a. Meyakini bahwa Allah memaafkan kesalahan hambanya
Sebagai umat Islam, kita harus meyakini bahwa kesalahan-kesalahan kita akan dimaafkan oleh Allah Swt. Tidak ada kesalahan yang tidak dimaafkan oleh Allah selama kita mau bertaubat. Allah Swt. Berfirman:
Q.S 21:47
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حَاسِبِيْنَ
Terjemah :
Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (al anbiya :47 )
b. Perintah untuk menjadi manusia pemaaf dan penutup aib orang lain
Untuk meneladani kata ‘afwu, maka kita harus menjadi seorang pemaaf dan berusaha menutup aib orang lain. Menjadi pemaaf dan menutup aib orang lain sekarang ini penting. Aktifitas sehari-hari dalam dunia nyata maupun dunia maya terjadang membuat kesalahan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karenanya sikap pemaaf dan menutup aib orang lain harus dibiasakan dalam
kehidupan-sehari hari. Allah Swt. berfirman:
Q.S 4:149
اِنْ تُبْدُوْا خَيْرًا اَوْ تُخْفُوْهُ اَوْ تَعْفُوْا عَنْ سُوْۤءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيْرًا
Terjemah :
Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sungguh, Allah Maha Pemaaf, Mahakuasa.