Mau Masuk Sekolah TK/SD/SMP/SMA/PT Negeri atau Swasta? Atau Keluar Negeri aja Sekalian? Minat Gue Dimana? Nanti Gue Mau jadi Apa?
Iri ga sih lo dengan orang-orang yang kayaknya udah jelas banget arah hidupnya. Seolah-olah dia ini udah mantep banget sama pilihan hidupnya dan ga pernah sedikit pun mereka meragukan jalur yang dipilih.
Ahh.. seandainya aja ada cara mudah untuk mengetahui potensi bakat dan minat kita. Seandainya aja ada cara cepat yang bisa memberi jawaban atas kegalauan kita dalam waktu yang mepet ini.
Nah, di saat-saat yang membingungkan ini, orang tua, guru, dan pihak sekolah mencoba mencarikan medium/alat yang dapat membantu para siswanya menentukan pilihan jurusan kuliah. Dari berbagai jenis medium/alat yang masuk ke sekolah, gue melihat ada satu alat bantu yang lumayan populer, yaitu Tes Analisis Bakat Sidik Jari (Fingerprint Analysis).
Beberapa tahun belakangan, penyedia jasa Tes Analisis Bakat Sidik Jari lumayan sering bekerja sama dengan berbagai sekolah untuk mengadakan tes sidik jari massal. Buat yang belum familiar dengan tes ini.
Tes Analisis Bakat Sidik Jari adalah metode yang (katanya) dapat menganalisis bakat, kecerdasan, gaya belajar, hingga karakter seseorang hanya dengan melakukan scanning sidik jari. Karena sidik jari setiap manusia berbeda dan bersifat permanen, seharusnya sidik jari bisa menjadi “jembatan” untuk memetakan fungsi otak dan mengungkap segala “rahasia” kepribadian seseorang. Biaya dari tes ini konon mencapai ratusan ribu rupiah.
Dengan proses yang lumayan cepet dan biaya yang relatif terjangkau, kita bisa tau segala-galanya tentang diri kita. Kalo hasilnya bilang kita memiliki potensi sebagai pekerja outdoor, kita ga perlu menyia-nyiakan waktu kuliah dan mencari kerjaan kantoran karena di outdoor-lah potensi kita yang digariskan sejak lahir. Orang tua pun menjadi mudah mengarahkan anaknya. Ga ada salahnya kita periksa lebih dalam biar kita semakin yakin akan kebenarannya.
Misalnya, kamu baru denger pertama kali tentang Tes Analisis Bakat Sidik Jari. Tanpa mengetahui pengetahuan teknis mengenai mekanisme tes ini, sebenernya ada kejanggalan logika (logical flaw) di konsep tes itu sendiri. Ada yang ngeh? Coba pikir dulu.
Contoh Kasus :
Di tahun 2018, Dono mengikuti Tes Analisis Bakat Sidik Jari. Hasilnya, laporan menunjukkan kalo skor Music Dono cuma 10,84%. Dono emang buta nada dan ga bisa main alat musik sama sekali. Dono pun berambisi untuk meningkatkan kemampuan bermusiknya. Selama setahun penuh, dia mengikuti sekolah musik terkenal dengan biaya jutaan rupiah. Karena ketekunannya, Dono berhasil menyelenggarakan konser akhir tahun ajaran dengan lancar dan berhasil “naik kelas” di sekolah musik tersebut. Ketika Dono ingin membuktikan bahwa kemampuan musiknya telah meningkat, dia berniat ikut Tes Analisis Bakat Sidik Jari lagi.
Kira-kira gimana hasil analisis sidik jari Dono di tahun 2019?
Secara logis, kita bisa menganalisis bahwa bakat dan minat seseorang dapat berkembang seiring pengaruh peristiwa, arahan orang tua, pergaulan, dan latihan yang tekun. Di sisi lain, sidik jari adalah suatu hal yang tidak akan berubah dari kita lahir, dewasa, hingga meninggal. Sebuah laporan yang tadinya kita lihat sebagai informasi berharga tentang arah masa depan yang tepat buat kita, malah menjadi “kutukan” buat diri kita sendiri. Kemampuan kita sudah “dipatri” lewat angka-angka yang ada di laporan tersebut.
“Oh enggak gitu dong. Justeru dari hasil analisis sidik jari tersebut, kita jadi tahu level kemampuan kita sekarang sebagai acuan dan bisa kita improve terus”
Nah, di sini juga letak kekeliruan logikanya. Kalo kita bisa meng-improve kemampuan kita, gimana caranya tes analisis sidik jari membaca improvement tersebut? Bukannya sidik jari bakal terus sama? Kalo hasil analisis sidik jarinya menunjukkan skor sama, ini melanggar common sense dan fakta kalo bakat itu bisa berkembang. Kalo analisis sidik jarinya menunjukkan skor yang berbeda, ini melanggar prinsip sidik jari itu sendiri yang seharusnya permanen seumur hidup. See the flaw?
Tes Analisis Bakat Sidik Jari adalah sebuah metode yang katanya bisa mengetahui potensi seseorang yang mencakup 9 kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence), gaya belajar, gaya bekerja, karakter bawaan dan lain sebagainya. Metode ini mengklaim dirinya berdasarkan ilmu Dermatoglyphic yang ilmiah.
1. Tes Analisis Bakat Sidik Jari berbasis pada konsep “Multiple Intelligence”
Para ahli belum sepakat mengenai definisi kecerdasan, alat ukur yang pas untuk mengukur kecerdasan, dan apa arti dari skor kecerdasan seseorang.
Multiple intelligence (kecerdasan majemuk/berganda) sendiri dicetuskan oleh Howard Gardner di tahun 1983. Menurut Gardner, kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, melainkan merupakan beberapa set kemampuan spesifik. Semuanya merupakan perwujudan fungsi dari bagian-bagian otak yang terpisah.
Walaupun cukup populer, nyatanya konsep yang diajukan Gardner ini menuai banyak kritik karena tidak ada bukti efektivitas, tidak ada bukti neurologis, tidak ada alat ukur, dan ambigu dalam definisi. Artinya, konsep multiple intelligence tidak ilmiah, tetapi hanya pseudosains (sains semu).
2. Tes Analisis Bakat Sidik Jari menggunakan dikotomi “otak kiri vs otak kanan”
Walaupun memang ada pembagian kerja di masing-masing bagian otak, faktanya, otak kanan dan kiri kita tidak pernah terisolasi satu sama lain dan selalu bekerja sama ketika melakukan suatu kegiatan apapun. Artinya, otak bagian kanan dan kiri kita sama-sama dibutuhkan untuk proses berpikir logis maupun berpikir kreatif.
3. Tes Analisis Bakat Sidik Jari: “Masing-masing sidik jari berhubungan dengan lobus otak yang berbeda-beda”
Sidik jari terhubung dengan saraf-saraf sensorik yang berujung ke lobus parietal otak. Selain itu, sidik jari adalah bagian dari jari yang merupakan alat gerak (efektor). Oleh karenanya, sidik jari juga terhubung dengan saraf-saraf motorik yang juga berasal dari lobus parietal otak.
Di sisi lain, Tes Analisis Bakat Sidik Jari menggunakan konsep finger-brain lobe connection yang menyatakan bahwa masing-masing sidik jari terhubung dengan lobus otak yang berbeda-beda.
Sayangnya, konsep ini lagi-lagi cuma pseudosains. Menggunakan pemahaman level SMA aja kita tahu bahwa semua jari kita terhubung dan dikendalikan oleh parietal otak, tanpa terkecuali!
Namun, Tes Analisis Bakat Sidik Jari mengatakan hanya jari tengah yang berasosiasi dengan lobus parietal. Jadi ini berarti hanya jari tengah yang dapat merasakan panas kalau kita menyentuh bara api. Gimana kalo kita menyentuh bara api itu dengan jari telunjuk? Apakah jari telunjuk kita ga bisa merasakan panas? Kan kalo menurut Tes Analisis Bakat Sidik Jari, jari telunjuk ga terhubung ke lobus parietal.
4. Tes Analisis Bakat Sidik Jari: “Analisis sidik jari bisa membaca kecerdasan seseorang”
“Apakah benar sidik jari bisa memetakan kecerdasan seseorang?”
Pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa keterbelakangan mental bisa dideteksi dari karakteristik sidik jari. Ingat, fokus penelitian ini adalah pada anak dengan keterbelakangan mental. Bukan anak normal seperti sebagian besar dari kalian.
Terus, ada beberapa penelitian yang mencoba mengaitkan sidik jari dengan IQ. Para penelitinya pun ragu dengan hasil temuannya. Dan ingat, di dunia ilmiah, penggunaan IQ untuk mengukur kecerdasan, masih diperdebatkan. Selain itu, Tes Analisis Bakat Sidik Jari yang sedang kita bahas di sini menggunakan parameter Multiple Intelligence, bukan IQ.
Akhirnya ada satu-satunya penelitian yang yang mendukung hubungan sidik jari dengan multiple intelligence. Tapii.. penelitian ini dipublikasikan di jurnal online yang kurang meyakinkan.
Emang mesti hati-hati kalo baca hasil penelitian. Jangan langsung percaya sesuatu mentang-mentang ada link penelitiannya. Kita mesti cek apakah fokus dan metode penelitian tersebut relevan untuk menjawab pertanyaan kita.
Sampai di sini bisa disimpulkan, belum ada satu pun penelitian yang benar-benar ilmiah yang bisa membuktikan hubungan pola sidik jari dengan bakat/kecerdasan seseorang.
5. Tes Analisis Bakat Sidik Jari mendompleng Dermatoglyphic yang benar-benar ilmiah
Perlu gue tegaskan di sini, Dermatoglyphic adalah sains atau ilmu yang benar-benar ilmiah yang mempelajari pola-pola sidik jari dan bentuk tangan. Ilmu Dermatoglyphic umumnya dipake untuk 2 hal, yaitu untuk:
sistem identifikasi identitas melalui sidik jari seseorang, seperti sidik jari pada KTP, paspor, login handphone/laptop, hingga identifikasi sidik jari untuk mengakses masuk suatu ruangan.
mengevaluasi keterbelakangan mental pada anak.
Tidak ada satu referensi resmi dan ilmiah yang menyebutkan kalo Dermatoglyphic bisa digunakan untuk mengevaluasi kecerdasan dan bakat pada anak TANPA keterbelakangan mental (anak normal). Klaim itu cuma datang dari situs-situs yang mempromosikan Tes Analisis Bakat Sidik Jari
Seperti yang udah kita bahas di atas, emang benar, ada riset yang menunjukkan hubungan antara sidik jari dan kondisi mental seseorang, tapi konteksnya untuk anak keterbelakangan mental. Bukan untuk orang tanpa keterbelakangan mental, seperti gue dan sebagian besar dari kalian yang baca artikel ini.
Kebayang ga sih, kalo ada orang awam yang ga terlalu melek sains, mendengar pertama kali tentang Tes Analisis Bakat Sidik Jari. Dari awal, mereka mungkin langsung “terpesona” atau overwhelmed dengan berbagai istilah sains yang digunakan. Karena terdengar canggih, mereka jadi “tergoda” untuk percaya. Padahal, kalo lo ngerti dikit aja tentang beberapa konsep sains dasar dan terbiasa berpikir kritis, lo bisa dengan mudahnya menemukan kejanggalan. Pada akhirnya, Tes Analisis Bakat Sidik Jari ini tidak lebih dari sekedar pseudosains.
“Wah Fan, lo menghancurkan harapan gue. Tadinya udah seneng aja ada yang bisa kasih jawaban instan. Trus sekarang, gimana dong cara tau jurusan yang tepat buat gue? :”
Sorry guys. Ga ada yang instan di dunia ini. Semua ada prosesnya. Mencari jurusan yang tepat adalah proses pencarian jati diri. Biasanya orang-orang terlalu fokus untuk mencari dan bertanya-tanya ke dalam dirinya. Padahal ada satu bagian yang ga kalah penting dan kadang terlupakan dari proses pencarian jati diri, yaitu mengenal dunia luar.
Mulai deh buka2 berbagai situs resmi universitas di Indonesia. Liat jurusan apa aja yang mereka tawarkan. Coba cari silabus dari suatu jurusan. Pahami mata kuliah yang diajarkan. Coba cari blog tentang pengalaman mahasiswa yang kuliah di jurusan dan kampus tertentu. Coba cari video di Youtube tentang dinamika dunia kerja lulusan suatu jurusan. Banyak2 nanya ke senior.
Kumpulkan juga pengalaman. Coba keluar dari zona nyaman dengan rutinitas yang itu-itu aja. Lo bisa coba belajar bikin vlog. Belajar bikin animasi. Ikut dance class. Coba belajar masak. Coba naik gunung. Coba baca buku yang menantang. Ikut pelatihan, seminar, atau debat. Coba bikin eksperimen fisika/kimia sendiri. Wah masih banyak lagi deh hal seru yang bisa lo coba.
Apakah lo tipe orang yang rela ngerjain apa aja (termasuk yang lo ga suka), yang penting dapat duit banyak? Atau lo lebih pengen mengerjakan sesuatu yang lo suka? Atau lo baru merasa hidup kalau bekerja untuk membantu orang lain?
Go out there, explore the world, and find your own inspiration..!
Lokasi : Tes Sidik Jari Mutiara 0896-5308-7000 atau 08123-8081-787
Jl. Daruneba Manggisan RT01 Baturetno Banguntapan Bantul Yogyakarta