Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara' berarti "Mereka yang Bersifat Terbuka."
asal usus suku :
Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu domba Belanda terhadap kerajaan taklukannya.
ciri ciri suku Makassar :
1. Rumah Adat
Suku Makassar mempunyai rumah adat yang bernama Balla. Bentuknya rumah panggung dan menggunakan kayu sebagai penyangga.
2. Baju Adat
Baju adat khas suku Makassar bernama Baju Bodo. Ciri-cirinya adalah berbentuk segiempat, tidak berlengan, sisi samping dijahit, bergelembung di bagian tubuh, hiasan bulat di bagian tepi, dan tidak ada jahitan sambung di bagian bahunya.
4. Makanan Khas
Makanan khas yang paling terkenal dari suku Makassar adalah Sop Saudara, Sop Konro, dan Coto Makassar. Bumbu dan rasanya yang nikmat membuat ketiga makanan tersebut sangat terkenal sampai mancanegara.
Keunikan suku Makassar :
1. Accera Kalompoang
Upacara ini dilakukan untuk membersihkan berbagai pusaka peninggalan dari Kerajaan Gowa yang disimpan di Museum Balla Lompoa. Tujuannya adalah membersihkan dan menimbang mahkota yang telah ada sejak abad ke-14.
2. Mappalili
Mappalili adalah upacara yang dilakukan suku Makassar untuk memulai musim tanam padi. Upacara ini akan dilakukan di bawah pipimpinan pendeta yang disebut Puang Matoa.
3. Anynyapu Battang
Bagi suku Makassar, saat kandungan sudah lebih dari 7 bulan, upacara Anynyapu Battang akan dilakukan. Ritual ini dilakukan dengan memandikan kedua pasangan untuk menjaga ibu dan bayinya dari pengaruh jahat.
https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/berbagai-sejarah-kebudayaan-dan-keunikan-suku-makassar-20H0Lav5u1X/full , https://wiki.edunitas.com/ind/114-10/Suku-Makassar_29899__eduNitas.html , https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fseringjalan.com%2F5-upacara-adat-suku-makassar%2F&psig=AOvVaw00_vjlqkf6nDW7lCA-xIZg&ust=1704779817258000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBMQjhxqFwoTCLCSo_uNzYMDFQAAAAAdAAAAABAD
Asal-Usul Suku Bugis :
Melansir dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Wajo, sejarah nenek moyang suku Bugis berasal dari Etnis Deutro Melayu (Melayu muda). Yaitu Bangsa Austronesia dari Yunan (China Selatan) yang datang ke Nusantara sekitar tahun 500 SM. Nama Suku Bugis sendiri berasal dari kata to Ugi (diterjemahkan sebagai orang Bugis). Istilah "Ugi" diambil dari nama raja pertama dari Kerajaan Cina (Daerah Pammana) di Kabupaten Wajo, yang bernama La Sattumpugi Masyarakatnya menamai diri mereka dengan sebutan To Ugi yang artinya orang-orang pengikut La Sattumpugi. Dikisahkan bahwa La Sattumpugi memiliki anak bernama We Cudai. Ia menikah dengan seorang Lelaki dari Kerajaan Luwu bernama Sawerigading dan memiliki anak bernama La Galigo. Sosok La Galigo inilah yang kemudian menulis karya sastra terpanjang di dunia dengan jumlah lebih dari 9.000 halaman yang berjudul I La Galigo (Sureq Galigo). Isinya tentang asal usul penciptaan manusia di dalam tradisi masyarakat Bugis. Dari keturunan La Sattumpugi dan Sawerigading beserta pengikutnya inilah tersebar ke beberapa daerah. Mereka membentuk kerajaan, kebudayaan, dan aksara sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Bone, Soppeng, Wajo, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Pada perkembangannya mereka kemudian menjalin pertalian dan pernikahan dengan suku-suku lain seperti Makassar dan Mandar.
ciri khas suku Makassar :
Uang Panai
Perlu kamu tahu bahwa uang panai merupakan ciri khas dari suku Bugis yang masih menjadi adat istiadat hingga saat ini. Tradisi ini merupakan tradisi warisan leluhur yang masih lestari sampai sekarang.
Asal usul suku toraja:
Pada awalnya, nenek moyang suku Toraja mendiami wilayah pantai di Sulawesi. Seiring berjalannya waktu, mereka kemudian pindah dan menetap di pegunungan bagian Utara Sulawesi Selatan. Nama Toraja awal mulanya diberikan oleh suku Bugis Sudendereng dan mereka memanggil penduduk Toraja dengan sebutan To Riaja. Sebutan ini berarti orang yang tinggal di negeri atas atau pegunungan.
Ciri khas suku toraja :
Ciri khas Suku Toraja dapat diamati dari cara hidup serta hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini. Salah satunya adalah kepercayaan desa-desa kecil otonom yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut sebelum abad ke-20, yang dinamakan Aluk Todolo.
Sejarah Asal-Usul Suku Buton:
Mengutip dari buku 'Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara: Kesultanan Buton' yang diterbitkan oleh Depdikbud RI, disebutkan bahwa nenek moyang penduduk Buton termasuk dalam ras Deutro Melayu. Penyebarannya dimulai dari daratan Asia melalui Annam, Tonkin, Indo Cina, Kamboja dan terus ke Asia Tenggara Kepulauan. Namun, masyarakat setempat memiliki cerita-cerita rakyat mengenai asal-usul nenek moyang mereka. Konon, penduduk Kesultanan Buton adalah turunan dari 4 orang tokoh pertama yang datang ke Pulau Buton dari Semenanjung Johor di Malaka pada abad ke 13. Keempatnya adalah Sipanjonga, Sitamanajo, Sijawangkati, dan Simalui. Menurut cerita dari masyarakat setempat, pemukiman pertama keempat tokoh pendiri kerajaan Buton berada di daerah Kalampa di Desa Katobengke, Bau-bau. Daerah inilah yang menjadi cikal-bakal wilayah kesultanan Buton. Di Desa Katobengke, mereka membabat ilalang untuk mendirikan tempat tinggal. Pekerjaan membabat ilalang ini disebut "Welia" yang kemudian berubah menjadi Wolio sehingga penduduk daerah tersebut disebut orang Wolio. Kemudian dalam perkembangannya menjadi Kerajaan Buton-Wolio. Selanjutnya, mereka bergabung dengan Kerajaan Tobe-tobe, yang ada di daerah timur