"IN HOUSE TRAINING (IHT)
PEMANFAATAN TdBA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN"
"IN HOUSE TRAINING (IHT)
PEMANFAATAN TdBA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN"
Jatiluhur, 21 Nopember 2024. In House Training (IHT) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan sekolah dalam bentuk pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi gurunya. Pada tanggal 18-20 November 2024, SMPN 1 Jatiluhur mengadakan IHT dengan tema “Pemanfaatan TdBA Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran” yang bertempat di Aula SMPN 1 Jatiluhur. Dalam IHT TdBA kali ini yang menjadi narasumber adalah Ibu Upia Nuraeni, S.Pd. dari SMPN 3 Pasawahan dan Ibu Ridha Pangestu, S.Pd. dari SMPS Mutiara Insani.
Kegiatan pada hari pertama setelah dibuka oleh Kepala SMPN 1 Jatiluhur , Bapak H. Iwan Hidayat Angga, S.Pd., M.M.Pd. kemudian diisi oleh narasumber dengan pengantar TdBA sebagai bentuk transformasi pendidikan di Kabupaten Purwakarta. Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa TdBA bukan hanya kegiatan bercocok tanam saja, namun lebih dari itu merupakan kegiatan pembentukan karakter. Kemudian sebelum kegiatan hari pertama ini diakhiri, peserta IHT dibagi terlebih dahulu menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan mempresentasikan modul proyek berbasis TdBA dan kelompok kedua akan mempresentasikan modul ajar berbasis TdBA untuk hari kedua esok hari.
Pada hari kedua IHT, kegiatan diawali dengan praktik mindfulness yang dilakukan diluar kelas (outdoor). Salah satu tujuan dari kegiatan mindfulness ini adalah untuk meningkatkan fokus dan kesadaran diri terhadap lingkungan. Diharapkan nanti ketika menghadapi siswa di kelas, guru dapat menerapkan mindfulness ini sebelum dimulai pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya adalah desain dan observasi lingkungan. Peserta IHT dan narasumber berkeliling sekolah untuk mengobservasi tumbuhan-tumbuhan yang ada di lingkungan SMPN 1 Jatiluhur sekaligus melihat penerapan dari 12 prinsip desain permakultur. Pada kegiatan ini, peserta IHT juga dapat menerapkan teknologi Google Lens untuk mencari informasi mengenai jenis tumbuhan apa saja yang ada disekitarnya.
Setelah waktu istirahat, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi kelompok atau peer teaching dari dua kelompok yang sudah dibagi hari sebelumnya. Kegiatan ditutup dengan refleksi dan umpan balik.
Hari ketiga IHT, kegiatan diawali kembali dengan praktik mindfulness di lapangan. Pada mindfullnes hari ketiga ini, peserta IHT diharapkan dapat lebih fokus merasakan keterkaitan dengan alam. Kemudian secara bergantian, peserta yang sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil mempraktikkan mindfullnes dalam kelompoknya.
Setelah selesai praktik di lapangan, kemudian peserta masuk kembali ke ruangan untuk memperoleh materi mengenai strategi panen dan pengolahannya. Pada kegiatan ini, peserta diajari untuk membuat Biosaka. Biosaka merupakan pupuk organik yang terbuat dari rerumputan dan daun tanaman yang sedang tumbuh optimal. Peserta dibagi menjadi 10 kelompok untuk kemudian membuat Biosaka. Langkah yang pertama adalah mencari minimal 5 jenis daun tanaman terlebih dahulu di lingkungan sekolah. Setelah itu kemudian disatukan kedalam satu wadah dan dicampur dengan air ±1500 ml. kemudian dilakukan pemerasan secara perlahan oleh satu orang anggota kelompok. Setelah memakan waktu sekitar 15-30 menit, maka Biosaka yang sudah jadi dimasukkan kedalam botol besar.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan diluar kembali untuk mengolah lahan yang akan digunakan untuk praktik pengolahan hasil panen. Beberapa lahan yang sudah disiapkan, diolah oleh empat kelompok yang sudah terbagi. Diharapkan kedepannya guru dapat mengajak siswanya untuk ikut terlibat dalam kegiatan pengolahan dan perawatan tanamannya.
Dengan IHT selama tiga hari ini, guru sebagai peserta IHT mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sangat berharga, yang diharapkan dapat ditransferkan kembali kepada para siswanya di sekolah.
SPENJA LUHUNG!!!
(Tim Redaksi Spenja)