Tubuh kita dapat merespon suatu keadaan yang terjadi dari luar, misalnya kita dapat merasakan kasar atau halusnya sebuah benda, kita dapat melihat aneka warna benda, dapat merasakan makanan, mencium aroma wangi dan sebagainya. Kemampuan itu haruslah kita syukuri sebagai anugerah Tuhan kepada kita. Kemampuan kita untuk merespons sesuatu yang berasal dari luar itu tidak hanya dilakukan oleh satu organ saja, tetapi masing-masing dilakukan oleh organ yang berbeda beda. Anda melihat dengan mata, mendengar menggunakan telinga, dan mencium bau dengan hidung, meraba dengan kulit, dan mengecap rasa dengan lidah. Coba Anda bayangkan andaikata kita tidak memiliki semua alat-alat itu? Apa yang akan terjadi? Indra manusia dikatakan seperti jendela untuk mengenal dunia. Karena melalui indra ini Anda dapat melihat, mendengar, merasakan sesuatu sehingga dapat mengenal lingkungannya.
A. Pengertian Sistem Indra
Indra adalah organ reseptor sensorik yang berfungsi untuk menerima rangsang. Reseptor sensorik adalah struktur penerima rangsang dari lingkungan luar (eksteroreseptor) seperti bau, warna, dan rasa ataupun rangsangan dari dalam (interoreseptor) contohnya presoreseptor, osmoreseptor, dan kemoreseptor. Reseptor sensorik dapat dibedakan berdasarkan sifat sinyal yang dideteksi, yaitu kemoreseptor, yang mendeteksi rangsang kimia, nosiseptor (painreseptor) yang mendeteksi rasa sakit, fotoreseptor yang mendeteksi sinar, mekanoreseptor yang mendeteksi rangsangan gerak, sentuhan, dan tekanan, serta termoreseptor yang mendeteksi perubahan suhu. Kita mengenal lima indra pada tubuh kita, yaitu indra peraba (kulit), indra pengecap (lidah), indra pembau (hidnng), indra pendengaran dan keseimbangan (telinga), serta indra pengihatan (mata).
Kulit (Indra Peraba)
Pada kulit manusia terdapat lima macam sel saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor, yaitu penerima rangsang atau penerima informasi dari luar, antara lain reseptor untuk merasakan sentuhan, gerakan, tekanan, rasa sakit, dan suhu (panas dan dingin).
Reseptor kulit terdiri dari beberapa jenis, yaitu reseptor sentuhan, tekanan, rasa sakit, dan suhu. Reseptor sentuhan (korpus Meissner) berada di bawah epidermis dan berfungsi merasakan tekanan ringan untuk membedakan tekstur. Reseptor tekanan, seperti korpus Vater dan badan Pacini, terletak di dermis dan merespons tekanan atau getaran kuat. Reseptor rasa sakit tersebar di epidermis dan dermis, berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh dengan mendeteksi rangsangan yang merusak. Sementara itu, reseptor suhu atau termoreseptor terdiri dari badan Ruffini untuk panas dan ujung saraf Krause untuk dingin, yang bekerja berdasarkan perubahan suhu relatif.
Reseptor pada lidah termasuk reseptor yang bersifat khusus. Pada lidah, reseptor-reseptor rasa itu disebut kuncup rasa yang merupakan reseptor yang sangat peka terhadap adanya rangsang yang berupa zat zat kimia (kemoreseptor). Kuncup pengecap yang terdapat pada celah-celah tonjolan lidah disebut papilla. Papilla lidah akan terlihat seperti tonjolan-tonjolan tidak teratur pada permukaan lidah. Setiap kuncup pengecap, memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap rasa. Pada dasarnya, rasa sangat beragam sekali, tapi hanya ada empat macam rasa yang umum kita kecap, yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Setiap bagian di lidah mempunyai sensitivitas berbeda terhadap sensasi empat rasa tersebut.
Indra pembau manusia terdapat pada selaput lendir rongga hidung yang terletak di bagian atas rongga hidung. Di area ini terdapat ujung-ujung sel saraf pembau yang dilengkapi dengan rambut-rambut halus dan dilapisi cairan lendir. Cairan ini berfungsi untuk melarutkan zat kimia dalam bentuk gas atau uap, yang kemudian dapat diterima oleh kemoreseptor dan diubah menjadi impuls saraf menuju otak.
Proses penciuman dimulai ketika suatu zat berbau masuk melalui lubang hidung, kemudian larut dalam mukosa olfaktori, yang mengandung epitelium olfaktori sebagai reseptor utama. Impuls yang diterima kemudian diteruskan melalui saraf olfaktori menuju talamus, sebelum akhirnya diproses lebih lanjut di hipotalamus dan bagian otak lainnya untuk diterjemahkan menjadi sensasi bau yang dikenali.Selain berperan dalam penciuman, rongga hidung juga berhubungan dengan pembuluh Eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan rongga telinga dengan rongga faring. Pembuluh ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara antara telinga tengah dan lingkungan luar, sehingga penting dalam menjaga keseimbangan pendengaran.
Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indra pendengaran sekaligus menjaga keseimbangan tubuh. Struktur telinga terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikel) dan saluran pendengaran yang berfungsi menangkap serta mengarahkan gelombang suara hingga mencapai gendang telinga (membran timpani). Telinga tengah, yang dimulai dari gendang telinga hingga tingkap oval, berisi tiga tulang pendengaran (osikel), yaitu tulang martil (maleus), tulang landasan (inkus), dan tulang sanggurdi (stapes), yang bertugas memperkuat dan meneruskan getaran suara ke telinga dalam. Selain itu, terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga faring untuk menyeimbangkan tekanan udara. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berisi cairan perilimfa dan endolimfa serta organ Corti, yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls saraf. Selain itu, terdapat saluran setengah lingkaran yang berperan dalam keseimbangan tubuh dengan mendeteksi perubahan posisi kepala. Proses pendengaran dimulai ketika gelombang suara masuk melalui lubang telinga, ditangkap oleh daun telinga, diteruskan ke saluran pendengaran, dan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini kemudian disalurkan melalui tulang osikel menuju tingkap oval dan masuk ke koklea, di mana cairan di dalamnya bergetar dan diterima oleh organ Corti yang mengubahnya menjadi impuls saraf. Impuls ini dikirim melalui saraf pendengaran menuju lobus temporalis otak untuk diolah menjadi suara yang dapat dikenali. Jika seseorang tidak dapat mendengar meskipun tidak terdapat gangguan pada telinganya, kemungkinan besar terjadi kerusakan pada lobus temporalis otak, yang berperan dalam mengolah informasi suara. Dengan demikian, selain sebagai alat pendengaran, telinga juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.
Mata merupakan indra penglihatan yang memungkinkan manusia melihat dan mengenali objek di sekitarnya. Bagian depan mata dilindungi oleh konjungtiva, sebuah membran transparan yang menjaga kornea mata tetap aman. Mata juga dilumasi oleh air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, berfungsi untuk menjaga kelembapan bola mata, membersihkan kotoran, serta membunuh bakteri dengan enzim antibakteri. Struktur mata terdiri dari tiga lapisan utama: sklera, koroid, dan retina. Sklera adalah lapisan terluar yang kuat dan berwarna putih, dengan bagian depan transparan yang disebut kornea. Koroid, lapisan tengah mata, memiliki banyak pigmen dan pembuluh darah untuk memberi nutrisi serta mengurangi pantulan cahaya di dalam mata. Retina, lapisan terdalam, mengandung fotoreseptor yang berperan dalam menangkap cahaya. Retina memiliki bintik kuning (macula lutea) sebagai pusat penglihatan, tempat cahaya difokuskan oleh lensa mata. Retina juga memiliki bintik buta, daerah di mana tidak terdapat reseptor karena merupakan tempat keluar saraf optik. Dalam kondisi cahaya terang, penglihatan didominasi oleh sel kerucut (konus) yang bertanggung jawab terhadap penglihatan warna. Sebaliknya, dalam kondisi redup, penglihatan lebih mengandalkan sel batang (basilus), yang lebih sensitif terhadap cahaya tetapi tidak dapat membedakan warna. Contohnya, ketika Alexandro dan teman-temannya memasuki teater yang gelap, mereka awalnya kesulitan melihat, tetapi setelah beberapa saat sel batang mulai beradaptasi, sehingga mereka bisa melihat lebih jelas. Proses ini terjadi karena pigmen rodopsin dalam sel batang terbentuk kembali, memungkinkan mata beradaptasi dalam kegelapan. Selain itu, mata juga mengalami akomodasi, yaitu kemampuan lensa untuk menyesuaikan bentuknya agar dapat melihat objek dengan jelas pada jarak yang berbeda. Jika seseorang hanya bisa melihat jauh dengan jelas, maka ia mengalami hipermetropi (rabun dekat). Sebaliknya, jika seseorang hanya bisa melihat dekat dengan jelas, maka ia mengalami miopi (rabun jauh). Jika seseorang mengalami kesulitan memfokuskan cahaya ke satu titik pada retina, maka ia mengalami astigmatisme (silinder).
1) Gangguan pada Kulit (Indra Peraba)
Jerawat: Disebabkan oleh gangguan pada kelenjar minyak yang terinfeksi oleh kotoran, sel kulit mati, atau bakteri.
Dermatitis: Peradangan pada kulit yang menyebabkan ruam, gatal, dan kering.
Herpes: Infeksi virus varicella yang menyebabkan ruam dan nyeri pada kulit.
Kudis: Disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei, menyebabkan bercak kemerahan dan gatal.
Impetigo: Infeksi kulit menular yang umum pada anak-anak, ditandai dengan bercak merah dan lepuhan.
Panu: Infeksi jamur yang menyerang pigmen kulit, menyebabkan bercak putih yang kontras dengan warna kulit.
2) Gangguan pada Lidah (Indra Pengecap)
Sariawan: Luka pada mulut yang menyebabkan rasa nyeri saat makan dan berbicara.
Kanker Lidah: Pertumbuhan sel abnormal pada lidah, ditandai dengan benjolan dan nyeri saat menelan.
Glossoptosis: Kondisi di mana lidah berada di posisi belakang dan mudah jatuh ke belakang.
Glossopyrosis (Burning Mouth Syndrome): Sensasi terbakar pada lidah dan bagian dalam mulut.
3) Gangguan pada Hidung (Indra Penciuman)
Influenza: Infeksi virus flu yang menyebabkan hidung tersumbat dan gangguan penciuman.
Rhinitis Alergi: Reaksi alergi terhadap debu, bulu binatang, atau serbuk sari yang menyebabkan hidung tersumbat dan bersin.
Sinusitis: Peradangan pada sinus yang menyebabkan lendir berlebih dan pembengkakan saluran hidung.
4) Gangguan pada Telinga (Indra Pendengaran)
Tuli konduksi: Gangguan akibat penyumbatan atau kerusakan pada saluran penghantar getaran suara.
Tuli saraf: Gangguan akibat kerusakan saraf pendengaran atau organ Corti.
Otitis eksterna: Infeksi pada telinga bagian luar yang dapat mengeluarkan nanah.
Otitis interna: Infeksi telinga bagian tengah akibat bakteri atau virus.
5) Gangguan pada Mata (Indra Penglihatan)
Miopi (Rabun Jauh): Bayangan jatuh di depan retina, dibantu dengan lensa cekung.
Hipermetropi (Rabun Dekat): Bayangan jatuh di belakang retina, dibantu dengan lensa cembung.
Astigmatisme: Bayangan tidak fokus akibat bentuk kornea yang tidak rata, dibantu dengan lensa silinder.
Presbiopi: Penurunan kemampuan akomodasi akibat usia lanjut, dibantu dengan kacamata rangkap.
Buta Warna: Ketidakmampuan membedakan warna tertentu, bisa parsial atau total.
Xeroftalmia & Keratomalasi: Pengeringan kornea akibat kekurangan vitamin A.
Katarak: Lensa mata menjadi kabur, menyebabkan gangguan penglihatan.