https://www.dream.co.id/stories/haru-suku-wano-papua-gotong-royong-buka-jalan-demi-anak-bisa-sekolah-2109291.html
Suku Wano adalah kelompok etnis yang mendiami wilayah Kabupaten Puncak dan Kabupaten Puncak Jaya di Papua Tengah, Indonesia.[1] Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Wano yang termasuk rumpun besar bahasa Dani, sehingga antropolog pada masa lampau menyebut suku Wano sebagai suku Dani.
Pada tahun 1926, Matthew W. Stirling melakukan ekspedisi untuk "menembus wilayah yang tidak diketahui di Barisan Sudirman (Nassau) yang berada di sebelah Utara Pegunungan Tengah". Stirling sendiri berhasil dengan mudah menemui orang Tapiro (Ekari), orang Pesechem (Nduga), orang Nogolo (Dani), orang Ekari, dan orang Moni. Ia menyatakan keberadaan suku-suku yang tinggal di gua yang tidak berhasil ia temukan. Menurut peneliti Willem Burung, walau tidak bisa dipastikan, kemungkinan yang Stirling maksud adalah suku Wano. Ini dikarenakan pada masa lampau, suku Wano tinggal di dalam gua seperti di Kampung Mbowid.
Pada tahun 1960-an, kontak dengan misionaris mulai berkembang dimana banyak bahan-bahan naskah Injil dan lainnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa lokal, akan tetapi tidak ada untuk Walak dan Wano dikarenakan mereka dianggap sub-suku Dani. Sehingga pengaruh bahasa Dani dan bahasa Moni cukup kuat kedalam bahasa Wano melalui pendidikan dan aktivitas gereja bagi suku Wano.
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Suku_Wano
Suku Damal adalah salah satu suku di pegunungan Papua. Bahasa Damal adalah media komunikasi antara sesama orang Damal. Orang Damal pada zaman dahulu telah memasak makanan dengan menggunakan api.
Api dibuat dengan “Hagan” yaitu kayu kecil kering yang dibela tengah dan menggunakan tali rotan yang kering, tali rotan dijepit dengan kaju kering yang tengahnya dibela itu, lalu ke dua ujung tali rotannya di tarik terus menerus hingga gesekan antara tali rotan dan kayu mulai panas, kemudian panas itu mengeluarkan asap sampai tali rotan itu putus dan menghasilkan api.
Menurut legenda orang Damal berasal dari daerah ‘Mepingama’ Lembah Baliem Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata ‘kurima’ yang artinya tempat pertama kali nenek moyang orang Damal berkumpul dan "Hitigima’ yang berarti nenek moyang orang Damal pertama kali mendirikan honai dari alang-alang.
Honai merupakan rumah adat suku damal secara turun-temuruan sampai kini. Honai yang terbuat dari alang-alang ini berarti bukan semuanya dari alang-alang melainkan atapnya saja yang dari alang-alang, kalau yang lain semuanya dari kayu-kayu tertentu yang bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya.
https://wiki.edunitas.com/ind/114-10/Suku-Damal_116881__eduNitas.html
Suku Mee, dikenal juga sebagai Bunani Mee atau Ekari, adalah sebuah Kelompok etnis yang mendiami kawasan pegunungan di Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Suku ini mendiami wilayah pegunungan Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, Paniai, dan pegunungan bagian barat Kabupaten Mimika yang termasuk kedalam wilayah adat Mee Pago.[2] Suku Mee mayoritas beragama Kristen, dan sebagian beragama Islam di pesisir Kabupaten Nabire.
Suku Nduga adalah sebuah suku yang mendiami daerah pegunungan Tengah Papua. Suku Nduga merupakan suku kecil yang berada di bawah suku Dani. Mereka baru dikenal ketika ada pemekaran kabupaten dan seiring berjalannya OTSUS. Mereka tidak terlalu dikenal oleh suku bangsa lain dan bahkan literatur mengenai mereka pun hampir jarang ditemukan. Kawasan suku Nduga yang berada di sebelah utara didiami oleh suku Dani Barat dan sebelah selatan didiami oleh suku Asmat. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan suku Damal. Suku Nduga termasuk petani ladang, di mana mereka hidup dari umbi-umbian, keladi, singkong, dll. Selain itu, mereka dikenal sebagai peternak babi. Mereka hidup di sekitar Mapndum, Tangma, Sinak, Ilaga, Beoga, dan Hitadipa.
Menurut pembagian wilayah pemerintahan, daerah Nduga yang berada dalam kawasan Lorentz termasuk pada kecamatan Tiom, yang dahulunya masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Jayawijaya dan sekarang sudah menjadi kabupaten sendiri, yaitu kabupaten Ndugama. Masyarakat Nduga mengelompokan diri ke dalam dua kelompok suku yakni: Kelompok suku Nduga yang berdiam di daerah panas seperti di Mapnduma, peretngahan Mbuah hingga Kora-Bawah; Wusak-Bawah; Kenyem; Geslema; Wandut; dan Airalma. Dan kelompok suku Nduga yang berdiam di daerah-daerah dingin seperti di Yigi, Mbuwa-Atas, Iniye, Wusak-Atas dan Kora-Atas.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220116072405-20-747175/bentrok-suku-nduga-dan-lani-jaya-di-papua-kedua-pihak-berdamai