Kurikulum merdeka yang awalnya disebut dengan kurikulum prototipe oleh pemerintah adalah upaya pemerintah untuk memulihkan pembelajaran setelah masa Pandemi Covid 19. Mulai tahun 2022, kurikulum merdeka diterapkan oleh sekolah-sekolah yang bukan penggerak dengan memilih satu diantara tiga opsi yang disediakan oleh pemerintah yaitu merdeka belajar, merdeka berubah, dan merdeka berbagi. Kurikulum merdeka diharapkan menjadi solusi bagi sistem pendidikan di Indonesia.
Nadiem Makarim selaku Mendikbud Ristek menyebutkan beberapa keunggulan dari kurikulum merdeka antara lain :
Lebih sederhana dan mendalam karena berfokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.
Peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya karena tidak ada lagi penjurusan atau peminatan di SMA.
Sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
Lebih relevan dan interaktif di mana pembelajaran melalui kegiatan projek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
Pada poin keempat, peserta didik dan guru diharapkan dapat mengeksplorasi wawasan seluas-luasnya yang terkait dengan konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diimbangi jika masing-masing memiliki kemampuan teknologi yang cukup dan bertanggungjawab. Sedangkan lembaga pendidikan, juga membutuhkan teknologi untuk membenahi manajemen pendidikan agar dapat mendeteksi minat dan bakat peserta didik. Hal inilah yang mendorong revolusi pembelajaran ke arah yang digital dan menyenangkan.
Guru tidak perlu takut dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat. Cara belajar yang paling tepat adalah dengan bergabung dengan suatu komunitas belajar. Haryati, dkk. (2020 : 87) menjelaskan bahwa budaya belajar yang baik adalah berani untuk berkumpul dan belajar dengan orang-orang yang mencintai ilmu dan rajin membaca. Oleh karena itu, guru di era industri saat ini tidak boleh berkutat hanya di lingkungan yang sama namun, mereka harus berani berkumpul dengan rekan-rekan komunitas guru untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat.
Selain itu, guru juga perlu mempelajari hal-hal yang bermanfaat melalui teknologi. Internet saat ini menyediakan berbagai macam informasi yang berguna bagi pendidikan. Peserta didik generasi Z dan generasi Alpha adalah peserta didik yang lahir di era disrupsi teknologi. Jika guru tidak mau mengimbangi kemampuan teknologinya, maka pembelajaran di kelas menjadi membosankan.