Warga Medokan Semampir Masih Rutin Gelar Karawitan Budaya





Latu Ratri Mubyarsah

- Senin, 14 November 2022 | 20:05 WIB

Suasana Karawitan Budaya di Medokan. Anas Karno for JawaPos 



JawaPos.com–Kesenian tradisional karawitan yang hingga saat ini dilestarikan warga RW 02 Kelurahan Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, menjadi bagian dari upaya penguatan kebudayaan.


”Penguatan kebudayaan, merupakan salah satu esensi pokok trisakti yang digagas Presiden Soekarno dalam pembumian ideologi Pancasila,” kata Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno di Surabaya, Senin (14/11).


Jadi, lanjut dia, sudah seharusnya kesenian tradisional dilestarikan, bukan hanya oleh warga tetapi juga Pemerintah Kota Surabaya. ”Kami berharap pemkot punya perhatian terhadap kelompok kesenian karawitan ini,” kata Anas Karno.


Untuk itu, Anas mengapresiasi keberadaan kelompok kesenian Karawitan Margahayu di Kelurahan Medokan Semampir tersebut. Hingga saat ini masih ada warga Surabaya yang peduli terhadap kesenian tradisional.


”Tidak hanya peduli, kelompok warga ini juga bersemangat untuk melestarikan. Kesenian tradisional merupakan kearifan lokal yang menjadi soko guru budaya bangsa,” ujar Anas.


Sementara itu, Ketua Kelompok Karawitan Margahayu Tugimin menjelaskan, kelompok karawitan yang dipimpinnya itu diberi nama Margahayu yang artinya jalan keselamatan. ”Kelompok kesenian ini berdiri sejak setahun lalu di tengah masa pandemi. Dengan harapan, masyarakat memperoleh keselamatan di tengah pandemi,” ujar Tugimin.

Tugimin menceritakan, terbentuknya Margahayu untuk mengisi kegiatan warga RW 02, di tengah pembatasan kegiatan saat pandemi. Saat itu, tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan.


”Kami bingung dan kesepian. Pekerjaan sepi, mau pulang kampung tidak bisa, hiburan terbatas. Kemudian kami kumpul-kumpul dan terbentuklah kelompok karawitan,” terang Tugimin.


Tugimin mengaku prihatin terhadap nasib kesenian tradisional, yang saat ini tidak lagi populer di masyarakat, khususnya di kalangan anak-anak muda. ”Padahal kami sudah mengenalkan dengan setiap kali kami latihan di balai RW, tapi mereka masih enggan untuk ikut,” kata Tugimin.


Editor: Latu Ratri Mubyarsah