Sosok Pustakawan Ikhlas Berdaya

  Apabila kita memulai pembahasan kali ini dengan diskusi kecil mengenai ikhlas, tentu hal pertama yang terlintas dipikiran kita adalah “sulit”, bahkan membayangkannya saja tidak mudah. Apalagi ketika kata ikhlas ini dihadapkan dengan situasi-situasi yang tidak seideal harapan. Sebut saja, seperti dihadapkan dengan anggapan miring, stereotipe yang bertentangan, penerimaan minim, dan bahkan pandangan-pandangan meremehkan yang diberikan oleh orang-orang sekitar. Semakin berat rasanya kata ikhlas ini dipraktikan.

Perasaan-perasaan semacam ini jugalah yang kerap kali pustakawan era ini rasakan. Ikhlas ketika dianggap hanya mengerjakan pekerjaan santai tanpa nilai berarti, ikhlas di saat anggapan hanya sebatas penjaga buku galak masih mengakar dengan kuat, dan mungkin ikhlas saat tidak dilibatkan pada hal-hal berorientasi tinggi, karna dianggap tidak memiliki kapasitas yang sama. Namun apabila kita hanya bekerja untuk mencari validasi orang lain, sepertinya akan sangat melelahkan. Karna kita tidak akan bisa memuaskan semua orang, sehingga sebenarnya tujuan yang mendorong kita melakukan sesuatu menjadi keharusan yang perlu dipertimbangkan.

Sebagai seorang pustakawan, tujuan mengapa kita memilih profesi tersebut juga akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani profesi sebagai seorang pustakawan. Tujuan yang didasarkan dengan keberadaan Tuhan, pasti memiliki pemaknaan yang lebih mendalam dibanding tanpa adanya sandaran Tuhan di dalamnya. Seperti yang telah diyakini oleh umat muslim, bahwasannya Rasulullah saw. bersabda :

خير الناس أَنْفَعُهُمْ للناس

Yang artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”. (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).

Sehingga berdasakan hadis diatas, dapat ditarik suatu pemahaman, bahwa kita harus dapat bermanfaat bagi orang lain, apapun profesi kita. Seperti apa pandangan orang lain terhadap profesi kita, seharusnya tidak menjadi penghambat kita dalam memberikan manfaat terhadap sesama manusia. Karna sesungguhnya profesi merupakan salah satu media kita untuk bermanfaat bagi orang lain, bukan sebagai media kita mengambil manfaat, baik material maupun mencari validasi untuk diri kita sendiri.

Menjadi seorang pustakawan, berarti dapat menjadi penghubung antara ilmu dengan penggunanya. Alangkah indahnya ketika profesi kita dapat memudahkan proses kerja bagi profesi lain, profesi kita dapat memberikan pemahaman baru bagi orang lain, profesi kita dapat secara tidak langsung berkontribusi dalam kesuksesan orang lain. Bagaikan gula dalam segelas jus jambu, tidak lagi berbentuk buliran gula, ia lebih memilih melebur bersama unsur lain. Namun kita tahu bersama bahwa rasanya tetap ada di dalam jus itu. Kita sebagai pustakawan mungkin tidak terlihat secara langsung, namun kehadirannya secara tidak langsung memudahkan orang lain dalam mencapai kesuksesan.

Kata ikhlas tidak cukup hanya dikerjakan tanpa memiliki keterampilan yang mendukung. Bayangkan saja, menjadi pustakawan ikhlas tapi tidak mahir mengolah buku, menjadi pustakawan tetapi minim interaksi dengan pemustaka, menjadi pustakawan tapi kreativitas dan inovasinya terbatas. Tentu apabila seorang pustakawan tidak memiliki softskill berkaitan dengan kepustakawanan, ia tidak dapat disebut sebagai pustakawan. Sehingga secara tidak langsung, kita harus menjadi pustakawan ikhlas dan memiliki keterampilan di bidang perpustakaan, atau bisa disebut pustakawan berdaya.

         Menjadi sosok pustakawan yang berdaya, bukanlah suatu hal yang mustahil untuk diraih, Menurut KBBI, berdaya memiliki arti kata ‘kemampuan melakukan sesuatu’. Kemampuan di sini tentu berarti melakukan sesuatu dengan baik, optimal, dan semaksimal mungkin. Melayani pemustaka dengan ramah, mengerjakan administrasi perpustakaan dengan maksimal, dan tentu mengerjakan perkerjaan dengan hati ikhlas.

Apabila kita dapat mempraktikan kata ikhlas dan berdaya dalam profesi kita sebagai pustakawan, ketenangan hati dan profesionalisme profesi, dapat kita raih bersamaan. Profesi kita sebagai media kebermanfaatan untuk orang lain dapat kita realisasikan dengan maksimal dengan menggunakan keterampilan yang kita miliki. Semoga kita semua dapat menjadi sosok yang ikhlas dan berdaya apapun profesi kita. Terlebih, bagi kita seorang pustakawan. Semoga kita adalah salah satu dari orang yang masuk dalam kategori sesuai judul dari tulisan ini.

 

Ikka Putri Hapsari, S.IP.


 

       

....TANPA KITA SADARI MINAT BACA MEREKA DAPAT TUMBUH MELALU PERAN KITA....