan Hazelnut Chocolate yang dingin. Namun aku justru lebih menyukai Chocolate Vanilla yang engga terlalu manis-manis banget lah, biar aku ga diabetes. Saat minum-minum di café, aku dan Shannon ngobrol seperti layaknya temen yang udah lama ketemuan. Kulihat mata indahnya Shannon, dan senyumannya yang manis sekali bagaikan madu tanpa dikasih gula. Tapi Shannon manisnya overdosis bangettt. Tiba-tiba lagu berganti ke lagunya Sheila on 7 – Kita. Karena aku juga suka Sheila on 7, aku pun menyanyikan lagunya di depan Shannon. Ternyata Shannon juga ikut-ikutan nyanyi lagu itu. “Disaat kita bersama, diwaktu kita tertawa, menangis, merenung, oleh cinta.” Aku dan Shannon menyanyikan lagu itu dengan gembira, melihat bahwa suara Shannon merdu bagaikan suaranya Mariah Carey. Aku pun kaget dan terpukau akan keahlian menyanyinya dia. Bahkan, bener-bener buat aku salting 90%. Setelah itu, jam 4 kami pun berjalan keluar dari Braga City Walk dan mulai menuju hotel kami menginap di Lembang. Aku sebenernya pengen minta buat satu mobil dengan Shannon, tapi masa aku doang yang di mobilnya om Yosef, cuman gara-gara ada Shannon? Akhirnya daripada repot, mending mobil masing-masing aja deh. Saat itu Perjalanan dari Braga menuju Lembang membutuhkan waktu 40 menit. Kami pun sampai di hotel, check-in, mandi, siap-siap dan pergi ke restoran di Lembang.
Saat di restoran, aku tak sengaja duduk di sebelah Shannon. Tapi enaknya kita lesehan, lebih bagus dalam kebersamaan. Keluarga kami berdua basa-basi random, mulai dari kerjaan ayah, kerjaan om Yosef, kondisi Semarang, sekolahnya Christo, kuliahku, sekolahnya Alfons, kuliahnya Shannon dan keseharian mamahku dan tante Anna. Setelah makan selesai, aku dan ayahku bersamaan ke wastafel untuk mencuci tangan. Saat mencuci tangan, ayahku bertanya, “Kak, kamu tadi gimana di Braga? Seru gak?” Aku pun membalas ayah, “Iya yah, aman aja kok. Seru juga hehe. Tadi ehh, aku sama Shannon yah.” Ayah pun cukup terkejut dan menjawab, “Oh ya? Shannon juga tadi kayaknya emang deket banget sama kamu ya, mungkin dia suka sama kamu. Kamu juga kalo suka sama dia, gapapa kak. Kasih tau aja besok.” Aku pun takut sebenernya ingin mengatakan suka kepada Shannon, meskipun hati memang suka dengannya. Akupun berkata kepada ayah, “Tapi yah, kalo mamah tahu aku suka sama Shannon, mamah marah ga ya?” Karena mamahku melarangku untuk berpacaran dengan cewek selama masih aku belum bisa menghasilkan uang. Kata ayah, “Ayah ga akan kasih tau mamah, jadi mamah yang harusnya tahu kalo kamu suka sama Shannon. Lagian dulu ayah suka sama mamahmu dari SMA kak. Pacaran pas kuliah semester 1. Gapapa kak, bilang aja suka ke dia, dia juga pasti ga bakal marah kok si Shannonnya.” Ayah pun menyemangati dan mendukungku untuk menyatakan suka ke Shannon, meskipun baru ketemu 3 hari yang lalu. Bagi ayah, tidak ada yang mustahil, selain mengalahkan Barcelona sekarang. Setelah selesai makan-makan, ayahku bilang bahwa besok kami akan pulang ke Jakarta, dan akan berpisah dengan keluarganya om Yosef. Shannon harus pulang ke Semarang. Ayah juga bilang, jadi selagi sempat, besok saat di Gua Maria Karmel, kamu nyatakan aja perasaanmu.
Setelah makan-makan selesai, kami kembali ke hotel dan beristirahat. Namun, malamnya itu aku memaksa untuk tetap bangun dan duduk menatapi bintang-bintang malam, sendiri. Tiba-tiba Christo menyamperiku. “Kakak ga tidur?” Aku pun menjawab, “Ntaran ya Chris, kakak mau lihat bintang dulu. Indah banget tuh.” Christo pun menjawab, “Kakak, aku dukung kakak kok buat nyatakan perasaan ke kak Shannon.” Aku pun menjawab, “Ah anak SMA mana boleh terlibat kek gini dek?” Aku cukup kesal sih, tapi ga kesel-kesel banget. “Kak, Christo udah bukan anak kecil lagi, ini bukan aku yang dulu masih terjebak di masa SD lagi kak.” Aku pun menjawab, “Tapi ini Chris, kalo aku ditolak, gimana ya?” Christo bilang, “Gausah pikirin gitu kak, yang penting kakak udah coba buat nyatakan perasaan kakak ke kak Shannon, nah itu baru gentleman.” Aku pun langsung menjitak Christo dengan usil, sambil bercanda, “Ahh kamu ituuu, hahaha.” Setelah itu, kami melihat bintang sampai Christo ketiduran. Jam udah menunjukkan jam 1 pagi. Aku pun membangunkan Christo untuk kembali ke kamar dan tidur. Karena pagi-pagi kita akan pergi ke Gua Maria Karmel untuk berdoa meminta keselamatan dan rezeki kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Sebelum tidur aku berdoa, mendoakan Shannon supaya dia bisa sehat selalu dan diberi rezeki yang melimpah, serta dilancarkan kuliahnya sebagai mahasiswi akuntansi di Brawijaya.
Jam 7 alarm berbunyi, aku cuci muka, mandi, siap-siap dan berjalan kaki ke Gua Maria Karmel, karena jarak hotel ke Gua Maria hanya 5 menit saja. Aku berjalan bersama ayah dan adikku. Mamahku berjalan bersama tante Anna dan aku tidak melihat Shannon bersama ayahnya. Mungkin saja mereka sudah duluan. Kami pun berdoa rosario di depan patung Bunda Maria. Setelah selesai berdoa, aku duduk di belakang, karena ada tempat duduk berteduh saat itu. Keluargaku, pergi ke patung Salib dan aku ingin duduk disini dulu sebentar sambil menghirup udara sejuk dan dingin dari Lembang.
Aku pun mengeluarkan ipod, mendengarkan lagu Carpenters – Close to You. Sambil menutup mata, aku memikirkan Shannon. Selama 5 menit ku menunggu, Shannon tiba-tiba mencopot headset kananku dan memasangkan headsetku ke telinganya. Shannon pun mengulang lagu dari Carpenters itu sambil bernyanyi sedikit. Aku dengan pede, ingin menyentuh tangan Shannon, tiba-tiba tangan Shannon pun menarik tanganku dan memaksaku untuk memegang tangannya yang dingin dan lembut itu. Setelah lagu itu selesai, kami berdua mencopot headset ipod dan aku mulai mengatakan dengan sejujurnya. “Shannon…kamu tahu ga, ini merupakan 4 hari perjalanan liburan, yang sangat memorable banget buat aku. Aku udah ke berbagai destinasi wisata. Ke Jogja, Medan, Cirebon, Bali, bahkan sampe ke Kuala Lumpur. Inilah merupakan liburan yang paling terbaik dan akan selamanya jadi terbaik bagiku.” Shannon pun mengatakan, “Aku juga pengen bilang gitu, 4 hari yang amazing buat aku. Apalagi aku, ehh ketemu kamu.” Dengan rasa yang berani dan mental yang kuat, kukatakan “Shannon, aku suka sama kamu. Aku ada feeling ke kamu, meskipun baru ketemu 4 hari yang lalu.” Shannon pun mengatakan, “Ohh Vinnie, it's okay. Aku juga suka sama kamu. Aku pengen bilang, aku kebawa perasaan sama kamu Vin!!” Aku pun tengok kiri dan kanan, melihat apakah ada orang. Saat sepi, aku mulai memeluk Shannon dengan erat seperti aku tidak akan pernah melepasnya untuk selama-lamanya, bahkan sampai maut memisahkan. Aku pun menyatakan suka dan cinta, terhadap seorang yang baru aku kenal 4 hari yang lalu di depan Gua Maria Karmel yang sejuk ini. Aku pun langsung menyetel lagu Lea Salonga – The Journey, dan memasangkan headset kananku ke telinga kiri Shannon. Sambil memegang tangannya, aku dan Shannon menikmati lagunya yang memiliki makna terdalam. Setelah lagunya selesai, aku dan Shannon berjalan tanpa bergandeng tangan, biar ga ketahuan keluarga, kami menuju patung Tuhan Yesus dan jalan-jalan mengelilingi Gua Maria Karmel.
Aku sangat mencintainya, bahkan bergandengan tangan saja bikin hati terasa ademmm banget.
Lagu dari Lea Salonga ini mengartikan bahwa perjalanan kita selama ini merupakan perjalanan yang memorable, perjalanan ini memang bukanlah akhir, melainkan awal mula dari segala hal.
Setelah 1 jam 30 menit kami berada di Gua Maria Karmel, perpisahan pun terjadi. Kami saling bersalaman dengan keluarga om Yosef. Saat ingin salam perpisahan dengan Shannon, Shannon tampak ingin menangis, dan meminta waktu pribadi sebentar bersamaku. Shannon tiba-tiba memelukku di depan keluarganya dan keluargaku, dan mengatakan, “I will miss you, Vinnie.” Aku pun membalas, “I’ll miss you too, Shannie.” Aku dengan lucu menyebut nama Shannon dengan sebutan ‘Shannie’. Aku pun meminta nomor telepon, Facebook dan Emailnya untuk berkomunikasi. Namun, Shannon menolaknya dan berkata, “No no. Kalo kayak gini, kamu ga bakal kangen sama aku." Aku pun keheranan dan bertanya, "Jadi kamu maunya gimana?" Shannon balas, "Aku pengen kamu langsung ketemu aku, di Semarang atau Malang. Okay?” Aku pun tidak bisa complaint karena takutnya kita bakal lost contact. Dengan nada yang ingin sedih, aku mengucapkan “Ohh, okay Shannon. Aku kesana kalo aku sempet.” Shannon pun tiba-tiba menunjukkan jari kelingkingnya dan mengatakan, "Janji kelingking?" Aku pun tak bisa menolaknya, dan aku janji kelingking dengan Shannon. Setelah itu, kami pun berpisah di depan Gua Maria Karmel dan saling melambaikan tangan perpisahan, tanda bahwa liburan yang fantastis sudah berakhir. Aku pun kembali ke Jakarta, kembali dengan kegabutanku disana, bermain game, dan memikirkan Shannon setiap malam dan mendoakannya juga. Shannon pun kembali ke Semarang. Dan dia melanjutkan studinya di Malang saat semester ganjil akan mulai pada awal September. Saat perjalanan pulang, aku mendengarkan lagu Brian McKnight - One Last Cry, sambil menangis di belakang mobil dengan hening tanpa ketahuan siapapun. Aku rasa liburan ini cepet banget selesainya. Bahkan aku belum ada satu minggu dengan Shannon. Rasanya, pengennn banget lihat Shannon lagi. Dalam hatiku, "Oh Tuhan, jika Engkau perkenankan, aku ingin banget ketemu Shannon, bahkan untuk memilikinya sampai maut memisahkan. Shannon, Oh Shannon, mengapa harus ada perpisahan di antara kita?