Tangisku Kala itu

Haiii aku Sarah remaja kelahiran 7 Maret 2008 dengan keturunan Jawa Sunda, mungkin kalian sudah banyak mengenalku.

Hari hari ku seperti biasa, hampa. Pagi hari aku bersekolah bertemu dengan banyak orang hingga sore hari. Mungkin banyak dari kalian yang mengenalku sebagai sosok yang ceria dan pecicilan, namun jauh dari aslinhya, aku hanya seorang remaja rapuh nan kesepian tanpa ada seorangpun yang bisa aku ajak bicara dirumah. Aku hidup tanpa seorang ayah, ya beliau sudah berpulang 11 tahun yang lalu. Selama ini aku tinggal bersama mamah ku, wanita terhebat yang pernah ku temui seumur hidupku, mungkin mamah belum bisa banyak memberikan waktu dan kasih sayangnya namun hal tersebut tidak membuat rasa sayangku terhadapnya berkurang sedikitpun. Hari ini nilai rapotku keluar, keluarga ku sibuk dan tidak bisa mengambilnya jadi mau tidak mau aku mengambilnya sendiri, hal yang paling aku takutkan terjadi nilai ku menurun rankingku pun juga menurun sudah pasti mamah dan tetehku kecewa kepadaku. Benar saja saat aku balik ketempat mamah dan memberi kabar jika nilaiku menurun mamah marah besar, dengan segenap amarahnya mamah mengambilkan hp ku lalu berkata " hari ini ga ada hp hp an, kan mamah udah bilang belajar dek belajar. hari hari kamu cuman bisa nangis nangis dan nangis. Kapan bisa nyusul teteh kamunya kalau gini dek, coba liat teteh mu, prestasinya banyak, relasinya banyak kenapa sekarang kamu malah gini. Mamah udah bilang jangan sampe nilai adek turun 1 angka kenapa sekarang malah turun banyak. Hari ini kamu gaboleh pergi kemana mana, ga ada pergi pergian kerumah Fitra. Ga ada alasan atau apapun lagi." Sakit rasanya ketika mendengar apa yang dilontarkan mamah, sakit rasanya ketika harus menjadi orang lain disaat aku bisa menjadi diri sendiri. Padahal hari ini adalah hari ulang tahun temanku aku sudah berjanji untuk datang namun mau bagaimana lagi aku harus membatalkannya karena apapun omongan mamah tidak bisa aku bantah. Sambil menangis tersendu sendu aku beranjak pergi kebalkon lantai 2 rumahku, perasaan ku campur aduk, kecewa, sedih, marah, semuanya menjadi satu. Hari itu suara tangisku menjadi satu dengan suara hujan, ditengah isak tangisku kucingku menghampiri ku dia Milo. Milo selalu ada saat aku sedang membutuhkan tempat cerita, saat itu aku menceritakan bagaimana perasaanku walau mungkin dia tidak paham apa yang aku curahkan. Terimakasih Milo, terimakasih sudah ada untuk ku terimakasih karena kamu selalu ada dan mau menemani aku kapanpun. Walau hari itu terasa sangat berat ditambah masalah dihari sebelumnya, tapi Milo dan hujan mampu membuatku jauh lebih tenang.

Segini ceritaku untuk kali ini, terimakasih karena kalian sudah mau menjadi tempat curhatan atau ceritaku walau secara tidak langsung. Semoga ceritaku dapat bermanfaat untuk kalian, maaf apabila ada salah kata.

sikecilllll

milooooooo

INI KUCINGKUU

Matanya selalu lucuuu

LAGUUUU BUAT MILO

iloveyou and thank you miloooo