Suku Muyu adalah salah satu suku di Papua yang mendiami daerah sekitar Sungai Muyu yang terletak di sebelah Timur Laut Merauke. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Muyu. Ada dua perkiraan awal munculnya istilah "Muyu". Pertama, diperkirakan muncul bersamaan dengan masuknya Misi Katolik yang dibawa oleh pastor Petrus Hoeboer berkebangsaan Belanda, pada tahun 1933. Kedua, diperkirakan istilah "Muyu" muncul karena penduduk setempat menyebut Sungai Kao di bagian barat dengan Fly di bagian timur dengan istilah "ok Mui" atau "Sungai Mui" kepada orang Belanda. Penyebutan itu akhirnya berubah menjadi Muyu.
Orang Muyu juga menyebut dirinya dengan istilah "Kati". Artinya, manusia sesungguhnya. Meskipun mereka tinggal di pedalaman, mereka memiliki alat tukar, yaitu kulit kerang (ot) dan gigi anjing (mindit). Sistem barter barang-barang dalam suku Muyu adalah hal unik yang baik, bahkan masih ada sampai sekarang, mereka menjalin relasi lebih dari sekadar "penjual-pembeli". Relasi sebagai teman inilah yang sering menjadikan mereka begitu erat satu dengan yang lain.
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah berburu, menangkap ikan, memelihara babi dan anjing, dan memproduksi sagu. Dalam masyarakat Muyu tidak dikenal seorang pemimpin tertinggi (ketua), baik dalam kehidupan sosial maupun religius.
Ciri suku Muyu adalah mempunyai sifat individualisme -- tidak bergantung kepada orang lain, suka mengunjungi sanak keluarga, menukar hasil usaha, mengunjungi kuburan sanak-saudara, menagih hutang, berdagang, dan pergi untuk mendapatkan sejumlah kekuatan gaib. Penyakit atau kematian selalu dilihat sebagai akibat perbuatan sihir.
https://misi.sabda.org/suku-muyu-di-papua
Suku Marind hidup di selatan dari bagian bawah sungai Digul, timur dari Pulau Yos Sudarso, terutama di barat Sungai Maro (area kecil melewati Maro di bagian bawahnya, termasuk Merauke). Hari ini daerah yang dihuni oleh orang Marind-anim masuk dalam provinsi Papua di Indonesia.
Pada masa lalu, para orang-orang Marind terkenal karena berburu kepala. Hal ini berakar pada sistem kepercayaan mereka dan terkait dengan pemberian nama bayi yang baru lahir.Tengkorak itu diyakini mengandung seperti kekuatan prestise. Berburu kepala tidak termotivasi terutama oleh kanibalisme, tetapi daging orang yang sudah tewas itu dikonsumsi.
Kata seperti leluhur, roh, makhluk adalah dema dalam bahasa Marind. Kesamaan dari kata tersebut yang merujuk ke "setan" adalah bersifat insidental. Setiap keluarga terus menurunkan tradisi ini, itu terutama tugas dari orang-orang besar di keluarga masing-masing. Pengaruh-orang besar tidak berarti melampaui keluarga besar mereka.
Sub-suku
Beberapa suku yang termasuk sub-suku Marind-Anim adalah Bian-Marind, Kanum, Maklew, Marori, dan Yey
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/suku-suku/papua/suku-mandobopapua/MatapencaharianSuku Mandobo
Mandobo adalah suku bangsa yang menyebut dirinya Mandub-Wambon, yang berdiam antara sungai Digul dan sungai Kao, yang berada dalam wilayah Kecamatan Mandabo. Kecamatan ini merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.
Wilayah kecamatan ini dialiri sungai Mandobo, sebagai cabang dari Sungai Digul yang bermuara di pantai barat daya Kabupaten Merauke. Di bagian timur Kecamatan Mandobo bertautan dengan wilayah Kecamatan Waropko dan Kecamatan Mindip Tana, dimana kedua kecamatan ini langsung berbatasan dengan wilayah negara Papua Nugini.
https://www.adatnusantara.web.id/2017/09/mengenal-dan-kebudayaan-suku-mandobo.html
Suku Yah’ray juga merupakan suku asli yang mendiami kawasan Papua Selatan. Suku Yah’ray memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang Marind Anim dan Suku Baozi.
Suku Yah’ray juga mendirikan banyak pos-pos yang digunakan untuk pengamatan aktivitas keluar masuk orang-orang di wilayahnya. Didirikannya pos ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati jika ada suatu aktivitas orang-orang luar suku yang mengancam keamanan sukunya.
https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/22/200000179/suku-suku-di-papua-selatan?page=all