PUISI
sedang bahasa media massa
mengaburi bahasa alam,
apa kau masih bercinta
sama puisi-puisiku?
puisi yang barangkali
tak cukup muhammad,
tak cukup cahaya,
tak cukup rahmat,
barangkali cuma catatan sedih
membuatmu kenal gembira.
tapi puisi telah memeluk masa laluku,
gelap jadi teman baiknya terang,
mengelak dari pelukan hari esok
yang entah hangat atau membeku
jadi kenalilah aku dengan berani
selami putihku dari bercak hitamnya
halusi masa lalu kita,
larutkan asal kenal bahas bahasamu
bahasa semalam
terjemahannya esok
cinta hari ini
pintu yang terketuk.
maaf, sayang…
kemana hanyut imanku
sambutlah jika terdampar itu aku
tersimpan atau dipaparkan
tak kira di kamar hati
atau dalam data megabit.
oh perempuan,
ku kenal diri yang lasak itu,
seperti seorang cina tua
melombong nafkah di Petaling Street,
tak kulupa manis santunmu,
seperti seorang melayu tua
berdagang tender sambil minum kopi,
bahkan cekal nyalimu itu,
teringat aku seorang india tua
bertaruh harapan & cita di meja juri,
kendati sering kelahi
mereka berkumpul di rumah perasaan,
bersidang & membahas cinta kita
tapi apalah nasib nafsuku muda,
terlalu leka mengejar London & New York
terlupa cintaku beranak di Kuala Lumpur
kini terjelepok dek jatuh rindu,
kutermenung sebentar…
setelah lama menadah emas di negerimu,
apa kau tak khuatir penaku kering
jika tanpamu?
oh perempuan,
setelah begitu lama penaku menarikan
namamu di lantai kertas,
tiada yang kuharapkan selain
kau tidak jatuh tergelicir