Tugas guru wali dan wali kelas sebenarnya tidak bertabrakan, melainkan saling melengkapi dalam konteks pendidikan. Guru wali fokus pada pendampingan akademik dan pengembangan kompetensi siswa di mata pelajaran tertentu, sedangkan wali kelas bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap kelas yang dibimbingnya, termasuk aspek akademik, sosial, dan kepribadian.
Berikut adalah penjelasan lebih detail:
Tugas Guru Wali:
Pendampingan Akademik:
Guru wali memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa dalam mata pelajaran yang diampunya, termasuk membantu memahami materi, mengatasi kesulitan belajar, dan mencapai target pembelajaran.
Pengembangan Kompetensi:
Guru wali membantu siswa mengembangkan keterampilan yang relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan, seperti kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, atau keterampilan teknis tertentu.
Fokus pada Mata Pelajaran:
Guru wali memiliki tanggung jawab utama pada mata pelajaran yang diajarkannya, memastikan siswa memahami materi dan mencapai tujuan pembelajaran.
Tugas Wali Kelas:
Manajemen Kelas:
Wali kelas bertanggung jawab atas seluruh administrasi kelas, termasuk absensi siswa, data siswa, jadwal pelajaran, dan pengaturan kelas.
Pendampingan Holistik:
Wali kelas memberikan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa, tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam pengembangan karakter, sosial, dan emosional.
Koordinasi dengan Pihak Terkait:
Wali kelas bekerja sama dengan guru mata pelajaran, guru BK, orang tua, dan pihak sekolah lainnya untuk memastikan kesejahteraan siswa.
Evaluasi dan Pelaporan:
Wali kelas melakukan evaluasi perkembangan siswa secara berkala dan melaporkan perkembangan tersebut kepada orang tua dan pihak sekolah.
Contoh Skenario:
Jika seorang siswa kesulitan memahami materi matematika, guru matematika (sebagai guru wali) akan memberikan bimbingan khusus untuk materi tersebut. Sementara itu, wali kelas akan memantau perkembangan siswa secara keseluruhan, berkomunikasi dengan orang tua, dan memastikan bahwa siswa tersebut mendapatkan dukungan yang dibutuhkan, baik dari guru matematika maupun dari pihak lain.
Dengan demikian, guru wali dan wali kelas memiliki peran yang berbeda namun saling melengkapi untuk mendukung perkembangan siswa secara optimal.
Deep Learning atau pembelajaran mendalam merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam dalam cakupan materi yang lebih sempit. Siswa didorong untuk secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran hingga memahami topik melalui proses “penjelajahan” lebih dalam dari topik tersebut.
Pembelajaran mendalam dilatarbelakangi karena perubahan masa depan yang sulit diprediksi : permasalahan mutu pendidikan yaitu literasi, numerasi, kemampuan HOTs (High Order Thinking Skills) peserta didik Indonesia yang rendah, ketimpangan mutu pendidikan, Bonus Demografi 2035 dan visi Indonesia Emas 2045.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menjelaskan
“Kami sekarang mulai melakukan pengkajian terkait dengan penerapan pendekatan Deep Learning dan sudah selesai. Tentu saja setelah nantinya kami terbitkan peraturan menterinya, kami akan melakukan pelatihan-pelatihan untuk para guru terkait penerapan Deep Learning”
Menurut Abdul Mu’ti, pendekatan pembelajaran Deep Learning dapat tercapai melalui 3 elemen utama, yakni Meaningful Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning.
Meaningful Learning
Proses pembelajaran dimana siswa merasa apa yang mereka pelajari memiliki makna dan relevansi dalam kehidupan mereka. Siswa mampu mengaitkan konsep baru yang diajarkan dengan konsep-konsep yang mereka pahami sebelumnya sehingga lebih bermakna bagi siswa.
Contoh: Tidak hanya mempelajari rumus matematika, namun juga mempelajari penerapan dan penggunaannya seperti contohnya mengelola anggaran atau menghitung bunga tabungan.
Mindful Learning
Dalam teori pendidikan dikenal sebagai metakognisi, dimana siswa diajak untuk memiliki kesadaran penuh, fokus, dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang sedang ia jalani.
Teknik mindfulness juga dapat diterapkan melalui kegiatan latihan pernapasan dan refleksi pribadi sebelum atau sesudah belajar. Guru juga dapat membiasakan siswa membuat kesimpulan pembelajaran di akhir sesi belajar sebagai proses refleksi.
Joyful Learning
Bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan positif dengan pengalaman belajar interaktif, menantang dan penuh rasa ingin tahu. Siswa diharapkan merasa tertarik dan menikmati proses belajar sehingga mudah menyerap informasi dan mempertahankan hasil belajar.
Metode yang digunakan melibatkan permainan edukatif, penggunaan media kreatif, hingga diskusi kelompok yang dinamis sehingga merangsang motivasi dan kreatifitas siswa dalam menemukan solusi.
Ketiga pendekatan diatas dilakukan melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika) dan olahraga (kinestetik) secara holistik dan terpadu yang mana dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya berfokus pada penguasaan materi akademik namun juga perkembangan karakter dan kemampuan fisik.
Pembelajaran mendalam yang lebih humanis ini diharapkaan dapat mengembangkan 8 dimensi profil lulusan yang sesuai tuntutan zaman dan kebutuhan masa depan yaitu keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.
Implementasi Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam ini memerlukan kerjasama dan sinergi antara berbagai elemen pendidikan diantaranya guru, siswa, wali murid, dan lingkungan sekolah. Beberapa langkah yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:
Sosialisasi konsep Pembelajaran Mendalam kepada seluruh pihak terkait
Pelatihan guru untuk penerapan dalam KBM
Penyediaan infrastruktur pendukung yang memadai
Integrasi teknologi digital dalam proses pembelajaran
Monitoring dan evaluasi berkala untuk memastikan efektivitas implementasi pembelajaran mendalam di sekolah
Apakah sekolah Anda sudah siap menerapkan Pembelajaran Mendalam?
Pastikan sekolah Anda siap dalam infrastruktur pendukung dan teknologi digital yang mendukung proses pembelajaran di kelas, sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru, bahkan tetap dapat beroperasi walau tanpa adanya internet.