KIKAZI 4
Kontroversi Susu Ikan, Program Ambisius Pemerintah
Pemerintah tengah melangsungkan pemberian susu ikan pada program makan siang gratis untuk meningkatkan asupan gizi di masyarakat. Konsep susu ikan sebagai alternatif dalam pengembangan program gizi nasional menjadi topik yang menarik untuk dibahas, terkait pandangan dan respon masyarakat terhadap susu ikan, baik dari segi penerimaan sosial dan dampaknya bagi kesehatan.
Penggunaan istilah “susu” pada susu ikan didasarkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang tidak hanya mengacu pada cairan yang berasal dari mamalia, melainkan juga pada cairan atau bubuk yang dihasilkan dari ekstrak tertentu. Selain itu penamaan "susu ikan" diharapkan dapat memunculkan persepsi yang lebih familiar di masyarakat. Sebutan ini dianggap efektif untuk meningkatkan penerimaan produk daripada jika disebut "sari ikan" atau "ekstrak ikan", yang mungkin menimbulkan kesan sebagai kaldu. Akan tetapi, terdapat perbedaan pendapat dari beberapa sumber terkait penggunaan istilah “susu” yang hanya diperuntukkan untuk cairan hasil dari kelenjar susu mamalia betina. Perbedaan pendapat ini muncul karena susu ikan merupakan hasil ekstrak atau fortifikasi yang lebih cocok disebut sebagai minuman protein.
Istilah “susu” berpotensi memicu kesalahpahaman masyarakat tentang manfaat gizi yang ditawarkan susu ikan, terutama jika mereka mengganti konsumsi susu sapi bahkan ASI dengan susu ikan. Sehingga, program pemerintah seperti ini perlu disertai dengan pemberian edukasi agar masyarakat memahami tujuan dan manfaat dari produk tersebut, meskipun terdapat kemungkinan edukasi yang tidak tersebar merata karena keterbatasan tenaga kesehatan yang mampu memberikan penyuluhan di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan kandungan gizinya, susu ikan mengandung protein dan omega-3 yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi, sehingga baik untuk perkembangan otak, kesehatan jantung, dan pemenuhan protein. Selain itu, susu ikan dapat dijadikan sebagai alternatif konsumsi susu rendah lemak. Namun, kandungan kalsium pada susu ikan cenderung rendah. Tambahan maltodekstrin pada susu ikan juga menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya pada kesehatan, khususnya pada anak-anak, yang dapat memicu tingginya kadar gula darah dini. Selain itu, susu ikan juga berpotensi menimbulkan alergen dan mengeluarkan sedikit aroma amis yang kurang diminati, terutama bagi masyarakat yang tidak terbiasa mengonsumsi ikan dan produk olahannya.
Persepsi dan respon masyarakat terhadap program susu ikan tentu menyumbang tantangan yang berkaitan dengan faktor kebiasaan dan kecenderungan mengonsumsi ikan dalam bentuk lauk pauk. Tingkat pendidikan yang rendah juga dapat menimbulkan persepsi yang salah terkait susu ikan. Selain itu, beberapa wilayah Indonesia yang menganut kepercayaan larangan mengonsumsi ikan karena alasan tertentu juga perlu diatasi terlebih dahulu untuk menunjang keberhasilan program tersebut. Hal ini tentu membutuhkan proses adaptasi panjang yang disertai dengan monitoring dan evaluasi.
Oleh sebab itu, tujuan pemerintah untuk menjadikan susu ikan sebagai bagian dari program makanan bergizi nasional perlu diiringi dengan pertimbangan efektivitas program yang perlu dikaji lebih dalam, terkait uji klinis dan manfaatnya. Pemerintah perlu bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk menggaungkan setiap informasi yang benar dan memastikan program tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Referensi
Octaviana, G. & Kristianadewi, A. M. (2024). Susu Ikan Produk Pangan Ultra-Proses Tinggi Gula, [online] Radio Republik Indonesia. Available at: https://www.rri.co.id/nasional/969683/susu-ikan-produk-pangan-ultra-proses-tinggi-gula [Accesed 4 Nov. 2024]
Priyambodo, U. (2024). Riset ‘Susu Ikan’: Salah Kaprah Istilah dan Awal Mula Terciptanya, [online] National Geographic Indonesia. Available at: https://nationalgeographic.grid.id/read/134169612/riset-susu-ikan-salah-kaprah-istilah-dan-awal-mula-terciptanya [Accesed 4 Nov. 2024].
Yulianti, C. (2024). Pakar Unair Terangkan Istilah Susu Ikan Kurang Tepat, Begini Alasannya, [online] Detik.com. Available at: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7568262/pakar-unair-terangkan-istilah-susu-ikan-kurang-tepat-begini-alasannya [Accesed 4 Nov. 2024]