Dalam rangka Dies Natalis ke-30, Prodi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana, UGM (selanjutnya disebut PSPSR) dan Aspirasi Seni mengadakan seri diskusi yang bertajuk Forum30. Forum30 ini merupakan ruang diskusi yang mengelaborasi tema Dies Natalis PSPSR tahun ini, The Future of Arts.
Forum30 #1
Menyelami Pertunjukan Virtual Ki Seno Nugroho
Kiprah pertunjukan virtual yang dilakukan oleh mendiang Ki Seno Nugroho (Dalang). harus menyelami pertunjukan virtual dari Alm. Ki Seno Nugroho, mulai dari kinerja, peluang, hambatan, hingga negosiasi yang dilakukan.
Arsip kegiatan dapat dilihat di sini
Forum30 #2
Membongkar Seni Media Baru dan Siasat-siasatnya
Perkembangan seni digital dan media baru di Indonesia, khususnya sejak seniman rupa berelasi dengan digital technology, new media, ‘netarts’, dan ‘digital arts’ menarik untuk dibongkar. Selanjutnya, diskusi ini juga mengelaborasinya terhadap beberapa hal, seperti: pertama, kemungkinan lahirnya estetika baru yang bersumber dari teknologi digital. Kedua, siasat-siasat atas persoalan relational arts and digital interactivity dan arts in the age of proliferation of images.
Arsip kegiatan dapat dilihat di sini
Forum30 #3
Menyingkap Terobosan & Daya Musik di Pentas Virtual
Menyingkap Terobosan dan Daya Musik di Pentas Virtual mengajak langsung untuk menilik praktik dan kinerja dari upaya terobosan musik, semisal INF In-Game Club, ataupun refleksi komposer akan daya musik di pentas virtual. Pun kami juga akan mengelaborasi beberapa hal, seperti: (1) Mediasi liveness dari pertunjukan musik virtual dan bentuk artikulasi atau pengungkapan baru; (2) Terobosan akan technological-based art practices yang mengubah cara produksi, presentasi, sirkulasi, ekshibisi, bahkan proses konsumsi; (3) Kemungkinan lahirnya cara baru mendengar dan menyaksikan pertunjukan musik.
Arsip kegiatan dapat dilihat di sini
Forum30 #4
Big Data dan Babak Baru Seni Rupa?
Forum30 #4 mengelaborasi beberapa hal, seperti: (1) Information, Big Data and Arts, yang mendiskusikan peran informasi dan data raksasa (big data) dan interseksinya dengan seni, terutama penciptaan seni yang berbasiskan pada informasi dan data seperti dalam ‘seni arsip’ (archival art). Hal tersebut juga terkait pada (2) Archiving Arts and Arts of Archiving: mendiskusikan tidak hanya proses pengarsipan karya seni tapi juga seni pengarsipan itu sendiri, terutama berkaitan dengan karya seni media baru yang berbasis digital; dan bagaimana memikirkan masa depan dalam (3) Relational Arts and Digital Interactivity: membahas seni yang dianggap mendorong bagi proses interaksi sosial dan ikut membentuk lingkungan sosial ketika berhadapan dengan teknologi internet/ digital yang memfasilitasi interaktivitas secara massif dan tak jarang intens.
Arsip kegiatan dapat dilihat di sini
Forum30 #5
Menjelajahi Pergelaran Tertayang
Pada seri kelima, Forum30 akan menjelajahi praktik dan kinerja dari pergelaran tertayang. Lebih lanjut, Kami menatap praktik dan pemikiran Yudi Ahmad Tajudin untuk mengartikulasikan jelajah dari UrFear Huhu and The Multitude of Peer Gynts. Apakah interaktivitas (interactivity) yang mencuat dari praktik seni di masa pandemi ini memiliki muatan relasional-nya atau lebih karena imperatif teknologis semata? Bagaimana negosiasi tersebut berlangsung? Apakah elemen ‘bermain’ (playfulness) yang bisa ditemukan dalam ekspresi seni pertunjukan yang berbasiskan teknologi masih mengusung semangat emansipasi (emancipation)? Selain itu, diskusi ini juga akan mengelaborasi beberapa hal, seperti: (1) Technological-Based Art Practices. Di mana praktik seni kian berkelindan dengan teknologi yang mengubah cara produksi, presentasi, sirkulasi, eksebisi dan proses konsumsi. (2) Mediating Liveness in the Age of Screen Culture. Di mana diskusi juga akan membahas tantangan seni pertunjukan ketika bermigrasi dari panggung proscenium ke layar dengan segala bentuk artikulasi/ pengungkapan baru.
Arsip kegiatan dapat dilihat di sini
Forum30 #6
Siasat Pendidikan Seni Kelak
Pada seri keenam, Forum30 akan menyelami praktik pendidikan seni dan menyiasati bagaimana ia bermain kelak. Lebih lanjut, Kami melihat bahwa terjadi kerancuan dalam pendidikan seni dalam “memanfaatkan” teknologi yang dikhawatirkan akan menggerus aspek psikologis, kognitif, dan daya kritis guru dan siswa, terutama dalam pendidikan seni. Bagaimanakah posisi interaktivitas pada praktik pendidikan seni di masa yang akan datang? Apakah ia memiliki muatan relasional-nya atau hanya akan bersifat teknologis semata? dan apakah elemen bermain, kesenangan, dan keintiman yang biasa ditemukan dalam ekspresi pendidikan seni yang berbasiskan teknologi masih mengusung semangat humanistik dan semangat basis pendidikan seni?
Arsip kegiatan dapat dilihat di sini