Pengampu: Santia G. Widyaswari; Singgih Afifa Putra
Sejak zaman purba bahan pangan yang bersumber dari laut telah dikonsumsi oleh manusia. Pemanfaatan sumber daya laut sebagai bahan pangan sudah dilakukan oleh berbagai komunitas historis yang mendiami pulau-pulau di nusantara sejak ribuan tahun silam [1]. Masyarakat pesisir mengambil bahan makanan dari laut untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani. Peninggalan arkeologis dari Zaman Batu Pertengahan (messolithikum) disebut sebagai kjokkenmoddinger (i.e., sampah dapur), yaitu sampah dapur yang sudah menjadi fosil berasal dari cangkang kerang dan tulang berbagai macam binatang laut yang merupakan sisa-sisa makanan jaman batu [1]. Hal ini menunjukkan bahwa moyang bangsa Indonesia sudah memanfaatkan sumber daya laut sebagai bahan pangan mereka.
Laut Indonesia mempunyai sumber daya hayati yang beraneka ragam [2]. Komponen hayati yang dimaksud yaitu mikroorganisme (bakteri dan jamur), tanaman, hewan serta manusia, sedangkan komponen abiotik yaitu, matahari, cahaya, tanah, air dan udara. Luas lautan Indonesia adalah 77,94% dan luas daratan Indonesia adalah 23,06% [3]. Oleh karena itu, sumber daya hayati di lautan lebih banyak daripada daratan. Indonesia yang merupakan perairan tropis, dikenal akan keanekaragaman jenis biota lautnya. Kajian literatur menunjukkan diketahui kurang lebih ada 3000 jenis ikan yang hidup di Indonesia, diantaranya sebanyak 90% hidup di perairan laut dan 10% hidup di perairan air tawar dan payau [4].
Diperkirakan saat ini jumlah organisme yang hidup di lautan mencapai 13.000 spesies ikan, 50.000 spesies moluska dan 1.000 spesies Chephalopoda (Venugopal, 2010). Keanekaragaman sumberdaya hayati di lautan mempunyai potensi besar untuk diaplikasikan ke berbagai bidang, yaitu bidang farmasi [5,6], bioteknologi [7–9], dan pangan [10,11]. Organisme laut termasuk ikan dan avertebrata laut lainnya mengandung senyawa nutrisi dan fungsional yang baik untuk kesehatan [12,13]. Senyawa fungsional pada ikan sudah dimanfaatkan dalam pangan fungsional dalam bentuk makanan dan minuman.
Berbagai jenis panganan tradisional yang diolah dari bahan alami laut telah dikenal banyak dari berbagai wilayah di Indonesia, baik pangan utama maupun pangan pengganti. Tentunya masih banyak jenis pangan tradisional yang berbahan dasar sumber daya laut di Indonesia, namun belum banyak terpublikasi.
Ikan, moluska, krustasea, dan cephalopoda (termasuk kelompok moluska) merupakan salah satu alternatif sumber protein hewani. Sebagai bahan pangan, ikan, moluska, krustacea, dan cephalopoda tidak hanya sebagai sumber protein hewani tetapi juga sebagai sumber lemak, mineral dan asam lemak Ѡ-3 (PUFA), eicosapentaeonic (EPA) dan docosahexaenoic (DHA), yang bermanfaat bagi Kesehatan [14]. Kelebihan ikan dibandingkan dengan protein hewani lainnya yaitu lengkapnya kandungan asam amino esensial, mengandung protein lebih banyak yaitu sekitar 15-24% serta mudah dicerna dengan tingkat kecernaan 95% [15]. Asam lemak Ѡ-3 sangat penting untuk perkembangan jaringan otak, mencegah terjadinya penyakit jantung, darah tinggi, stroke dan mengurangi resiko beberapa penyakit lainnya.
Hasil pangan laut merupakan bahan pangan yang dapat diterima oleh semua golongan di Indonesia. Ikan, kerang, sotong, kepiting dan hasil pangan laut lainnya dapat dikonsumsi manusia dari semua umur. Jenis hasil pangan laut yang dapat dikonsumsi manusia sangat beraneka ragam. Habitat hidup hasil pangan laut pun mempengaruhi rasa ketika diolah menjadi makanan. Ikan dari laut, relatif lebih gurih bila dibandingkan dengan air tawar. Selain itu, bentuk, ukuran, dan harga dari hasil pangan laut sangat bervariasi. Keragaman hasil laut yang sangat tinggi menyebabkan hasil laut tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam olahan, sehingga dapat memenuhi semua segmen ekonomi.
Saat ini, setiap perkembangan ilmu yang dihasilkan pasti sejalan dengan penerapannya dalam kehidupan. Ilmu tersebut dikembangkan dengan metode ilmiah dan diterapkan dalam bentuk teknologi. Industri apa pun selalu berusaha mengembangkan teknologi baru yang memungkinkan untuk produksi yang lebih aman dan efisien. Bioteknologi hasil laut telah menghasilkan produk-produk yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan organisme laut tidak hanya dijadikan sebagai bahan pangan, tetapi dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri farmasi [16], industri bioteknologi [17], industri biofuel [18,19] dan kecantikan/kosmetika [20–22]. Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi mempunyai potensi besar untuk pengembangan industri bioteknologi.
Seorang guru memiliki peran penting dalam mendidik siswa agar siap menghadapi tantangan selanjutnya. Khusus dipendidikan kejuruan, guru dituntut untuk menyiapkan alumni yang kompeten dan berdaya saing menghadapi dunia usaha, industri, dan dunia kerja. Hal tersebut dikarenakan setelah menuntaskan pendidikan di SMK, lulusan SMK harus dinyatakan siap untuk bekerja. Untuk itu, perubahan teknologi dan pemanfaatan teknologi di dunia usaha dan industri menjadi sesuatu yang urgen untuk diketahui dan dikuasai oleh guru SMK, sehingga materi serta metode pembelajaran yang diterapkan guru akan sesuai dengan kebutuhan, tren, dan prediksi masa depan.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendukung peningkatan dan pemerataan kompetensi guru kejuruan SMK, maka BPPMPV KPTK akan melaksanakan diklat Diversifikasi Produk Hasil Perikanan untuk guru SMK Perikanan. Ada beberapa konsep utama dalam diklat ini yaitu pemahaman terkait biodiversitas kelautan, standar dan sanitasi yang baik pada unit pengolahan, mengolah suatu bahan ikan menjadi suatu produk yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah, dan memahami kemasan yang sesuai digunakan ada produk yang dibuat.
Guru SMK/SMA di Indonesia
Berminat mengembangkan projek kreatif berbasis pangan kelautan
Peduli terhadap laut Indonesia
Pendaftaran calon peserta e-Course dapat dilakukan melalui tautan https://bit.ly/diversifikasilaut
Pelatihan (e-Course) Diverisifikasi Produk Perikanan Laut akan dilaksanakan secara daring melalui LMS dan Zoom Meeting/Gmeet pada Tanggal 22-24 Mei 2023
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring (tautan meeting & LMS akan diinformasikan kemudian)
Peserta pelatihan yang diundang berdasarkan hasil analisis data sasaran BPPMPV KPTK
e-Certificate (32 JP) dari BPPMPV KPTK
Bahan Ajar dan Modul Pelatihan (elektronik)
Ilmu yang bermanfaat untuk pengembangan projek kreatif di sekolah