Dalam suasana Natal yang bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah semester genap tahun pelajaran 2024/2025, Rumah SMAS Bhaktyarsa Maumere mengadakan aksi solidaritas Natal untuk korban bencana letusan gunung berapi Lewotobi yang masih berada di posko-posko pengungsian.

"Biasanya setiap Tahun rumah Bhaktyarsa selau mengadakan acara Natal dan Tahun bersama namun kali berbeda, Kita tidak ada acara seperti tahun-tahun sebelumnya kado-kado natal itu kita sumbangkan saudara kita di posko pengungsian ujar Suster Kepala Sekolah saat Apel pembukan.

Pada Hari Guru, senin 25 November Peserta didik Rumah Bhaktyarsa Maumere atas nama Marsela Louisa De Marillac memberikan Kado terindah di hari Guru. Marsela Louisa De Marillac mendapat Juara 2 Lomba Pidato yang diselenggarakan Kejaksaan Maumere. Pidatonya tentang "Bullying" di Final lomba pidato memperingati Hari SumpahPemuda dan Hari Pahlawan.

Dia juga memberikan penghargaan kepada sekolah kami dengan Juara 1 di event Menulis Nasional dengan tema "Tentang Rasa Cinta" yang di selenggarakan oleh Penerbit Nasional Antero Literasi Indonesia. Dengan ini, dia telah resmi menjadi penulis buku nasional.

Profisiat siswa Marsela, kami bangga padamu.

On August 30th, nine students from our school, accompanied by Sr. Marcelina Lidi SSpS, Bhaktyarsa’s Senir Highschool Principal, Sr. Maria Busso SSpS and Ibu Alfonsa Anastasia Noning, Music Teacher at Bhaktyarsa Snir Highschool, embarked on an unforgettable adventure. With enthusiastic spirits and high expectations, students from grades 10, 11, and 12 said goodbye to the SSpS sisters, their friends and teachers at School, and their families in an emotional ceremony, ready to discover a new world in the Philippines. The ceremony was presided over by Sr. Ines Surat Lanan SSpS, East Flores Province of the SSpS sisters, and Sr. Augusta Palma SSpS, head of the St. Gabriel Foundation. The ceremony also counted with the presence of Sr. Emilia Erty SSpS, Coordinator of Maumere Community, and several sisters from Maumere and Kewapante SSpS Communities.

The journey began aboard a boat sailing from Maumere to Labuan Bajo. This initial journey, though lengthy, was a perfect opportunity for the students to strengthen their bonds. After three days in Labuan Bajo, where the students stayed in one of our student’s parents’ house, the group ventured toward new horizons: Jakarta and Singapore, before finally arriving in Cebu, Philippines.

Arriving in Cebu felt like landing in a vibrant dream. After a night of rest, the group headed to Tagbilaran, Bohol, by boat on September 4th. Here, the exchange became even more meaningful as students stayed with host families, allowing for complete immersion in Filipino culture and practical use of English in everyday situations. From the very first moment, the warmth and hospitality of the Filipinos made each visitor feel at home.

At the Holy Spirit School of Tagbilaran from the SSpS sisters, the students participated in classes alongside their local peers. With each shared lesson, friendships blossomed, and stories were exchanged, enriching everyone's experience. The cultural connection culminated on September 11th with a cultural day that resonated deeply with each participant: dances, songs, and a variety of traditional dishes that delighted the senses. During this emotional ceremony, awards were presented to our students, the sisters, and the teacher, certifying their participation in the student exchange program at Holy Spirit of Tagbilaran. In a heartfelt gesture of gratitude, our delegation presented sarung (traditional Indonesian clothes) to the school's administrators and directors, and the families who hosted them, further solidifying the bonds formed during this transformative experience.

After a week in Bohol, the group moved on to Cebu, where they continued their educational journey at the University of San Carlos Senior High School ran by the SVD. Here, the experience proved enriching not only academically but also in building a network of exchanges that will surely endure beyond this trip. This experience challenged our students to prove their adaptability to new environments because University of San Carlos was composed of five campuses with a different education system. We know that these challenges are the clue for a mature development and gives them tools for future experiences.

From September 4th to 18th, the students lived moments that transcended classroom learning. They shared laughter, faced challenges, and developed a profound sense of community, both with their new Filipino friends and among themselves. In the end, the return home was not just a physical journey but an inner voyage filled with invaluable lessons and unforgettable memories.

The return journey began with a brief stop in Singapore, where students marveled at the city's iconic skyline and vibrant culture. Following this, they spent three days in Jakarta, exploring its bustling streets and rich history. Each city left a lasting impression, adding to the tapestry of their experiences. Eventually, they returned to Labuan Bajo and then traveled to Ende, where they were picked up to go back to Maumere. Here, their friends, families, school teachers and Sr. Augusta Palma SSpS, were waiting them with a heartfelt welcome ceremony, celebrating not only their safe return but also the incredible experiences they had shared. This ceremony marked the conclusion of this transformative experience.

When reflecting about the experience they lived, the students expressed their deep joy for growing in their religious life and how the different situations they been through helped them to build their character in discipline, integrity and self-management of their time and their life. They also felt challenged to take to foreign countries their Indonesian culture and their own regions, as to be an example of the character of Indonesia with the richness of its diversity and the incarnation of Pancasila values. They also claimed that this experience taught them about how to manage when they go abroad and that they also learned about how to be missionaries in an international sense, a very important value that the SSpS sisters try to inculcate in their students.

The adventure in the Philippines turned out to be much more than a simple exchange; it was an enriching journey that broadened the students' perspectives, placing them in global interaction spaces. They improved their English and were exposed to different educational systems and ways of studying, allowing them to grow both personally and academically. The students returned home with joyful hearts and open minds, ready to apply what they had learned and share their experiences with the community. Undoubtedly, this journey will serve as a cornerstone in their lives and a beacon of inspiration for future exchanges.

Sr. Maria Busso SSpS

NTT. WahanaNews.co| SMAS Bhaktyarsa Maumere meraih Penghargaan Luar Biasa Inovasi Bintang Lima 2024 atau yang biasa disebut "Five Star Innovation Exellent Award " dengan Kategori "Reputable School " (Sekolah dengan Reputasi Terbaik).

Penghargaan itu diberikan, setelah SMAS Bhaktyarsa Maumere ditetapkan sebagai Sekolah Menengah Terbaik Dalam Inovasi dan Program Pembelajaran Berkualitas Tahun 2024.

Untuk diketahui, "Five Star Innovation Excellent Award 2024" adalah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada Perusahaan, Lembaga Swasta/Pemerintah, Lembaga Pendidikan, Professional atas keberhasilannya menciptakan terhadap produk atau jasa.

Acara ini diselenggarakan oleh 5 Pilar Media Communication dan Lembaga Nasional Prestasi Indonesia bekerjasama dengan Nastional Awarding Research Center serta diliput oleh 5 Pilar Youtube Channel.

Pemberian Award dimaksudkan untuk mendorong Pengusaha, Pendidik dan Profesional dibidangnya makin berkualitas dan dipercaya oleh masyarakat.

Kepada NTT.WahanaNews.co, Kamis (28/3/2024), Kepala SMAS Bhaktyarsa Maumere, Sr. Marselina Lidi, SSpS mengaku sangat bahagia, bersyukur dan bangga atas penghargaan tersebut.  Namun bagi Marselina, raihan itu juga sekaligus dijadikan sebagai tantangan untuk tetap mempertahankan kwalitas untuk terus meningkatkannya demi kamajuan bangsa dan Negara tercinta

Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Lembaga Nasional Prestasi Indonesia dan 5 Pilar Media Communication yang telah memberikan penghargaan itu kepada pihaknya.

Marselina menjelaskan, adapun aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian adalah, Kinerja, Prestasi, Dedikasi, Kredibilitas dan Inovasi serta Integritas yang berdampak positif bagi masyarakat luas dalam pembangunan bangsa dan negara.

Marselina berharap, semoga penghargaan yang diraih dapat meningkatkan brand image, positive perception, dan personal branding serta bermanfaat sebagai komitmen menciptakan karya dan prestasi yang lebih tinggi bagi masyarakat dan generasi penerus bangsa. [frs]

Pengawas Binaan SMA Swasta Katolik Bhaktyarsa (SMABHAK) Maumere, Murniati, S.Pd memberikan apresiasi kepada sekolah tersebut yang telah mendapatkan nilai Asesmen Nasional melebihi rata-rata.

Selain mendapatkan Nilai Asesmen melebihi rata-rata, Murniati, S.Pd juga memberikan apresiasi kepada SMA Swasta Bhaktyarsa Maumere yang memiliki Program Unggulan berupa Muatan Lokal Metodologi, dimana program ini mampu menjadikan peserta didiknya berinovasi dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah (KTI), layaknya seorang Mahasiswa.

Untuk diketahui, SMA Bhaktyarsa Maumere merupakan satu-satunya Sekolah di Kabupaten Sikka yang menjadikan Metodologi sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan dan dijadikan sebagai Program Unggulan Sekolah.

“Saya memberikan apresiasi, karena berdasarkan Nilai Asesmen Nasional yang dilakukan tahun 2021, SMA Bhaktyarsa memperoleh skor 2,97. Skor literasi itu berkisar antara 1 sampai dengan 3. SMAS Bhaktyarsa memperoleh 2,97,” ungkap Murniati, S.Pd saat memberikan sambutan dalam acara Pembukaan Pelaksanaan Ujian KTI bagi Peserta Didik Semester VI angkatan ke-10 di aula BSC SMAS Bhaktyarsa, Senin (06/03/2023).

Artinya lanjut Murniati, kegiatan Best Practise di sekolah ini linear dengan hasil perolehan asesmen nasional di bidang literasi. “jadi bukan sekedar konsep, bukan sekedar best practise tapi ditunjukkan di perolehan literasi pada kegiatan tersebut,” ujarnya menambahkan.

Meski memperoleh nilai 2,97 dimana nilai tersebut merupakan perolehan diatas nilai rata-rata nasional yang berada di 1,97, Murniati berharap agar hasil ini tidak sekedar menjadikan SMA Bhaktyarsa bangga, namun harus tetap melakukan berbagai inovasi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Selanjutnya Murniati juga mengatakan yang membedakan SMAS Bhaktyarsa Maumere dengan sekolah lainnya adalah dengan menyiapkan Muatan Lokal (Mulok) Metodologi yang mendasari peserta didiknya untuk menyajikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) sesuai dengan yang seharusnya. 

Karena menurut dia, jika hanya menghasilkan Karya Tulis Ilmiah saja, sekolah lain pun sudah melakukannya.

“Saya juga mengapresiasi lembaga ini, karena menyiapkan Mulok Metodologi. Karena kalau hanya menghasilkan Karya Tulis Ilmiah, sekarang hampir semua sekolah melakukan kegiatan ini. Bedanya adalah rumah kita ini telah menyiapkan Metodologi Penelitian yang mendasari agar kalian bisa melakukan kegiatan ini sesuai dengan yang seharusnya,” kata Murniati.

Hal menarik lainnya yang belum tentu dilakukan di sekolah lain lanjut Murniati menuturkan, SMAS Bhaktyarsa Maumere memiliki tim untuk memastikan bahwa hasil Karya Tulis Ilmiah peserta didiknya tidak dihasilkan dari hasil plagiat.  

Dalam kesempatan tersebut, Murniati juga menyampaikan apresiasi kepada para pendidik dan tenaga kependidikan SMAS Bhaktyarsa Maumere atas semangat mereka dalam membimbing peserta didiknya.

Dikatakan Murniati, saat ini hanya ada tiga tuntutan yang bisa menjadikan peserta didik berkompetisi yakni, menguasai literasi, menguasai numerasi dan berkarakter.

Karena itu Murniati berpesan kepada Peserta Didik SMAS Bhaktyarsa Maumere untuk terus berkompetisi secara positif meski kompetisi secara positif itu butuh energi, butuh waktu, dan butuh kompetensi. 

SMA Swasta Katolik (SMAS) Bhaktyarsa Maumere berani mendatangkan seorang Dosen sebagai penguji dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) bagi 116 peserta didik semester VI angkatan 10. Selain dosen, penguji yang didatangkan ini juga merupakan Pengawas SMA untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris.

Hal ini disampaikan Ketua Panitia Pelaksanaan Ujian KTI, Estakia Mensiana Nona Esti dalam laporannya saat kegiatan pembukaan, di aula BSC SMAS Bhaktyarsa Maumere, Senin (06/03/2023).

“Penguji KTI terdiri dari seorang penguji yang menguji isi dari KTI tersebut. Penguji KTI adalah seluruh pendidik SMAS Bhaktyarsa Maumere, kecuali ujian perdana hari ini langsung diujikan oleh Pengawas SMA Mata pelajaran Bahasa Inggris atas nama Bapak Antonius M.K. Klarentina Naro, S.Pd.,M.Pd. Beliau ini juga adalah seorang dosen pada IKIP Muhammadiyah Maumere,” jelas wanita yang biasa disapa Esti ini. 

Penguji ini lanjut Esti, hanya akan melakukan pengujian perdana terhadap salah satu kelompok dari kelas XII MIPA 2 usai kegiatan pembukaan, Senin 06 Maret 2023. Meski demikian, pelaksanaan ujian KTI ini akan tetap dijadwalkan per kelas hingga tanggal 11 Maret 2023 dan terjadi setelah Proses KBM berakhir.

“Berhubung kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan sebagaimana mestinya, maka ujian KTI ini dijadwalkan per kelas, mulai hari ini, Senin 06 Maret 2023 sampai Sabtu 11 Maret 2023 dan terjadi setelah proses KBM pada pukul 14.30 – 17.30 wita,” ujarnya.

Lebih lanjut dalam laporannya Esti mengatakan bahwa, tujuan dari pelaksanaan Ujian Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk menguji kemampuan menulis peserta didik terutama dalam tulisan ilmiah. Karya Tulis Ilmiah ini pun dijadikan sebagai salah satu persyaratan kelulusan.

1. Peserta didik telah mendapatkan bekal pengerjaan Karya Tulis Ilmiah melalui mata pelajaran Metodologi.

2. Peserta didik membuat kelompok penulisan KTI, yang terdiri dari 2 orang setiap kelompok. Ada pula yang satu orang dan setiap kelompok mengajukan Judul Penelitian yang berikutnya akan di acc oleh pembimbing.

3. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dalam bentuk artikel.

4. Koordinator pembimbing akan membagi 1 pembimbing untuk masing-masing kelompok KTI.

5. Peserta didik melakukan penelitian dan penulisan melalui metode wawancara, observasi/percobaan, survei dan kepustakaan.

6. Ujian KTI ini dibuat setelah peserta didik melakukan pendaftaran ulang dan verifikasi data.

7. Setelah ujian, peserta didik melakukan revisi KTI didampingi pendidik metodologi dan pembimbing.

8. KTI yang sudah finishing akan diserahkan ke bagian kurikulum untuk direview lebih lanjut oleh tim Editor Sekolah.

9. Tim Editor Sekolah akan merevisi dan mengirimkan ke tim editor penerbit, dan karyanya akan dicek plagiasinya.

10. Hasil karya akan dibukukan dalam bentuk book chapter dan diarsipkan ber-ISBN.

11. Setiap peserta didik yang sudah menyelesaikan KTI akan diberikan Sertifikat yang diberikan dari sekolah dan atau penerbit.

Diakhir laporannya, Ibu Esti yang juga seorang guru Kimia ini pun berharap, agar program ini bisa menjadi bekal bagi peserta didik dan selalu ada inovasi dari waktu ke waktu. Bagi peserta didik, Esti menitipkan pesan “selamat berjuang dan lakukan yang terbaik” tutup dia. 

SMAS Bhaktyarsa Dalam Menapaki Warisan Budaya

Aksi dari hasil Kegiatan P5 Tema 2. "Kearifan Lokal" Oleh Peserta Didik Kelas X

SURYA KUPANG NEWS-Kupang,SK-Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menjelaskan bahwa peran seorang guru bukan sebagai sumber ilmu namun lebih kepada bagaimana dapat mengarahkan para murid untuk membentuk karakter diri yang berkualitas. Hal tersebut disampaikan Gubernur  saat bertatap muka langsung dengan Suster Marcelina Lidi, SSpS selaku Kepala Sekolah SMAK Bhaktyarsa Maumere di ruang kerja Gubernur, kamis (6/8).

Ada dua Hal yang menjadi perhatian khusus, yakni persoalan peran para guru dalam membentuk karakter siswa/i dan persoalan sosial budaya adat istiadat yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan karakter siswa/i  di NTT

“Tugas guru itu bukan sebagai sumber ilmu, tapi harus menjadi pendamping yang baik bagi siswa/i dalam menemukan karakter dirinya sandiri. Dan seorang guru tentu harus memiliki integritas tinggi,” jelas Gubernur VBL.

“Orang yang hebat bukan orang yang tidak punya salah, karena jika dia buat kesalahan berarti dia bisa berkembang menjadi Lebih baik lagi,” pungkas Gubernur Viktor.

Terkait pendidikan, Suster Marcelina menilai bahwa walaupun pendidikan di lingkungan sekolah Katolik telah memenuhi sebagian unsur pendidikan penguatan karakter namun kualitas dan kapasitas dari guru pun juga menjadi faktor penting kualitas karakter para siswa/i terlebih dari tingkat pendidikan yang paling bawah.

“Yang harus diubah mulai dari Taman Kanak-Kanak (TKK) adalah bobot gurunya, kualitas gurunya. Guru TKK, selain berpendidikan tinggi namun juga harus mempunyai integritas yang tinggi pula,” kata Suster Marcelina.

“Hal yang paling berat sebenarnya adalah peran Guru TKK dan Sekolah Dasar (SD), kenapa?, karena peran merekalah yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa/i mulai dari usia dini.” tambah Suster Mercelina.

Sementara itu kepala sekolah SMAK Bhaktyarsa ini  juga menjelaskan bahwa sebagian adat istiadat dan tradisi kebiasaan masyarakat NTT memiliki dampak yang kurang baik bagi perkembangan pendidikan di NTT.

“Kita di NTT banyak masyarakat khususnya orang tua yang secara ekonomi kurang mampu, tapi selalu memaksakan diri membuat pesta yang besar untuk acara anaknya, contohnya acara nikah, ulang tahun anak serta sambut baru. Nah Hal-hal seperti ini yang membuat kita tidak maju-maju ” jelas Suster Marcelina.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Staf Khusus Gubernur Prof. Daniel Kameo, Pius Rengka dan Anwar Pua Geno. (Agus Kefi)

Sumber: SP Humas Protokol NTT