Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri bermula dari perintah Raja Airlangga untuk membagi kerajaan menjadi dua bagian pada tahun 1041 Masehi. Pembagian kerajaan dimaksudkan untuk menghindari pertikaian, seperti dikutip dari buku Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman.
Wilayah kerajaan Raja Airlangga dikenal sebagai Kahuripan. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan Brahmana sakti bernama Empu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal sebagai Kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri). Kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas, seperti dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M).
Pada awal masa perkembangan, Kerajaan Kediri tidak banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang dikeluarkan Kerajaan Jenggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara Jenggala dan Kediri sepeninggal Raja Airlangga.
Seribu Penari Barong
Pertunjukan kolosal seribu barong yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Kediri untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Kediri sukses menarik kunjungan wisatawan. Ribuan orang datang untuk menyaksikan pertunjukan dari para seniman tari barong dari berbagai daerah tersebut.
Pertunjukan kolosal Tari Barong yang menjadi puncak perayaan, Sabtu 14 Juli 2018, kemarin mampu mengubah kawasan area monumen Simpang Lima Gumul (SLG) menjadi lautan manusia. Ribuan pengunjung dari berbagai kota mendatangi lokasi itu untuk menyaksikan pertunjukan kolosal yang jarang terjadi.
“Ini pertunjukan kolosal sebagai penghargaan pemerintah terhadap para seniman tradisional yang masih mempertahankan tradisi,” kata Kepala Dinas Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kediri, Krisna Setiawan, Minggu 15 Juli 2018.
Tari barong sendiri merupakan bagian dari tarian khas Kediri, yakni jaranan. Kesenian jaranan sudah lama menjadi kekayaan seni masyarakat Kediri. Tak mengherankan jika kesenian Jaranan ini menjadi tontotan wajib di setiap perayaan kegiatan masyarakat Kediri.
GUNUNG KELUD
Ada beragam jenis aktivitas rekreasi yang bisa dilakukan di gunung. Yang terpopuler tentu saja hiking atau pendakian. Namun kadang tak semua orang bisa menikmati kegiatan ini. Berbeda dengan di Gunung Kelud, tidak hanya para pendaki yang bisa menikmat keindahan alamnya.
Gunung Kelud adalah gunung berapi yang sudah populer sebagai tujuan wisata. Terutama bagi warga Kediri, Blitar, dan sekitarnya. Gunung ini memang punya pesona yang menggoda untuk pendakian. Di samping itu, gunung ini juga menawarkan berbagai pengalaman rekreasi lainnya yang cocok untuk keluarga.
Tiket Masuk Gunung Kelud
Harga tiket masuk wisata Gunung Kelud memang terbilang sangat terjangkau. Tarif belum termasuk biaya parkir bagi yang membawa kendaraan pribadi. Biaya simaksi pun cukup murah sama seperti pendakian di gunung pada umumnya.
Tiket Masuk
Tiket Masuk Rp10.000
Ojek Kawah PP Rp40.000
Informasi penting sebelum berkunjung ke Wisata Gunung Kelud:
Mengikuti protokol kesehatan 3M.
Pengunjung dapat masuk jika sudah vaksin dan menggunakan aplikasi PeduliLindungi.
Melakukan scan QR code yang ada di pintu masuk kawasan.
Jam Buka
Untuk yang ingin mendaki, pendaftaran simaksi bisa dilakukan setiap hari. Sementara wisata Gunung Kelud buka setiap hari sejak pagi hingga sore hari. Rekomendasi waktu terbaik adalah pada saat musim kemarau jika ingin melihat pemandangan kawah terbaik.
Jam Operasional
Pendaftaran Simaksi Setiap Hari 06.00 – 23.00 WIB
Wisata Gunung Kelud 08.00 – 16.30 WIB
Sama halnya seperti keplon, Cenil juga sama-sama disajikan bersama dengan taburan kelapa parut. Tidak hanya disajikan bersama parutan kelapa, cenil juga disiram dengan gula merah cair yang membuat rasanya manis. Sejak dulu hingga kini, kue cenil masih tetap eksis dan menjadi favorit dari banyak orang.
Cenil memiliki aneka ragam bentuk, mulai dari kotak, persegi panjang, hingga bulat. Warna-warna yang disajikan juga banyak yang berasal dari pewarna makanan. Kue cenil menggunakan bahan dasar pati ketela, kemudian dibentuk sesuai dengan selera pembuatnya.
Asal mula tahu takwa di Kediri
Adanya tahu di Kediri tak lepas dari migrasi orang Tiongkok ke Kediri. Pada tahun 1900 terjadi migrasi besar orang Tiongkok ke Indonesia. Salah satu wilayah yang didatangi imigran Tiongkok tersebut adalah Kediri. Para Imigran Tiongkok menyadari bahwa adanya kesamaan tekstur air di Kediri dan di Tiongkok, sehingga membuat mereka tertarik membuat tahu di Kediri.
Salah satu warga Tiongkok yang mempelopori berdirinya pabrik tahu adalah Lauw Soe Hoek atau disebut Bah Kacung. Selama enam bulan beliau mencoba meramu tahu yang pas untuk dijual. Naik turun usaha pun pernah beliau alami. Semakin pesat usaha beliau, semakin menarik hati kawan-kawannya yang lain untuk membuat pabrik tahu di Kediri. Usaha tahu takwa tersebut langgeng dari generasi ke generasi.
Pabrik tahu Bah Kacung yang dirintis mulai tahun 1912 hingga kini masih dan kian eksis di Kediri, tepatnya di Jalan Trunojoyo, Pakelan, Kota Kediri. Usahanya tersebut sudah diturunkan hingga generasi ketiga.