Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi dimana ia harus mengambil suatu keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Situasi seperti ini disebut sebagai sebuah dilema etika. Disaat itu terjadi, keputusan mana yang akan diambil? Tentunya ini bukan keputusan yang mudah karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sejalan dengan hal itu sangat erat hubungannya dengan trilogy Pendidikan ki hadjar dewantara yang mengatakan bahwa di depan guru harus dapat memberikan contoh atau panutan (ing ngarsa sung tolodo) seperti yang telah kita lihat pada modul 1.1 Pandangan filosofis Ki Hadjar Dewantara. Pengambilan keputusan haruslah bersifat konstruktif dan berdasarkan kebaikan yang terbaik.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Pengambilan suatu keputusan akan didasari oleh pemahaman kita tentang nilai-nilai kebajikan maka dengan itu dibutuhkan penalaran yang baik. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Dengan demikian keputusan yang dibuat diharapkan dapat diterima oleh individu maupun kelompok terkait yang menekankan pada prioritas kebaikan dalam nilai-nilai kebajikan yang bertentangan tersebut.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dilihat dari manfaatnya, coaching sejatinya dapat membantu coachee untuk dapat mengambil keputusan dari beberapa kemungkinan / alternative solusi yang dapat diidentifikasi secara mandiri. Keputusan tersebut tentunya telah melewati proses berpikir kritis dan konstruktif yang mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan berorientasi pada hasil yang lebih baik. Dalam perjalanannya, keputusan yang dibuat sangat memungkinkan untuk ditilik kembali untuk melihat apakan keputusan tersebut sudah tepat atau belum, efektif atau tidak, berpihak atau tidak yang dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dimaksimalkan dalam proses coaching dengan pemahaman pada modul 2.3 (Coaching untuk supervise akademik). Pengambilan keputusan tentunya tidak hanya menjadi kebutuhan pemimpin sekolah saja namun juga menjadi kebutuhan warga sekolah lainnya, itu mengapa proses coaching sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran khususnya masalah etika akan dipengaruhi oleh kemampuan guru tersebut dalam mengelola aspek sosial emosionalnya sendiri. Kondisi mental dan emosional akan mempengaruhi arah dari keputusan yang diambil. Berdasarkan pemahaman pada modul 2.1 Pembelajaran sosial dan emosional, jika guru tersebut tidak dapat mengesampingkan perasaan emosional yang muncul sebagai gangguan pada saat pengambilan keputusan maka keputusan yang diambil tidaklah melalui proses terstruktur melewati pertimbangan paradigma, prinsip dan langkah dalam pengambilan keputusan. Hal ini yang mengakibatkan keputusan tersebut rentan atas ketidakyakinan dan sangat memungkinkan untuk direvisi di kemudian hari setelah guru tersebut kemudian berefleksi atas apa yang telah diputuskan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Setiap pendidik pasti memiliki pola pikir dan prinsip yang berbeda-beda dalam menjalankan perannya sebagai pendidik. Perbedaan tersebut juga sejalan dan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut. Secara khusus bagi calon guru penggerak, diharapkan memiliki nilai-nilai guru penggerak yang terdiri dari ; Mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada siswa yang dimana nilai-nilai ini akan menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Jika pendidik dapat mematrikan nilai-nilai ini dalam setiap pembelajaran di kelas dan telah menjadi nilai yang melekat dan membentuk moral serta etika, keputusan yang diambil oleh pendidik juga akan mengarah pada nilai-nilai tersebut. Dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran, keputusan yang diambil adalah keputusan yang berpihak pada anak.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin diharapkan telah melewati tahapan paradigma, prisip, langkah dan pengujian terhadap keputusan tersebut. Hal ini guna memastikan bahwa keputusan tersebut dirumuskan dengan baik sebelum dilaksanakan. Pun jika keputusan yang diambil tidak melewati tahapan / proses secara runtut, keputusan tersebut diharapkan merujuk pada nilai-nilai kebaikan dan kebajikan yang berpihak pada individu ataupun kelompok yang terlibat di dalamnya agar keputusan tersebut juga dapat membangun, merawat dan mempertahankan lingkungan dengan budaya positif (Modul 1.4), kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Strategi pengambilan keputusan dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah serta pengujian keputusan pasti memiliki tantangan dalam prose penerapannya di lingkungan kita masing-masing. Tantangan bias dating dari internal individu ataupun kelompok yang sulit untuk menerima dan menerapkan pemahaman kompetensi ini. Tantangan juga bias datang dari luar individua tau kelompok berupa kesulitan teknis pelaksanaan dan ketersediaan waktu dalam melaksanakan setiap tahapan proses. Pengambilan keputusan di lingkungan kita tentu harus dipandang sebagai kebutuhan bersama.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Dalam peran kita sebagai pemimpin pembelajaran, keputusan yang kita ambil haruslah berpusat pada terbentuknya lingkungan belajar yang saling membangun, nyaman, positif dan kondusif sebagai bentuk keberpihakan kepada murid. Keputusan-keputusan yang kita ambil juga hendaknya dapat menstimulus daya berpikir kritis mereka untuk menerima dan berekspresi dalam proses belajar dengan bebas sesuai cara mereka masing-masing. Di tengah keheterogenan potensi murid-murid kita, kita harus mampu memutuskan pembelajaran yang tepat dengan melihat kebutuhan belajar murid dan menyesuaikan strategi pembelajaran di dalamnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran atas dasar keberpihakan kepada murid akan membangun mental dan paradigma murid tersebut memandang Pendidikan dan cara belajarnya. Kematangan pola pikir tersebut didapatkan dari pengalaman-pengalamannya dalam melibatkan diri dan memberdayakan potensi dalam keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh pemimpin pembelajaran. Dengan terbentuknya pola pikir dan paradigma tersebut akan mempengaruhi bagaimana murid tersebut bersikap serta menanggapi hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sekarang dan kehidupan di masa mendatang.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Dalam modul ini kompetensi kita semakin dimatangkan dan disadarkan bahwa pengambilan keputusan tidak dapat diambil secara buru-buru. Penentuan keputusan haruslah melewati tahapan konstruktif dan berkelanjutan dengan pertimbangan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan yang berlaku sama dan berpihak terhadap individu ataupun kelompok lain. Secara khusus sebagai pemimpin pembelajaran, materi dalam modul ini semakin menguatkan kompetensi dan peran pendidika sebagai pemimpin pembelajaran yang menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Hal tersebut sejalan dengan materi pada modul 1.1 Pandangan filosofis Ki Hadjar Dewantara, Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak, Modul 1.3 Visi guru penggerak, Modul 1.4 Budaya positif, Modul 2.1 Pembelajaran berdiferensiasi, Modul 2.2 Pembelajaran sosial dan emosional serta Modul 2.3 Coaching.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Modul ini cukup menyajikan banyak hal baru dalam proses pengambilan keputusan karena mencakup kompetensi yang sangat luas baik dari aspek paradigma, prinsip dan langkah pengambilan keputusan. Tentu kompleksitas dari materi ini merupakan hal di luar dugaan saya secara pribadi dimana keputusan yang pernah saya ambil sebelumnya tidak melalui tahapan dan proses runtut seperti dalam materi modul ini.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengalami situasi dilemma etika dan bujukan moral. Damun dalam proses pengambilan keputusan saya hanya berorientasi pada kebutuhan individu ataupun kelompok pada saat itu juga. Sementara pada modul ini keputusan tersebut harus dilihat secara holistic terkait keterlibatan pihak di dalamnya, kepentingan dan nilai-nilai kebajikan yang bertentangan serta langkah pengambilan dan pengujian terhadap keputusan tersebut.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini tahapan yang saya lalui dalam pengambilan keputusan sangatlah minim pertimbangan dan rentan untuk berubah. Setelah mempelajari modul ini saya memiliki pandangan bahwa keputusan-keputusan yang akan saya ambil nantinya haruslah melewati tahapan yang membangun dalam penentuan dan pengambilan keputusan agar tetap berorientasi pada nilai-nilai kebajikan terhadap individu maupun kelompok yang tidak hanya dalam keperluan jangka pendek namun juga dalam jangka Panjang.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sebagai seorang individu maupun pemimpin khususnya pemimpin dalam pembelajaran, topik/modul ini sangat penting mengingat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta pemenuhan kebutuhan kita sebahai individu akan menghadapi banyak situasi yang menuntuk kita untuk dapat mengambil keputusan terbaik.
Terimakasih