Pengertian, Dalil, dan Contoh Akhlak Mazmumah
adalah manusia pilihan Allah SWT yang diutus sebagai nabi sekaligus rasul untuk menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia. Itu karena akhlak merupakan pondasi utama bagi umat Islam.
Secara syariat, akhlak adalah sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia. Mengenai hal ini, ada satu akhlak yang sangat dilarang dalam ajaran Islam, yaitu akhlak mazmumah.
Mengutip laman Kementerian Agama, akhlak mazmumah adalah perbuatan tercela yang bisa merusak keimanan seseorang hingga merugikan diri sendiri dan orang lain. Perintah untuk menjauhinya pun telah ditegaskan dalam Alquran yang artinya:
“…, janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.” (QS. Al An’am: 151)
Agar semakin paham, simak beberapa contoh akhlak mazmumah yang sebaiknya dijauhi umat Muslim lewat uraian di bawah in
1. Syirik
Syirik adalah perbuatan menyekutukan atau menduakan Allah SWT. Meminta pertolongan hingga beribadah kepada berhala, terlalu mengagungkan seorang kiai hingga sujud kepadanya, dan mengaku mengetahui masa depan adalah contoh perbuatan syirik.
Larangan berbuat syirik telah berulang kali diperingatkan Allah SWT dalam Alquran, salah satunya berbunyi: “Sembahlah Allah semata dan janganlah berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun.” (QS. An Nisa: 36)
2. Riya
Secara bahasa, riya artinya menampakkan atau memperlihatkan. Sedangkan menurut istilah, riya adalah perbuatan menipu dirinya sendiri, orang lain, dan Tuhannya, karena apa yang dilakukan berbeda dengan hakikat perbuatannya.
Orang yang riya akan selalu berusaha melakukan sesuai kehendak orang lain. Ia akan melakukan apapun demi mendapatkan sanjungan dan pujian dari orang lain. Alhasil, ia akan lupa dengan harga dan kehormatan dirinya sendiri.
3. Takabur
Takabur secara bahasa berarti membesarkan diri atau menganggap dirinya lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan menurut istilah, takabur adalah merasa dan mengaku dirinya lebih (mulia, pandai, cakap, dan lain sebagainya) dari orang lain.
Takabur juga disebut dengan sombong. Sifat ini akan memunculkan klaim bahwa orang lain lebih rendah dari dirinya, dan dia tidak peduli apakah anggapan itu sesuai dengan fakta atau tidak.
4. Berpoya -poya
Menghambur-hamburkan uang atau memakai sesuatu yang tidak berguna
Dalil-dalil tentang larangan berlaku boros dapat ditemukan dalam Al Qur’an surah Al-Isra ayat 26, surah Al-Isra ayat 27, hingga surah Al-Furqan ayat 67. Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa laku boros termasuk tindakan berlebih-lebihan yang dilarang oleh Allah SWT. Islam sebenarnya menganjurkan kepada umatnya untuk memperkaya diri. Hal ini karena harta kekayaan dapat dimanfaatkan untuk memakmurkan syiar Islam, mengentaskan kemiskinan, dan menghindarkan diri dari kekufuran. Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Na’im pernah bersabda: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.” Akan tetapi, harta juga dapat membuat manusia menjadi lalai. Ahmad Taufik dan Nurwastuti Setyowati dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2021) menuliskan bahwa harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, karena perkara ini dapat menjadi baik maupun salah. Harta menjadi baik apabila digunakan untuk kebermanfaatan. Begitu pun sebaliknya, apabila harta dikelola dengan salah, akan mencelakakan pemiliknya. Salah satu jenis penggunaan harta yang salah adalah berlaku boros. Boros (tabzir) adalah perilaku menggunakan harta secara berlebih, dan tidak sesuai kebutuhan. Salah satu ciri seseorang yang memiliki sifat boros ialah menggunakan harta untuk hal-hal yang tidak termasuk kebutuhan utama, sementara hal-hal pokok belum terpenuhi. Islam melarang umatnya berlaku sifat boros saat membelanjakan harta. Islam lebih menganjurkan kepada para kaum muslim supaya hidup bersahaja, seimbang, dan proporsional. Manusia memiliki kecenderungan mencintai harta kekayaan dunia. Meskipun demikian, semestinya kecintaan itu tidak berlebihan karena segala hal di dunia bersifat fana. Dalil Larangan Berlaku Boros Beserta Lafal dan Artinya Beberapa ayat di dalam Al-Qur’an melarang umat Islam mempunyai sifat boros. Berikut ini daftar dalil dalam Al-Quran tentang larangan berlaku boros beserta lafal Arab, Arab-Latin, dan artinya. 1. Surah Al-Isra Ayat 26 وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا ٢٦ Arab Latinnya: Wa āti żal-qurbā ḥaqqahụ wal-miskīna wabnas-sabīli wa lā tubażżir tabżīrā. Artinya: “Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, [juga kepada] orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan [hartamu] secara boros,” (QS. Al-Isra [17]:26). 2. Surah Al-Isra Ayat 27 اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا ٢٧ Arab Latinnya: Innal-mubażżirīna kānū ikhwānasy-syayāṭīn, wa kānasy-syaiṭānu lirabbihī kafụrā. Artinya: “Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya,” (QS. Al-Isra [17]:27). 3. Surah Al-Furqan Ayat 67 وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا ٦٧ Arab Latinnya: Wallażīna iżā anfaqụ lam yusrifụ wa lam yaqturụ wa kāna baina żālika qawāmā. Artinya: “Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak [pula] kikir. [Infak mereka] adalah pertengahan antara keduanya,” (QS. Al-Furqan [25]:67).
Umroh.com merangkum mengenai Akhlak tercela, baik Al Quran maupun hadist sejatinya telah mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak – akhlak buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat.
Firman Allah swt. dalam Surah al-Maidah ayat 2 yang artinya :
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang- orangyang telah diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS Ali Imran : 19).
Allah Ta’ala berfirman:
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di Akhirat (kelak) tidak akan memeroleh (balasan) kecuali Neraka, dan lenyaplah apa (amal kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka lakukan” (QS Huud: 15-16).
Rasulullah saw pun bersabda:
“Barang siapa yang (menjadikan) dunia tujuannya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya. Padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barang siapa yang (menjadikan) Akhirat niatnya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“ [HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang Shahih, dinyatakan Shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan Syaikh al-Albani].
Dalam dalil Shahih lainnya, Rasulullah saw bersabda tentang buruknya akhlakul mazmumah ini:
“Binasalah (orang yang menjadi) budak (harta berupa) emas. Celakalah (orang yang menjadi) budak (harta berupa) perak. Binasalah budak (harta berupa) pakaian indah. Kalau dia mendapatkan harta tersebut, maka dia akan ridha (senang). Tapi kalau dia tidak mendapatkannya, maka dia akan murka. Celakalah dia tersungkur wajahnya (merugi serta gagal usahanya). Dan jika dia tertusuk duri (bencana akibat perbuatannya), maka dia tidak akan lepas darinya” [HSR al-Bukhari (no. 2730), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu].
Berdasarkan penjelasan firman Allah dan Sabda Rasulullah saw dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa berakhlak terpuji dan menjauhkan diri dari sifat tercela, karena hal itu adalah perbuatan yang tidak disukai Allah SWT. Balasan akhlak akan kita dapatkan pada hari kiamat kelak yaitu masuknya surga atau neraka. Jika seseorang berakhlak hanya untuk kepentingan duniawi dan tidak mengharapkan pahala dari Allah maka amalan tersebut tidak termasuk kedalam amalan shalih yang dilakukan.
Ada beberapa poin penting yang bisa kita ambil guna menghindari sifat tercela. Hal ini wajib dilakukan agar hidup kita senantiasa damai dan turut serta mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Mengendalikan hawa nafsu pada diri sendiri, karena sering kali hawa nafsu inilah yang selalu mengajak kita pada kejahatan serta kemaksiatan.
Waspada dan senantiasa berlindung kepada Allah SWT dari godaan syetan. Karena syetan adalah makhluk Allah SWT yang berusaha agar manusia selalu berada dalam kesesatan dan mendurhakai Allah SWT
Istiqomah dan taat kepada Allah SWT melalui berbagai rangkaian ibadah dan memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad saw.