https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/suku-suku/sulawesi/suku-toraja-prov-sulawesi-selatan/
Suku Toraja adalah sebuah suku bangsa yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa (di Mamasa disebut juga sebagai suku Mamasa).
Mayoritas suku Toraja memeluk Kekristenan, sebagian masih menganut agama asi Aluk To Dolo, dan sebagai bagian dari agama Hindu Dharma.
Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakamannya, serta rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Suku Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia.
https://www.britannica.com/topic/Toraja
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Suku_Toraja
Suku Lo'on adalah suatu kelompok sosial yang berdiam di wilayah Kecamatan Balantak, Kabupaten Luwuk Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Mereka hidup tersebar di daerah Poleli, Rurna, Gaube, Binotik, dan Batubiring. Dahulu, kelompok sosial ini konon merupakan bagian dari masyarakat Kerajaan Banggai.
Dengan kedatangannya kekuasaan Kerajaan Ternate, sebagian warga Kerajaan Banggai menyingkir ke pedalaman, di antaranya orang Lo'on. Timbulnya nama Lo'on ini berkaitan dengan sikap mereka yang "keras" atau "nakal", yang disebut Lo'on. Pada masa penjajahan Belanda mereka terkenal berani menentang Belanda. Orang Lo'on menggunakan bahasa Banggai, yang dapat dijadikan bukti bahwa dahulu sebagian mereka berasal dari masyarakat Banggai.
Mata pencahariannya bertani ladang dengan sistem berpindah-pindah, meramu sagu, dan berburu binatang. Makanan pokoknya adalah sagu dan beras.
https://www.adatnusantara.web.id/2017/09/sejarah-dan-kebudayaan-suku-loon.html
https://jernih.co/potpourri/orang-kaili-terpinggirkan-di-tanah-sendiri/
Suku Kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang mendiami sebagian besar dari provinsi Sulawesi Tengah dan sebagian kecil dari provinsi Sulawesi barat, Suku Kaili mendiami wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu. Selain itu, mereka juga menempati wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, seperti Kabupaten Parigi-Moutong, Tojo Una-Una dan Kabupaten Poso.
Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa yang masih hidup dan dipergunakan dalam percakapan sehari - hari. Uniknya di antara kampung yang hanya berjarak 2 km kita bisa menemukan bahasa yang berbeda satu dengan lainnya. Namun, suku Kaili memiliki lingua franca, yang dikenal sebagai bahasa Ledo. Kata " Ledo " ini memiliki arti " tidak ". Bahasa Ledo dapat digunakan berkomunikasi dengan bahsa bahasa Kaili lainnya.
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Suku_Kaili
https://palu.tribunnews.com/2022/07/24/tari-raego-tarian-adat-suku-kulawi-suku-kaili-dan-suku-bada-sulawesi-tengah
Suku Kulawi atau juga dikenal sebagai Suku To Kulawi, merupakan suku yang berasal dari provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya berada di Kabupaten Sigi yang masih masuk daerah Donggala. Suku Kulawi adalah salah satu suku yang mendiami daerah Sulawesi Tengah, khususnya di Kabupaten Donggala. Wilayahnya meliputi Danau Kulawi, Danau Lindau, Datara Gimpu dan sekitar aliran sungai Koro. Suku ini merupakan suku yang termasuk suku minoritas di provinsi Sulawesi Tengah yang berkomunikasi dengan bahasa Moma dan sebagian besar menganut agama Kristen sejak tahun 1913.
https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6360146/31-suku-yang-mendiami-daerah-sulawesi-sertapenjelasannya#:~:text=17.%20Suku%20Lore,yang%20memiliki%20jiwa%20seni%20tinggi.
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Suku_Kulawi