Suku mandar adalah salah satu etnis di Indonesia yang kaya akan beragam budaya masyarakat dan masih bertahan hingga kini.Misalnya dalam hal bahasa, dalam berkomunikasi sehari-hari, masyarakat Mandar menggunakan bahasa Mandar yang di setiap daerah memiliki dialek yang berbeda.Selain itu, tradisi adat suku Mandar juga sangat beraneka ragam, seperti Sayyang Pattu'du' untuk menghaturkan rasa syukur atas anak yang khatam Al-Quran dan Perahu Sandeq sebagai warisan budaya Austronesia. Suku Mandar dikenal sebagai seorang pelaut. Masyarakat setempat mayoritas bekerja di bidang kebaharian. Selain itu, pengetahuan kemaritiman yang mereka miliki juga tercatat dalam berbagai literatur kuno. Jalur pelayaran para pelaut Mandar bahkan telah ada sebelum masa penjajahan Belanda.
Suku Da’a ini memang kelompok Austro-Melanesoid dengan ciri pygmy (berbadan pendek), rambut keriting, dan kulit cenderung gelap. Kemungkinan dikarenakan bisa tinggal di huta, warga suku ini takut laut, dan sama sekali tidak mengenal budaya membuat perahu. Sangat berbeda dengan kebudayaan Austronesia yang memiliki keahlian melaut. Namun, sekalipun memiliki ciri budaya non-Austronesia, masyarakat Da’a yang berbahasa Kaili dikelompokkan dalam penutur Austronesia Barat atau serumpun dengan masyarakat Dayak di pulau Kalimantan. Dahulu masyarakat suku Da’a mengikuti ajaran animisme yakni mempercayai adanya roh-roh. prosesi penguburan anggota keluarganya yang meninggal dilakukan di dalam hutan. Mayat dikuburkan dalam peti kayu lengkap dengan pakaiannya. Karena sifat huniannya yang tidak-permanen, maka tidak ada bekas pemakaman masyarakat Da’a dari zaman kuno. Dalam tradisi mereka, apabila ada warganya yang meninggal dunia, mereka akan pindah dari kampung tersebut agar terhindar dari gangguan roh orang yang meninggal tersebut. Suku Da’a mulai dimukimkan oleh Dinas Sosial di daerah dataran sekitar tahun 1986 permukiman di perkampungan permanen ini dilakukan dengan alasan untuk mengurangi aktivitas pertanian berpindah yang berpotensi mengurangi luasan hutan lindung.
https://radarmukomuko.disway.id/read/660903/suku-daa-tinggal-di-hutan-dan-pegunungan-hingga-takut-melihat-laut
Suku Mamasa, adalah suatu komunitas masyarakat asli yang berada di kabupaten Mamasa di provinsi Sulawesi Barat. Masyarakat suku Mamasa tersebar di seluruh kecamatan di kabupaten Mamasa. Selain itu populasi suku Mamasa juga terdapat di kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Suku Mamasa merupakan bagian dari sub-suku Toraja. Secara adat-istiadat dan budaya, berkerabat dengan suku Toraja. Selain itu bahasa Mamasa juga mirip dengan bahasa Toraja. Oleh karena itiu suku Mamasa ini sering juga disebut sebagai suku Toraja Mamasa. Tapi walaupun orang Mamasa mengaku berdarah Toraja, tapi mereka cenderung lebih suka menyebut diri mereka sebagai suku To Mamasa. Selain itu masyarakat suku Mamasa tidak memiliki upacara adat sebanyak sebagaimana upacara adat di Toraja. Orang Mamasa sebagian masih ada yang mempraktekkan tradisi dari agama tradisional leluhur mereka, yang disebut "Ada' Mappurondo" atau "Aluk Tomatua". Tradisi agama tradisional ini tetap terpelihara dan terus terwariskan ke generasi berikutnya. Tradisi dari Ada 'Mappurondo ini dilaksanakan terutama setelah panen padi berakhir, sebagai ucapan syukur atas hasil panen mereka. Ada satu tradisi dari agama tradisionl suku Mamasa, yang unik dan mungkin tidak ada di daerah lain, aitu tradisi penguburan orang yang telah mati, tapi dengan membuat sang jenazah berjalan dengan sendirinya menuju kuburan yang telah disiapkan.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2015/07/29/suku-mamasa-kerabat-toraja
Suku Bugis merupakan salah satu kelompok etnis terbesar yang menghuni Pulau Sulawesi yang termasuk ke dalam golongan suku Deutro Melayu atau Melayu Muda. Suku ini diperkirakan bermigrasi ke Pulau Sulawesi pada sekitar 3000 SM hingga 1200 SM dan kini tersebar di wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Keunikan Suku Bugis antara lain menggunakan bahasa Bugis dalam komunikasi sehari-hari dan memiliki tradisi merantau atau meninggalkan kampung halaman yang kuat. Suku Bugis menjadi suku yang besar karena keberanian serta keterbukaan dengan suatu hal yang baru.