Khutbah Jumat terakhir bulan Rajab bisa diisi dengan motivasi untuk jemaah agar memaksimalkan amalan saleh sebelum bulan mulia ini berakhir. Berikut ini contoh khutbah Jumat terakhir bulan Rajab yang bisa dijadikan referensi.

Adapun tema khutbah yang disampaikan sangat beragam, salah satunya terkait Isra Mi'raj. Sebagai referensi, berikut kumpulan contoh khutbah Jumat terakhir bulan Rajab yang telah dihimpun detikSulsel.


Khutbah Jumat Bulan Rajab 2022 Pdf Download


Download Zip 🔥 https://urloso.com/2yGAwV 🔥



Adapun salah satu di antara tanda terpenting bagi ketakwaan kita adalah shalat. Apakah sudah rajin shalat sesuai yang diperintahkan? Yakni di awal waktu. Apakah sudah melaksanakan shalat-shalat sunah sebagai penyempurna bagi kekurangan kita ketika mendirikan shalat fardhu? Lalu bagaimanakah kita mesti mengerti apakah yang dimaksudkan sebagai shalat?

Secara etimologi shalat adalah doa. Sedangkan secara istilah syariat, shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu sesuai sarat dan rukun yang dimulai dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan salam. Tata caranya adalah sesuai yang dituturkan oleh para sahabat yang melihat Rasulullah sewaktu sedang shalat. Turun-temurun hingga sekarang, maka begitulah kita dapat melihat orang-orang mendirikan shalat. Demikian pula kita mendirikan shalat sesuai ajaran yang kita yakini kesahihannya hingga saat ini. Hal ini telah sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang kami bacakan di awal tadi, yang artinya adalah: Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku melaksanakan/mempraktikkannya. (HR Bukhari-Muslim)

Menurut sejarahnya, perintah shalat diterima oleh Rasululah SAW ketika menunaikan Isra' Mi'raj. Bahwa Nabi Muhammad naik menuju Sidratul Muntaha dan bertemu secara langsung dengan Allah SWT. Pada saat itulah Rasulullah mendapat perintah baginya beserta seluruh umat yang mempercayai keterutusannya, berupa shalat 50 kali sehari yang kemudian dikurangkan hingga lima kali. Pewahyuannya yang secara langsung ini menjadikan shalat diyakini oleh para ulama sebagai sebuah ibadah yang memiliki keistimewaan tertentu.

Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan ditimbang kelak di hari pembalasan. Jika seorang hamba baik shalatnya, maka tentu menjadi baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Sebaliknya, jika shalat seorang hamba jelek, maka berarti buruk pulalah seluruh hidupnya.

Tentu urusan baik dan buruk ibadah shalat seseorang kemudian bukan hanya ditentukan oleh rajin dan tidaknya ia pergi ke masjid. Melainkan juga menghitung khusyuk ataukah tidaknya, ikhlas atau pamernya seorang hamba ketika sedang menghadap Sang Pencipta alam semesta ini setiap waktunya. Sebagaimana firman Allah:

Bukan hanya di akhirat Allah menjanjikan kebahagiaan bagi hamba-Nya yang mendirikan shalat dengan segenap jiwa dan raga. Semenjak di dunia pun Allah telah memberi kabar gembira kepada umat Islam, sebagaimana firman Allah:

Meskipun ketakwaan tidak dapat hanya diukur dari sisi lahiriah berupa shalat saja, namun shalat jelas-jelas merupakan pintu masuk bagi setiap Muslim untuk memulai pengabdian kepada Allah dan Rasulullah.

Shalat merupakan sebesar-besarnya tanda iman dan seagung-agungnya syiar agama. Shalat merupakan tanda syukur para hamba atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Peristiwa Isra' Mi'raj merupakan bukti bahwa shalat merupakan simpul terpenting dalam tatanan Islam, baik bagi setiap individu maupun masyarakat, dalam skala yang terkecil hingga level bangsa.

Sebegitu pentingnya, maka layaklah Allah mewahyukannya langsung kepada Rasulullah tanpa melalui perantara. Shalat mempunyai kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah yang lain. Ada banyak kutipan ayat Al-Qur'an mengenai keutamaan shalat. Beberapa di antaranya adalah:

Artinya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. Thaha, 20:132)

Shalat sangat bermanfaat bagi kehidupan umat Islam, baik secara individual maupun kemasyarakatan. Dalam hal ini Allah menjanjikan bahwa shalat dapat menjauhkan manusia dari perbuatan yang tidak manusiawi. Firman Allah sebagai berikut:

Ayat ini merupakan peringatan dari Allah bahwa shalat merupakan elemen terpenting dalam pembentukan pribadi muslim. Termasuk dalam pembentukan karakter bangsa. Jika saja seluruh penduduk bangsa rajin melaksanakan shalat dengan semestinya, tentu Allah akan mencurahkan karunia-Nya kepada kita. Bukan besar kecil atau indah dan gemerlapnya sebuah masjid yang menjadi tolok ukur religiusitas sebuah masyarakat, melainkan banyak atau sedikitnya jamaah yang mendirikan shalat ketika waktu-waktu adzan dikumandangkan.

Sementara shalat sebagai sebuah keharusan bagi setiap individu muslim merupakan salah satu pertanda paling mudah dijadikan standar untuk mengukur sejauh mana seseorang memiliki ketakwaan kepada Allah. Pribadi yang bertakwa adalah pribadi yang senantiasa hatinya terikat dengan batas-batas waktu shalat. Meskipun memang shalat tidak secara mutlak menunjukkan tingkat ketakwaan seseorang. Setidaknya shalat dapat memberikan sebuah perenungan intensif dan kontinyu kepada setiap pribadi muslim dalam keseharian. Ketika seorang muslim sedang berada dalam posisi yang mengakibatkan ia memiliki kecenderungan atau peluang lebih besar untuk berbuat dosa, maka ia akan dapat mengingat shalatnya. Buat apakah rajin-rajin shalat jika masih selalu menjalankan kebiasaan buruk misalnya.

Tentu saja dalam hal ini, shalat adalah sebuah sarana spiritual yang cukup penting untuk meredam kekejian atau kemungkaran yang akan dijalaninya. Shalat dapat berfungsi sebagai kontrol diri setiap saat bagi setiap perilaku individu muslim. Maka demikian pun shalat dapat berfungsi sebagai kontrol sosiologi masyarakat. Jika sebuah komunitas masyarakat memiliki masjid yang selalu penuh oleh jamaah di setiap waktu-waktu shalat, tentu ini mencerminkan kondisi lingkungan yang religius. Biasanya secara otomastis, kegiatan-kegiatan massal yang berbau kemungkaran akan berkurang. Hal ini tentu sangat berbeda dengan lingkungan masyarakat yang masjidnya hanya penuh ketika hari raya saja. Tentu kegiatan-kegiatan yang bersifat foya-foya lebih sering diselenggarakan dalam masyarakat. Dari sini shalat dapat kita jadikan sebuah pola dalam memperjuangkan peningkatan moral masyarakat. Memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah merupakan program yang efektif untuk meredam gejolak negatif masyarakat. Jika kita mampu memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, kedamaian dan lingkungan kondusif pasti terkondisikan dengan sendirinya.

Maka marilah kita bersama meningkatkan ketakwaan dan membangun masyarakat yang islami dan bermoral mulia, berakhlakul karimah dan berkerukunan serta berkesatuan melalui penggalakan shalat berjamaah di masjid, mushala maupun di kantor dan di mana pun tempat yang selayaknya kita mengagungkan asma Allah. Marilah bersama kita tegakkan agama Allah, agar meraih keselamatan dan kesejahteraan di sepanjang usia umat manusia.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga masih bisa melaksanakan Shalat Jumat di masjid yang mulia ini.

Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selau dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pada khutbah kali ini khatib ingin menyampaikan judul Memaknai Rajab. Rajab merupakan salah satu bulan mulia dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah swt. Rajab dalam hitungan kelender Hijriah adalah bulan ke-7. Sebelum masa Khalifah Umar bin Khattab, di mana kalender Hijriah dibentuk, orang-orang Arab sudah mengenal Rajab sebagai bulan mulia yang berada sebelum Sya'ban dan sesudah Jumadal Akhirah.

Ketika Islam datang, kemuliaan itu dipertegas dengan adanya wahyu serta sabda Nabi Muhammad saw yang menguatkan bahwa Rajab adalah bulan mulia, masuk dalam 4 bulan haram, bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah swt. Allah berfirman: 152ee80cbc

trainz download helper

samsung tablet sm t231 firmware free download

lyca mobile apk