"Website ini hadir sebagai wujud transformasi desa Jatitengah menjadi desa yang mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terintegrasi kedalam sistem online. Keterbukaan informasi publik, pelayanan publik dan kegiatan perekonomian di desa, guna mewujudkan desa Jatitengah sebagai desa maju yang berkelanjutan, adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim serta menjadi desa yang mandiri.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberi dukungan dan kontribusi baik berupa tenaga, pikiran dan semangat, terkhusus kepada KKN-T FPIK UB | Kelompok 17 tahun 2024 sehingga website ini dapat terealisasi."

  Desa Jatitengah awalnya merupakan hutan belantara yang diubah menjadi pemukiman oleh Mbah Wonodiryo, salah satu leluhur desa, melalui proses “Babad Alas”. Nama Jatitengah berasal dari sebuah pohon jati besar di tengah hutan yang menjadi tempat berteduh dan beristirahat bagi para pendatang. Seiring waktu, Jatitengah menjadi bagian dari Desa Mronjo yang dipisahkan oleh Sungai Lekso, menyebabkan kesulitan administrasi bagi penduduk. Setelah pengaduan warga, Jatitengah digabungkan dengan Desa Njeruk, di mana warga kemudian memutuskan untuk memisahkan diri dan membentuk Desa Jatitengah secara mandiri, dengan Pawiro Semadi sebagai lurah pertama yang menjabat seumur hidup. 

Berdasarkan letak demografi Desa Jatitengah di Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, memiliki jumlah penduduk sekitar 3.782 jiwa, yang terdiri dari 1.873 laki-laki dan 1.909 perempuan (Penyelenggaraan Pemerintah Desa Tahun 2023). Desa ini memiliki struktur demografi yang beragam, dengan mayoritas penduduk berada dalam usia produktif. Komposisi penduduk Desa Jatitengah terdiri dari berbagai kelompok umur, dengan persentase penduduk anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia yang cukup seimbang. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, dengan beberapa yang terlibat dalam usaha kecil, peternakan, perikanan dan perdagangan. Keberagaman ini menciptakan dinamika sosial yang hidup dan komunitas yang erat, di mana gotong royong dan nilai-nilai tradisional masih sangat dijunjung tinggi.