Side Story 18

Warna musim telah berubah.

Menatap taman yang terbentang di bawah dan di luar balkon, pikiran Erna kosong. Matahari tengah hari memang terik, namun di pagi hari, ia bisa merasakan dinginnya pergantian musim. Dia berjemur di bawah sinar matahari pagi yang terik dan membuka kancing syal yang dia kenakan di atas piyamanya.

Dia memutuskan untuk tidak berjalan-jalan pagi seperti biasanya saat dia meninggalkan balkon dan kembali ke kamarnya. Saat dia menutup pintu dan menutup tirai, udara menjadi lebih menyenangkan. Dia meletakkan selendang itu di bangku tempat tidur, lalu bergegas kembali ke tempat tidur. Dia berbaring di samping Bjorn yang masih tertidur. Dia menyukai perasaan hangat tubuhnya dan meringkuk dalam-dalam.

Tugas-tugas paginya terlintas di benaknya dan dia mencoba menyesuaikan diri dengan kehangatan Bjorn. Dia perlu memetik bunga segar untuk meja makan dan mengunjungi Dorothea di kandang untuk memberinya makan bit.

Saat setiap tugas terlintas di benaknya, kelesuannya terus meyakinkannya untuk tetap di tempat tidur. Dia menjadi lebih lelah dan letih beberapa minggu terakhir. Dia terus mengantuk dan sedikit demam. Itu adalah misteri yang hanya bisa dipecahkan oleh dokter, tapi Erna belum meneleponnya, dia khawatir tentang apa artinya. Ia tidak ingin harus menghadapi kabar buruk yang sepertinya selalu datang saat dokter berkunjung, namun ia tahu ia tidak akan bisa menghindarinya selamanya.

"Erna?"

Sebuah suara yang dalam dan lelah mengagetkan Erna dari pikirannya sendiri, sebuah suara yang meramalkan musim gugur akan segera tiba.

"Maaf, aku tidak bermaksud membangunkanmu," kata Erna.

"Tidak apa-apa, lagipula aku harus segera bangun. Apakah kamu baik-baik saja?" Bjorn berbalik dan menyentuh pipi Erna.

Bjorn mencondongkan tubuh dan mencium dahi dan hidung Erna. Dia harus bangun pagi ini untuk rapat bank yang penting. Dia bisa merasakan demam di alisnya.

"Apakah kamu sakit?" Dia menatap matanya.

"Tidak," jawab Erna sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu." Bahkan di saat yang membingungkan itu, dia merasa tidak bisa berbohong kepada Bjorn.

Bjorn tidak menjawab, matanya menjadi gelap sesaat, tetapi kembali bersinar aslinya. Dia memberi sedikit kecupan pada bibir Erna dan bangkit dari tempat tidur.

"Mungkin sebaiknya kamu istirahat hari ini," perintahnya lembut.

"Terima kasih," kata Erna.

Bjorn mencondongkan tubuh ke arahnya dan mengusap kepala tempat tidurnya yang berantakan, sebelum pergi untuk berpakaian. Ketika dia sampai di lemarinya, dia membunyikan bel servis. Pelayan itu segera muncul membawa koran pagi dan sedikit sarapan.

Baginya, itu adalah pagi yang biasa.

Saat dia berpakaian, dia menyesap tehnya dan setelah berpakaian, dia duduk untuk membaca koran dan memakan sarapan kecil yang disediakan untuknya. Dia tidak terlalu khawatir dengan pertemuan dengan bank hari ini, dia tidak mendapat kesan bahwa mereka akan mencapai hasil yang diinginkannya. Ada satu hal yang mengganggu dan mengalihkan perhatiannya saat dia mencoba mengamankan kancing mansetnya.

"Bisakah kamu menghubungi dokter untuk istriku?" Bjorn bertanya kepada pelayan ketika dia memanggil mereka untuk mengambil peralatan makan dan barang pecah belah bekas. "Dan bisakah kamu segera memberi tahu diriku tentang diagnosisnya."

*.·:·.✧.·:·.*

Bukankah Bjorn telah menyerahkan mahkotanya dan menetap di kawasan keuangan karena wanita itu? Tidaklah terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa itu adalah kesalahan Penyihir Lars atas kegagalan hari ini.

Semua mata tertuju pada Bjorn, yang, meski berusaha tetap tenang, terlihat jelas terlihat jengkel dan benci.

Dia mungkin seorang pangeran, tapi itu tidak berarti dia bisa memaksakan kehendak keuangan sesuai keinginannya. Mungkin sudah jelas bahwa terpilihnya dia sebagai pemimpin distrik keuangan sudah pasti, dia baru ikut dalam permainan ini selama beberapa tahun dan hampir tidak memasang papan nama bank.

Diposting sebagai bank Keluarga Kerajaan adalah lencana yang menandai bank terpilih sebagai bank terbaik di seluruh Lechen. Persaingan untuk posisi tersebut sangat ketat dan keputusan akhir ada di tangan Menteri Keuangan, sebuah pilihan yang bahkan Raja tidak dapat campur tangan dan fakta bahwa bank Bjorn sendiri telah diabaikan dalam beberapa tahun terakhir merupakan bukti keadilan menteri tersebut.

Kemajuan luar biasa Bjorn selama beberapa tahun terakhir bukanlah hal yang aneh. Selain terus-menerus menghasilkan keuntungan besar dengan investasinya pada kepemilikan Berg, dia juga berhasil membangun basis simpanan yang kuat dengan membuka beberapa cabang di Lechen. Bahkan jika dia tidak terpilih sebagai Bankir Kerajaan, prestasinya tidak akan luput dari perhatian.

"Tampaknya kepemilikan Felia dan Berg telah kembali stabil." Kata seorang pria tua sambil duduk di seberang Bjorn. Nadanya bercampur dengan permusuhan dan ejekan, tapi Bjorn hanya menunjukkan penegasannya dengan senyuman ringan.

"Ya, itu merupakan suatu keberuntungan dalam banyak hal, terutama bagi keluarga Baltz," kata Bjorn dengan santai. Rasanya seperti ancaman yang dingin.

Untuk mengendalikan Pangeran, para bankir lain telah membuat rencana. Hal ini akan merusak kepercayaan pasar keuangan terhadap Pangeran, dengan menurunkan utang publik yang dipercayakan kepada bank Freyr. Beberapa keluarga telah mengumpulkan uang mereka dan mulai membeli kepemilikan Berg. Ketika mereka mempunyai kekuatan yang cukup, mereka menyerang tepi sungai Freyr. Bjorn ingin mengguncang permainan dengan menjual semuanya sekaligus.

Saat mereka ingin sukses, Bjorn mengerem, mengharapkan serangan balik. Freyr membeli seluruh kepemilikan publik Felia dan Berg, yang dipercayakan dan dikelola oleh bankir lain. Bjorn hanya bisa menantang mereka dengan modalnya sendiri.

Mata ganti mata, gigi ganti gigi.

Tidak ada peternak waras yang akan melakukan apa pun untuk melawan Freyr, tapi Bjorn adalah anjing gila, dia adalah pria yang akan menghalangi punggung kakinya sendiri untuk mengiris pergelangan kaki lawannya dan jika mereka mati bersama, setidaknya Bjorn akan menjatuhkan lawannya kapan saja. waktu yang sama.

Ketika mereka menghentikan perdagangan, Freyr bank menghentikan serangan balasan mereka. Itu seperti peringatan kurang ajar dari pangeran muda, yang menyuruh mereka bersaing secara adil dan jujur, jika mereka tidak ingin mati dalam kobaran api.

Waktu Menteri Keuangan mengumumkan hasil keputusannya semakin dekat dan suasana di ruang rapat mencekam. Rasanya cukup berat untuk membebani setiap orang, kecuali Bjorn, yang tetap keren seperti biasanya. Saat itulah seorang petugas datang untuk memberikan pesan kepada Bjorn.

Senyuman lenyap dari wajah Bjorn saat dia menerima pesan dari pelayan itu dan dia tampak muram saat membacanya. Para bankir lain saling memandang, bertanya-tanya apa yang bisa melucuti senjata sang pangeran, tetapi semua orang langsung duduk ketika Bjorn tertawa terbahak-bahak.

"Rencana macam apa ini?" Salah satu bankir tua bergumam.

Semua bankir saling berpandangan, khawatir ketika sang pangeran memasukkan uang itu ke dalam sakunya dan terus memandang dengan penuh harap menunggu keputusan Menteri Keuangan.

"Melihatmu tersenyum seperti itu tentu saja membuat suasana menjadi tegang, aku mulai bertanya-tanya apakah ada di antara kita yang berhak melakukannya."

Tidak ada lagi waktu untuk berspekulasi dan bertanya ketika Menteri Keuangan akhirnya masuk ke dalam ruangan, membuat semua bankir berdiri tegak, sambil menggeser kursi mereka ke lantai.

Hasilnya seperti yang diharapkan semua orang.

Di tengah perubahan musim, lahirlah seorang bankir kerajaan baru. Itu adalah Bjorn Dniester, bencana yang dikirim ke distrik keuangan oleh Penyihir Lars.

*.·:·.✧.·:·.*

Selamat, Yang Mulia. Kata Nyonya Fits sambil menyambut pangeran kembali ke istana. Dia mencoba untuk tetap tenang, tapi tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Bjorn menjawab dengan senyuman sederhana dan lebar.

"Yang Mulia ada di kamarnya."

Bjorn membawa kotak yang diberikan oleh petugas, melintasi aula dan menaiki tangga. Dia bisa merasakan ketidaksabaran yang mendorongnya, untuk melangkah keluar lebih cepat dari biasanya dan hampir berlari ke pintu Erna.

Dia berhenti, memberi waktu sejenak untuk mengatur napas, dan memasuki ruangan. Penjaga gerbang neraka tersentak saat kedatangannya yang tiba-tiba dan berdiri. Lisa bukanlah orang yang diharapkan untuk melihatnya.

"Yang Mulia sedang tidur, Yang Mulia, dia akan senang jika Anda tetap berada di sisinya." Lisa berkata dengan sopan. Meskipun dia memberikan nasihat kurang ajar, dia tidak mempermasalahkannya.

"Yang mulia!" Setelah dia mengangguk dan mengambil langkah, Lisa segera memanggilnya. Saat dia mengalihkan pandangan, mata mereka bertemu, dan penjaga gerbang neraka menangis seperti anak kecil, "Selamat, Yang Mulia," Dia tampak hampir menangis saat meninggalkan ruangan.

Bjorn tersenyum dan memasuki kamar tidur. Pintu terbuka pelan dan tertutup kembali.