Layar-omicron - Seksi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Pengetahuan Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Kampus Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo barusan mengadakan Simposium Pemula bertema 'Manajemen Cemas Karena Covid-19 Variasi Omicron dengan Telemedicine'.
dr. Hamzah Shatri, SpPD, K-Psi, M.Epid sebagai dokter dari seksi psikosomatik dan paliatif FKUI-RSCM menjelaskan wabah Covid-19 variasi Omicron ikut mempengaruhi kenaikan berlangsungnya masalah psikosomatik.
Menurut dia, masalah ini bisa terjadi dari mereka yang terkena virus atau yang tidak. Rasa cemas akan terjangkit, cemas berkenaan stigma, pengalaman wabah, isolasi sosial sebagai faktor-faktor yang bisa memunculkan masalah psikomatik saat wabah.
Untuk dipahami, masalah psikosomatik sebagai keluh kesah fisik (somatik) yang muncul atau dikuasai pemikiran atau emosi (mental). Masalah psikosomatik terdiri dua, yakni mental dan somatik.
Masalah mental mencakup masalah kuatir (ansietas), Stres, masalah tidur, dan fatigue (capek) kronis atau kronik. Disamping itu, masalah ini dapat memacu kambuhnya penyakit somatik seperti hipertensi, penyakit serangan jantung, dan stroke, bahkan juga kematian bila terus-menerus.
"Permasalahan mental bukan permasalahan kecil. Dibutuhkan support psikis dan sosial bagus untuk warga, keluarga, atau pribadi," tutur dr. Hamzah dalam info sah yang diterima, Selasa (15/2/2022).
Ditambah, pengabaian permasalahan psikosomatik karena wabah bisa jadi parah keadaan badan. Karena itu, masalah ini perlu selekasnya diatasi.
Salah satunya usaha untuk tangani rasa kuatir ialah mengenali sumber kekhawatiran. Pada gelombang Covid-19 sekarang ini, salah satunya factor penggerak kekhawatiran ialah penebaran variasi omicron yang cepat sekali, melebih variasi delta pada gelombang awalnya.
Berkaitan ini, staff seksi dari Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Pengetahuan Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dr. Robert Sinto, Sp.PD, KPTI., menghimbau warga lakukan vaksinasi. Vaksin memanglah tidak seutuhnya menahan terkena, tapi vaksin bisa menahan berlangsungnya penyakit berat.
Disamping itu, dr. Robert menghimbau warga lakukan kategorisasi diri dan tanda-tanda. Kategorisasi ini dilandasi oleh tanda-tanda Covid-19, tetapi tidak seluruhnya tanda-tanda harus dibawa ke rumah sakit.
* Untuk ketahui kebenaran info yang tersebar, silahkan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 cukup dengan tulis keyword yang diharapkan.
Baca Juga:
Gunakan Service Telemedicine
Bila warga terdeteksi positif tanpa tanda-tanda seharusnya lakukan karantina mandiri di dalam rumah sepanjang 10 hari. Orang dengan tanda-tanda sedang bisa lakukan isolasi di dalam rumah sakit, dan orang dengan tanda-tanda enteng bisa karantina mandiri di dalam rumah sepanjang 10 hari ditambahkan tiga hari tanpa tanda-tanda.
Layar-omicron - Ini dilaksanakan ingat kemampuan rumah sakit yang terbatas. Warga dapat konsultasi sama dokter lewat telemedicine seperti website Kemenkes dan sarana lain, hingga warga bisa tentukan kategorisasi dianya.
"Beberapa hal yang bisa dilaksanakan secara berdikari. Pertama, batasi membaca informasi lewat smartphone. Misalkan sore dan pagi buka smartphone, tidak terus-terusan dan tidak turut serta pada kekuatiran terlalu berlebih," papar dr. Rudi Putranto, SpPD, K-Psi, MPH dari Seksi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Pengetahuan Penyakit Dalam FKUI-RSCM.
Lalu, warga dapat fokus pada kesempatan sekarang ini dan jadi produktif. Menurut dr. Rudi, langkah ini memungkinkannya warga bisa terdistraksi dari pemikiran negatif.
"Ke-3 , tidak bereaksi terlalu berlebih pada tanda-tanda fisik. Seterusnya, berbaik hatilah ke diri kita dan seseorang. Bila panduan ini gagal, mencari kontribusi professional," katanya selanjutnya.