Suku Buton merupakan kelompok etnis yang menempati wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kepulauan Buton. Selain itu, masyarakat suku Buton juga tersebar di beberapa wilayah seperti Maluku Utara, Kalimantan, Riau, dan Papua.
Ibu kota Kepulauan Buton adalah Bau-bau. Jumlah penduduk di wilayah Kepulauan Buton mencapai 255.712 jiwa.
Namun, masyarakat setempat memiliki cerita-cerita rakyat mengenai asal-usul nenek moyang mereka. Konon, penduduk Kesultanan Buton adalah turunan dari 4 orang tokoh pertama yang datang ke Pulau Buton dari Semenanjung Johor di Malaka pada abad ke 13. Keempatnya adalah Sipanjonga, Sitamanajo, Sijawangkati, dan Simalui
https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6241545/mengenal-suku-buton-sejarah-asal-usul-dan-kebudayaannya
Suku Bajo adalah salah satu etnik yang dikenal sebagai bangsa penjelajah lautan yang tinggal di atas perahu mengandalkan posisi bintang sebagai penunjuk arah. Namun seiring perkembangan zaman, orang-orang Bajo mulai menetap dengan membangun rumah-rumah panggung di atas permukaan laut dangkal sebagai tempat tinggal.
Suku Bajo juga dikenal dengan sebutan Suku Bajau, Suku Badjaw, Suku Sama, atau Suku Same. Ciri-ciri Suku Bajo adalah memiliki budaya maritim yang kuat, termasuk tinggal di permukiman terapung di laut lepas, bermata pencaharian mayoritas sebagai nelayan, dan kebanyakan sangat ahli dalam menyelam.
https://regional.kompas.com/read/2022/12/22/211924078/suku-bajo-penjelajah-laut-yang-dapat-menyelam-hingga-kedalaman-70-meter?page=all
Suku Muna atau etnik muda adalah salah satu etnik di Sulawesi Tenggara. Mayoritas agama yang dianutnya adalah agama Islam. Dalam praktik kehidupan keberagamaan, pada etnik Muna dijumpai sejumlah tradisi khususnya tradisi Haroa, yang berhubungan dengan perayaan hari-hari penting dalam agama Islam. Dalam era globalisasi dewasa ini, tradisi Haroa masih tetap dilakukan oleh masyarakat etnik Muna meskipun sebagian masyarakat menganggap tradisi tersebut sudah tidak sesuai bahkan dari kelompok Islam tertentu, menganggap tradisi tersebut adalah sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam, sebab dianggap kolot, mengadah-adalah atau bid’ah dan sebagainya. Namun demikian, oleh masyarakat pendukungnya beranggapan bahwa tradisi Haroa dalam kehidupan beragama memiliki sejumlah fungsi dan makna yang sangat dijunjung tinggi,terutama dalam ranah kehidupan sosial, budaya dan kehidupan religiusitas pendukungnya.
Sumber jurnal : Tradisi haroa Pada etnik muna : fenomena budaya dalam kehidupan beragama di era global. Oleh Rahmat Sewa Suraya
Suku Padoe merupakan salah satu anak suku dalam sejarah Kedatuan Luwu. Orang-orang Padoe mendiami wilayah Luwu bagian timur jauh sebelum Luwu Utara dan Luwu Timur terbentuk.
Di Kabupaten Luwu Timur, suku Padoe tersebar di sejumlah wilayah seperti di Kecamatan Wasuponda, Malili, Angkona, Nuha dan Towuti dengan populasi sekitar 25.000 jiwa.
Suku Padoe sebenarnya menyimpan potensi sumber daya yang tidak sedikit. Hanya saja, minimnya penginggalan budaya, khususnya dalam bentuk tertulis, membuat suku ini kesulitan untuk mengembangkan diri.
https://www.malilipos.com/197/mohola-padoe-suku-padoe-harus-bersatu-jika-ingin-berubah/