Chapter 130

"Tengah malam? Saya tidak percaya yang Anda maksud adalah saat Anda menyelinap pergi di tengah malam, "kata Bjorn sinis.

"Itu..." Erna berusaha keras untuk mengeluarkan kata-katanya.

"Yah, kamu memang meninggalkan satu surat itu. Apa menurutmu itu cukup?"

Cahaya bulan bersinar di sudut mata Erna. Dia menatap Bjorn tanpa mengucapkan sepatah kata pun, wajahnya tegang, namun hanya ada sedikit indikasi ketakutan dan intimidasi yang dia rasakan sebelumnya.

"Kamu sudah mengakuinya di suratmu, Erna, aku bisa memahaminya sekarang. Tidak apa-apa, tapi apa menurutmu melarikan diri seperti pengecut adalah solusinya? Daripada membicarakannya denganku terlebih dahulu."

"Aku minta maaf soal itu," kata Erna, setelah menarik napas dalam-dalam dan membangkitkan rasa percaya dirinya. "Pada saat itu, saya tidak memiliki kepercayaan diri untuk berbicara dengan siapa pun."

"Mengapa?"

"Aku sangat lelah, yang terpikir olehku hanyalah keluar dari istana,"

Suara Erna mulai bergetar. Ingatan hari itu membuatnya tersedak dan dia kesulitan mengatur napas.

Saat Bjorn memikirkan tentang Founding Festival Ball, pertama kali dia berbicara dengan Erna, terlintas di benaknya. Wanita yang tadinya mengandalkannya untuk bernapas, kini tidak bisa berada di dekatnya karena tidak bisa bernapas. Ironinya tidak hilang dalam dirinya.

"Jadi, kamu ingin mencari tempat di mana kamu bisa bernapas dan pada saat yang sama, kamu mengirimiku surat cerai?" Bjorn bertanya, nadanya semakin tajam. " Luangkan waktu untuk menenangkan diri, Erna, lalu kembalilah. Jika kamu berpikir untuk bercerai karena khawatir dengan rumor bahwa kamu melarikan diri, tidak perlu khawatir , semua orang percaya bahwa diriku di sini untuk memulihkan diri."

"Tidak," kata Erna. "Ini adalah kesimpulan yang aku dapatkan setelah berpikir panjang. Itu sebabnya aku mengajukan gugatan cerai dan diriku tidak akan berubah pikiran."

"Apa?" Bjorn mendengus, "Erna, apakah kamu gila?"

"Tidak, aku lebih rasional dari sebelumnya," kata Erna, dengan punggung tegak dan dagu terangkat. "Aku tahu kamu hanya menikahiku karena hutangku padamu, perceraian sebelumnya tidak dapat diterima, tanpa membayar kembali hutangku dengan benar, dan setelah memikirkannya untuk waktu yang lama, aku rasa aku tidak berhutang apapun padamu lagi. ."

"Benarkah?"

"Ya, karena aku sangat ingin menjadi istri yang baik untukmu, tapi yang kamu inginkan dariku hanyalah tubuhku dan aku memberikannya padamu."

"Apa yang kuinginkan?" Mata Bjorn menjadi gelap dan dinginnya malam musim dingin terasa semakin dalam.

"Anda menginginkan sebuah perisai untuk melindungi posisi Grand Duchess, tanpa pernah benar-benar memahami apa yang Anda lakukan terhadap orang yang Anda tempatkan di sana. Tentu saja, Anda mungkin telah berkorban untuk mengamankan masa depan Lechen, keselamatan Keluarga Kerajaan, dan kehidupan damai Anda sendiri. Saya membiarkan diri saya tertipu dan saya memainkan peran itu untuk Anda. Saya yakin saya telah memainkan peran saya dengan memuaskan, seperti bunga kecil cantik yang Anda inginkan." Erna tersenyum. Dia memang terlihat seperti bunga yang indah. "Jadi, Yang Mulia, jika Anda mengikuti segala sesuatunya sampai pada kesimpulan alaminya, saya rasa kita tidak perlu memainkan sandiwara ini lagi."

"Yang mulia?"

"Ya, setelah semuanya beres, bukankah pantas jika salah satu bawahanmu memanggilmu seperti itu?"

"Dibereskan?" Bjorn mendapati dirinya kehilangan kata-kata untuk kali ini. Tangannya yang kasar menelusuri rambutnya yang acak-acakan, dipenuhi energi gugup dan sedikit getaran. "Kamu memang mencintaiku, bukan?" dia bertanya, pandangannya sekilas mengarah ke jendela gudang yang terbuka. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik menghadap Erna, tenggorokannya kering sambil menelan ludah, berjuang melawan keinginan untuk berteriak frustasi.

"Ya, benar," kata Erna dengan tenang. Ketika dia bertemu dengan mata biru Bjorn yang dingin, yang tidak menunjukkan tanda-tanda kesedihan atau keraguan, dia merasa seolah-olah dia perlahan-lahan tenggelam ke dalam air dingin.

"Apakah cinta itu benar-benar bisa berakhir secara tiba-tiba dan dibersihkan seperti ini?"

Bjorn merasa sulit untuk percaya, bahkan dengan sikap Erna yang sedingin es, dia merasa sulit untuk percaya. Dia merasa ingin tertawa tak terkendali.

"Bagaimana, bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana?"

"Aku tahu," Erna menghela nafas, "itu adalah cinta yang tampaknya abadi, namun berakhir di luar dugaan. Melihat ke belakang, saya menyadari bahwa cinta kami hanyalah ilusi, dibangun di atas kebohongan dan penipuan. Itu tak lebih dari khayalan naif seorang gadis desa lugu," kata Erna tenang.

Angin kencang bertiup dari rawa-rawa, menyapu seluruh ladang. Bjorn hampir tidak merasakannya, tetapi saat dia memperhatikan Erna dengan cermat, dia bisa melihatnya menyusut menjauh dari angin dingin. Dia familiar sekaligus asing dan dia berjuang untuk memahami realitas situasinya. Erna tetap tenang, menatap tatapannya dengan tekad yang tenang.

"Cinta palsu itu sudah tidak ada lagi, Yang Mulia, saya telah membayar harganya untuk menjadi istri Anda, tetapi sekarang saya tidak berguna bagi Anda. Pangeran yang telah mendapatkan kembali kedudukannya tidak lagi membutuhkan istri palsu yang terbuat dari bunga tiruan. Jadi tidak apa-apa, kamu tidak berhutang apapun padaku dan kamu bisa menceraikanku dan menemukan istri pendiam dan penurut yang sebenarnya kamu inginkan." Erna berbicara dengan nada datar dan tersenyum cerah menyerupai kembang api yang menerangi festival musim panas.

"Apakah kamu benar-benar akan menilai segala sesuatu berdasarkan keinginanmu sendiri?" kata Bjorn. "Seperti yang kamu katakan, namaku telah dibersihkan dan reputasiku dipulihkan. Jadi, jika bercerai setelah satu tahun berlalu, apa pendapat orang-orang tentang diriku?"

"Orang-orang akan mengerti, mereka bahkan mungkin akan berbahagia untukmu dan menyambut Grand Duchess yang pantas. Ini akan bermanfaat bagi semua orang."

"Keuntungan?"

"Istri yang bisa mengabdi pada negara dan bukan hanya sebagai tameng, atau bunga tak berguna."

"Cinta, cinta, cinta," teriak Bjorn. " "Pegang sedikit dendam, Erna! Sejak awal kamu sudah tahu pria seperti apa aku ini. Dan kamu mencintaiku, Erna, kamu mencintai pria bajingan, yang berselingkuh dari istrinya dan menelantarkan anaknya sendiri."

"Ya, aku mencintaimu, aku memiliki fantasi kekanak-kanakan bahwa kamu mungkin adalah penyelamatku dan aku jatuh cinta pada ilusi itu. Sekarang kalau dipikir-pikir lagi, aku adalah wanita yang sangat menyedihkan." Erna tetap tenang dan tenang, tanpa sedikit pun kegembiraan dalam kata-katanya. "Kita telah menipu satu sama lain dan diri kami sendiri."

"Jadi?"

"Pernikahan palsu kita telah berakhir. Aku yakin ini yang terbaik untuk kita berdua," Erna memandang Bjorn dengan mata lelah, wajah mudanya tampak lelah. "Jadi tolong, kembalilah dan lupakan aku."

"Erna."

"Hanya ini yang ingin saya katakan kepada Anda, Yang Mulia."

Erna berbicara dengan nada tanpa emosi dan meskipun sopan santun, Bjorn mendapat rasa jijik darinya. Dia merasa paru-parunya terisi air, membuatnya sesak dan kedinginan. Penderitaan yang luar biasa menghabiskan akal sehatnya dan membuatnya merasa tidak rasional. Sementara itu, Erna terus menjauhkan diri, seolah tidak ada lagi yang perlu disesalinya.

Bjorn menyeka wajahnya dengan tangan yang membeku dan kehilangan kata-kata. Erna hendak menutup pintu, mengucapkan selamat malam pada Bjorn, namun Bjorn melompat ke depan dan Erna menjauh darinya sambil berteriak. Saat dia membuka matanya lagi, dia sepenuhnya berada dalam bayangan Bjorn.

"Akhirnya, bagi kita? Jangan konyol." Erna menyusut secara naluriah saat rasa takut melonjak di dadanya. "Apa bedanya dari mana kita memulai, atau apa niat awal kita? Apa lagi yang bisa aku lakukan untukmu ? Aku menyelamatkanmu dari pernikahan yang tidak bisa kamu hindari, menderita kerugian besar dan dirawat, serta memujamu."

Bjorn sudah gila dan mencurahkan emosinya. Penghenti rasa frustrasinya telah dilepaskan dan semuanya mengalir keluar. Ucapannya terdengar terburu-buru, sehingga Bjorn bahkan tidak yakin dengan apa yang dia katakan.

"Tanpa cinta itu, apakah semua yang kulakukan untukmu saat ini tidak ada artinya? Apakah kamu tidak puas?"

"Lepaskan aku," ratap Erna, berjuang melawan cengkeraman kuat Bjorn, dia bahkan tidak menyadari dia telah meraih lengannya.

"Ah, baiklah, kalau begitu aku akan memberikan apa yang kamu inginkan. Kamu dapat memilikinya!" Bjorn mencengkeram bahu Erna lebih erat. "Kamu bisa punya anak lagi."

"Hentikan."

"Cinta? Oke, jika cinta itu begitu penting bagimu, maka aku akan memberikannya padamu. Apakah itu akan berhasil?"

"Permisi, apa?" Erna berhenti meronta.

"Aku berjanji akan mencintaimu, Erna, aku akan mencintaimu dengan segala cara yang aku bisa, jadi..."

Tamparan yang tajam dan tiba-tiba bergema di malam hari, memotong kata-kata Bjorn.