rangkuman jurnal perjalanan pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Nilai-nilai Kebijakan Sebagai Pimpinan

Oleh Andri Firman Budiansah, S.T., M.Pd.

Koneksi Antar Materi 3.1 Pengambilan Keputusan Nilai-nilai Kebijakan Sebagai Pimpinan 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) Bob Talbert 

Kaitan dari kutipan di atas dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari saat ini, yaitu mengenai permasalahan dilema etika, dimana sebagai seorang guru, kita sering kali dihadapkan pada dilema dalam pembelajaran, misalnya saja antara mengedepankan kompetensi pengetahuan, keterampilan atau terbentuknya nilai-nilai karakter pada murid terlebih dahulu.
Nilai-nilai dalam pengambilan suatu keputusan yang saya pegang adalah pengambilan keputusan harus berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif untuk murid dan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, tanpa adanya permasalahan."

Sebagai pemimpin pembelajaran, saya harus dapat menuntun murid sesuai minat, bakat dan berkembang sesuai dengan kodratnya sehingga murid akan mendapatkan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pengambilan keputusan yang saya akan putuskan dalam pembelajaran harus mengutamakan kebutuhan belajar murid, yang dapat dilaksanakan melalui pembelajaran berdiferensias pembelajaran yang berpihak pada murid.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Maksud dari kutipan di atas jika dihubungkan dengan pembelajaran yang telah saya alami pada modul ini adalah modul 3.1 ini mengajarkan saya bagaimana cara pengambilan keputusan yang didasari pada Nilai Kebajikan yang berpihak pada murid serta bertanggung jawab untuk menjadikan murid-murid yang berperilaku etis yang memiliki etika dan kakter yang baik.

Apabila seorang pemimpin dihadapkan pada sebuah kasus dilema etika, untuk pengambilan 

keputusannya setidaknya harus berpedoman pada filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Pratap Triloka Pendidikan diantaranya :

Seorang pendidik yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan telada, 

semangat dan memotivasi kepada muridnya, agar murid-murid dapat tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter. Semboyan adalah landasan bagi pendidik dalam mengambil setiap keputusan, Adapun keputusan yang diambilnya yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid guna menjadikan murid-murid sebagai generasi yang memiliki kompentensi yang unggul dan berkarakter selaras dengan profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai kebajika dan keteladanan dalam Proses pengambilan keputusan yang berdampak positif dan bertanggungjawab.

Adapun nilai-nilai yang seharusnya tertanam dalam diri kita sebagai guru adalah berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif dan mandiri, dimana nilai-nilai tersebut sangat erpengaruh pada prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan yang berpihak pada nilai nilai kebajikan universal, antara lain keadilan, keselamatan, tanggung jawab, kejujuran, rasa syukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, berkomitmen, percaya diri, kesabaran, keamanan, dan lain-lain. dengan nilai-nilai yang telah dijabarkan di atas merupakan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang akan mengambil keputusan.

Dalam Kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dapat menjadi bekal dalam melakukan proses pengujian keputusan secara bertahap menggunakan, 4 paradigm, 3 prinsif 9 langkah pengambilan dan penujian keputusan. Coaching dilakukan dengan memenuhi kompetensi inti diantara kehadiran penuh. Mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Saat me pengujian keputusan sebaiknya menggunakan Kompetensi inti coaching tersebut. Sehingga kita dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari permasalahan yang ditemui. Pengambilan keputusan menggunakan 4 paradigm, 3 prinsif 9 langkah pengujian akan efektif jika diimbangi dengan pendekatan coaching dan jauhkan dengar kolaboratif dengan berbagai pihak.

Dalam mengambil keputusan diperlukan beberapa kompetensi. Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional yaitu kesadaran diri (self awerenees), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (sosial awerenees) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (main fullness) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena guru harus memiliki keterampilan dalam proses pengambilan keputusan khusus masalah dilema etika.

Seorang pendidik yang baik dalam menangani sebuah kasus dilema etika atau Bujukan moral akan menganut nilai-nilai seperti kemanusiaan, keadilan, kejujuran, tanggung jawab yang akan mempengaruhi Pendidik dalam mengambil sebuah keputusan. Ketika seseorang Pendidik sudah berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan yang dianut, maka keputusan tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan prinsip berpihak pada murid dan mendorong terwujudnya iklim pendidikan yang weillbeing

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang kita menghadapi dilema dalam pengambilan keputusan. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau Bujukan moral. Jika masalah tersebut merupakan dilema etika, maka kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid. Hasil dari pengambil keputusan sesuai dengan nilai nilai universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yang menjadi tantangan untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus kasus dilema etika diantaranya adalah adanya pemikiran dari tiap individu atau kelompok yang saling bertolak belakang dan itu memang wajar terjadi dalam lingkungan kita, disini tinggal bagaimana cara kita untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan perbedaan atau pro kontra tersebut. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan saling terbuka, menjalin komunikasi yang baik, bekerjasama dan berkolaborasi , guna memetakan suatu masalah dilema etika yang di dihadapi karena erat kaitannya dengan perubahan paradigma yaitu individu vs kelompok, keadilan vs rasa kasaihan, kebeneran vs kesetiaan atau jangka pendek vs jangka panjang.

Seorang guru harus mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan, minat dan profil murid. Dengan memahami itu semua, maka guru akan dapat memutuskan strategi pembelajaran apa yang akan diterapkan kepada murid muridnya dengan memaksimalkan potensi mereka. Hal ini dapat diimplementasikan melalui pembelajaran berdiferensiasi, baik berdiferensias proses, konten maupun produk. Dengan demikian, terwujudnya pengajaran yang memerdekakan murid-murid yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan ini bahawa pengaruh keputusan yang diambil sangat berpengarus kepada pengajaran yang memerdekakan muri-murid.

Dalam mengambil sebuah keputusan, seorang guru harus benar-benar memperhatikan banyak hal dan berpijak pada nilai-nilai kebajikan, karena apapun yang menjadi keputusan guru akan berdampak pada murid. Murid akan menjalani apa yang menjadi terkait keputusan guru dan sudah tentu akan tertanam dalam diri mereka yang akan terbentuk terbawa sampai kelak di masa depan.

Dalam mengambil sebuah keputusan, harus berlandasan filosofi Ki Hajar Dewantara serta berpegang teguh pada nilai dan peran guru Penggerak. Guru harus memiliki kompetensi sosial emosional serta keterampilan coaching yang baik dengan memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar didapat keputusan yang berdasarkan pada nilai nilai kebajikan yang berpihak pada murid serta dapat bertanggung jawab. Dengan demikian murid dapat merasakan merdeka belajar yang akan berdampak bagi masa depannya.

Dalam mengambil sebuah keputusan, harus berlandasan filosofi Ki Hajar Dewantara serta berpegang teguh pada nilai dan peran guru Penggerak. Guru harus memiliki kompetensi sosial emosional serta keterampilan coaching yang baik dengan memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar didapat keputusan yang berdasarkan pada nilai nilai kebajikan yang berpihak pada murid serta dapat bertanggung jawab. Dengan demikian murid dapat merasakan merdeka belajar yang akan berdampak bagi masa depannya.

Perbedaan mendasar antara dilema etika dan bujuk moral dapat dilihat dari kedua pilihan kasusnya. Jika dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama benar maka termasuk ke dalam dilema etika, namun jika salah satu benar dan yang lain salah maka termasuk ke dalam bujukan moral.

Paradigma dilema etika diantaranya:

Sedangkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan adalah:

Kemudian Hal di luar dugaan yang saya dapatkan pada modul 3.1 ini adalah ketika saya dihadapkan pada kasus dilema etika, maka Saya perlu untuk melakukan investigasi opsi Trilema, yaitu untuk mencari solusi di luar dua pilihan yang ada agar muncul solusi kreatif yang dapat diterima semua pihak. Terkait pengembilan kepututusan saya juga pernah mengambil keputusan, namun saat itu saya mengambil keputusan begitu saja diputuskan apa yang saya anggap benar tanpa memperhatikan banyak hal.

Setelah mempelajari modul 3.1 ini, saya baru sadar dan mengetahui bahwa jika kita dihadapkan dalam situasi moral dilema, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan mempelajari modul 3.1 ini, sudah tentu sangat berdampak besar bagi diri pribadi saya, khususnya terkait tentang bagaimana seharusnya mengambil sebuah keputusan yang baik dan benar. Sebelumnya saat mengambil sebuah keputusan saya tidak pernah mempertimbangkan banyak hal, namun setelah mempelajari modul 3.1 ini bila hendak membuat keputusan maka saya harus memper hatikan paradigma, prinsip, serta langkah langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan.

Modul ini sangat penting untuk dipelajari, baik sebagai seorang individu maupun sebagai seorang pemimpin. Utamanya sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya menjadi tahu apa yang harus saya lakukan dalam membuat sebuah keputusan yang berlandasan nilai-nilai kebijakan, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.


                                                                                                                     Terimkasih

Andri Firman Budiansah, S.T.,M.Pd.