DISKAMAGI 1 2023
DISKAMAGI 1 2023
Pendekatan Gizi Dalam Upaya Pencegahan TBC Di Kalangan Mahasiswa
Pembicara : Dr. Fajar Ari Nugroho, S.Gz, M.Kes
Notulen : Nur Aini Febrianti Habibah
Tuberkulosis (TBC) menjadi salah satu penyakit menular yang masih menjadi perhatian serius di seluruh dunia, termasuk di kalangan mahasiswa. Meskipun telah ada kemajuan dalam penanggulangan TBC, namun prevalensi penyakit ini masih cukup tinggi di beberapa negara, terutama di daerah dengan tingkat kemiskinan dan akses terbatas terhadap perawatan kesehatan. Mahasiswa sendiri menjadi salah satu kalangan yang sangat rentan terhadap penularan penyakit ini. Untuk itu pada DISKAMAGI 1 kali ini kita akan membahas terkait penyakit TBC di kalangan mahasiswa.
Menurut Dr. Fajar Ari Nugroho, S.Gz, M.Kes, TBC yang terjadi di Indonesia merupakan kasus TBC tertinggi nomor 3 di dunia. Kasus TBC yang banyak diderita oleh mahasiswa terdiri dari dua macam, yaitu penderita TBC laten dan TBC aktif. Penderita TBC laten merupakan penderita yang tidak memunculkan gejala, namun dapat menulari orang-orang di sekitarnya. Sedangkan, penderita TBC aktif merupakan penderita TBC yang menampakkan gejala-gejala seperti batuk-batuk dalam 3 pekan, sesak nafas dan badan lemah. Banyaknya TBC yang terjadi di kalangan mahasiswa salah satu penyebabnya adalah karena terdapat salah satu mahasiswa penderita TBC laten dan tanpa disadari menulari teman-teman di sekitarnya, sehingga semakin memperluas penyebarannya.
Dalam pengenalan gejalanya pun juga dibedakan menjadi dua. Jika pada penderita TBC laten, diperlukan tes darah terlebih dahulu untuk mengetahui lebih lanjut apakah orang tersebut terjangkit TBC. Sedangkan, pada penderita TBC aktif, tanda-tandanya adalah batuk tidak berhenti selama 3 pekan yang diikuti nyeri di dada, batuk kental dan disertai darah juga tidak nafsu makan. Dalam talkshow kali ini kita juga diberikan pemaparan terkait cara mengenali gejala dari penyakit ini.
Menurut Dr. Fajar Ari Nugroho, S.Gz, M.Kes, biasanya terdapat kesamaan gejala dari penderita TBC laten dengan TBC aktif. Ada banyak hal yang dapat memperluas penyebaran TBC seperti, tidak cukupnya cahaya matahari di ruangan, adanya hewan peliharaan yang menyebabkan alergi (kucing,anjing,burung), sirkulasi udara yang tidak baik, tingkat kelembaban di dinding, di dalam ruangan tidak memiliki sirkulasi, hygiene yang buruk, tidak mencuci tangan dengan baik, pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik. Higiene sanitasi bagi pribadi sangat penting, agar terhindar dari bakteri penyebab TBC. Selain itu, TBC sangat umum terjadi pada orang yang merokok, karena merokok ini ternyata melemahkan imunitas. Imunitas paling tinggi dalam tubuh terletak di paru - paru, dengan merokok sehingga menyebabkan kelemahan imunitas pada penderita, dan pada akhirnya jika seseorang tersebut merupakan penderita TBC laten akan menjadi penderita TBC aktif, atau non penderita TBC menjadi penderita TBC aktif.
Untuk itulah dampak yang akan terjadi adalah perubahan morfologi paru-paru pada penderita. TBC yang telah menahun, volumenya akan berubah menjadi tidak sesuai dengan ruangannya. Perubahan tersebut terjadi sekitar 25%, dan apabila volume paru-paru penderita menurun hingga lebih dari 50% volume awal maka akan menyebabkan kematian. Begitu pula dengan status gizi pada penderita, dimana setiap penyakit infeksi sangat menghabiskan energi. Entah karena demam hingga nafsu makan berkurang. Pada umumnya dalam infeksi akan mengalami underweight, jika berlanjut akan menjadi semakin parah dan mengalami malnutrisi. jika tidak diperhatikan dengan benar maka akan dirujuk ke rumah sakit. Dari waktu ke waktu pasien TBC meninggal karena malnutrisi. Jika pasien TBC tidak mau makan dan mengalami malnutrisi maka akan semakin memperparah keadaannya.
Banyak hal yang terpengaruh dari kondisi pola makan yang akan dialami penderita. Menurut Dr. Fajar Ari Nugroho, S.Gz, M.Kes, Penderita TBC akan sulit makan karena batuk dan sulit menelan makanan terutama makanan yang high density. Makanan yang memiliki kandungan lemak tinggi akan memicu batuk hebat. Karbohidrat akan menyebabkan makanan sulit ditelan karena membutuhkan oksigen yang lebih besar, sehingga apabila mengalami pasien sesak nafas maka tidak dianjurkan makan makanan yang mengandung karbohidrat terlalu banyak karena akan memperparah sesaknya, dan berpengaruh pada kualitas makannya. Pengobatan TBC dilakukan selama 90 hari. Apabila terlewat satu hari maka akan mulai dari hari pertama. Obat yang digunakan untuk penyembuhan TBC akan menyebabkan tubuh kehilangan vitamin B12, bisa megaloblastik, anemia, dan kematian.
Oleh karena itu, penderita akan memiliki beberapa pantangan dalam mengkonsumsi makanan yang bisa mempengaruhi kesehatan penderita. Seperti konsumsi lemak harus dibatasi, harus mengatur bagaimana cara mengkombinasikan terhadap pola makan. Menghindari makanan dengan pemanasan langsung dan penggunaan protein yang dikombinasi dengan lemak. Dalam hal ini, konsumsi protein tetap disarankan untuk melakukan penyembuhan sel paru-paru, namun tidak diolah dengan lemak. Jika kebutuhan protein dalam tubuh belum terpenuhi, maka protein bukan menggantikan sel paru-paru yang rusak, namun berfungsi memenuhi kebutuhan protein yang masih kurang dalam tubuh. Untuk karbohidrat, sebaiknya tidak diberikan secara berlebih, termasuk snack yang dapat menambah asupan karbohidrat. Selain itu, penderita TBC juga harus mengonsumsi antioksidan, seperti buah tanpa getah, buah yang cukup matang, dan sayur yang matang. Penderita TBC juga dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen B12, karena apabila mengandalkan makanan saja tidak akan cukup.
Menurut Dr. Fajar Ari Nugroho, S.Gz, M.Kes, faktor dalam penyebab dari penyakit TBC ini bisa rentan terhadap mahasiswa adalah gaya hidup yang kurang baik, seperti tidak mencuci tangan dengan baik, penggunaan alat makan yang bergantian, berbagi makanan dan minuman. Disisi lain juga bisa faktor genetik, TBC memiliki jalur keturunan, seperti anak dengan orang tua yang terjangkit TBC lebih berisiko daripada anak yang orang tuanya tidak memiliki riwayat TBC. Juga tak kalah penting, dengan usia yang semakin tua akan lebih mudah terkena TBC.
Adapun harapan yang disampaikan Dr. Fajar Ari Nugroho, S.Gz, M.Kes, dimana dihimbau mahasiswa dapat mencegah terjadinya penularan penyakit TBC itu dengan cara higiene dan sanitasi dimulai dari kondisi kamar harus terdapat ventilasi agar mendapatkan pertukaran udara, menghindari kamar yang tidak ada ventilasi, tempat yang sempit, dan usahakan merapikan barang-barang yang sudah tidak diperlukan lagi. Selain itu, kita juga bisa menjaga hubungan sosial yang sehat, contohnya menjaga diri ketika terdapat orang batuk di sekitar kita, serta tak lupa memperkuat imunitas tubuh dengan makan yang baik seperti menambah variasi jenis makanan yang dikonsumsi, memiliki aktivitas fisik yang sehat setidaknya 150 menit sepekan, berinteraksi dengan sinar matahari karena sinar matahari sekian menit dapat membunuh bakteri TBC dan tidak merokok juga tidak stres.