https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fsultansinindonesieblog.wordpress.com%2Fsuku-suku%2Fsolor%2Fsuku-lamahot-p-solor-ntt%2F&psig=AOvVaw2wxqpCgUpMXseIpEJaqRs1&ust=1704801185286000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CAUQjB1qFwoTCIig4r3dzYMDFQAAAAAdAAAAABAD
Suku Lamaholot merupakan suku terbesar di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ternyata memiliki adat istiadat yang unik. Selain memiliki adat istiadat, Nenek Moyang Suku Lamaholot meyakini Ama Kelake Rera Wulan Ina Kewae Tanah Ekan (Bapa Yang Maha Kuasa dan Ibu pertiwi atau bumi yang kita pijak). Merupakan konkritisasi penghormatan terhadap Sang Wujud Tertinggi ini dengan cara melaksanakan Ritus Bau Lolon. Arti Bau Lalon sendiri berasal dari dua kata, yakni "B" yang berarti tuang menuangkan, menumpahkan, dan yang berarti di atas permukaan bagian atas, Boy berarti menumpahkan sebagian permukaan air untuk Bau Lolon adalah sebutan lazim orang di Kecamatan Witihama, Pulau Adonara.
Upacara adat, Bau Lolon diungkapkan adalah tindakan konkret pada upacara adat adalah menumpahkan sedikit demi sedikit permukaan air tuak dalam wadah "neak" (alat minum yang terbuat dari tempurung kelapa), serentak mengucapkan doa. Dengan kata lain, ritus Bau Lolon mengandaikan persembahan manusia yang diperuntukkan kepada Wujud Tertinggi untuk mencicipi terlebih dahulu persembahan manusia. Ritus Bau Lolon ini mengandung makna bahwa tanah sebagai simbol Allah-Ibu (Ina Tana Ekan) yang menikmati persembahan umat manusia (Tana Nolo Gang Nolo Nenu)
https://lembata.pikiran-rakyat.com/daerah/pr-2166881749/warisan-luhur-suku-lamaholot-di-flotim-sudah-mengenal-adanya-sang-pencipta-lewat-ritus-bau-lolon
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fsultansinindonesieblog.wordpress.com%2Fsuku-suku%2Fflores%2Fsuku-manggarai-flores%2Ffoto-suku-manggarai-sekarang%2F&psig=AOvVaw04orGYFjaKrF9zhqUNnZa8&ust=1704801388287000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBEQjRxqFwoTCMju-KPezYMDFQAAAAAdAAAAABAD
Suku Manggarai Suku Manggarai adalah salah satu suku yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia. Suku bangsa Manggarai mendiami Kabupaten Manggarai dengan jumlah populasinya sekitar 350.000 jiwa. Suku ini menuturkan bahasa Manggarai, sebuah bahasa yang disebut sebagai tombo Manggarai oleh para penutur aslinya. Bahasa ini mempunyai sekitar 43 dialek. Suku Manggarai memiliki beberapa upacara adat atau ritual yang biasa mereka lakukan, antara lain yakni upacara adat Penti Manggarai biasa digunakan untuk merayakan syukuran atas hasil panen, ritual Barong Lodok yaitu ritual untuk mengundang roh penjaga kebun di pusat lingko (bagian tengah kebun), selanjutnya terdapat barong Wae ritual untuk mengundang roh leluhur penunggu sumber mata air,ada juga upacara Barong Compang, upacara pemanggilan roh penjaga kampung pada malam hari.
https://library.stikom-bali.ac.id/8009/aplikasi-pengenalan-kebudayaan-suku-manggarai-di-kota-ruteng-berbasis-multimedia#:~:text=Suku%20Manggarai%20adalah%20salah%20satu,belum%20diketahui%20oleh%20semua%20orang. , https://www.manggarainews.com/nusantara/7839529463/mengenal-suku-suku-di-manggarai-ntt-sejarah-dan-asal-usulnya?page=2
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fmisi.sabda.org%2Fsuku-lio-nusa-tenggara-timur&psig=AOvVaw2hVhXqlF2-rXCgalQujv_a&ust=1704801468899000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBEQjRxqFwoTCODn6MTezYMDFQAAAAAdAAAAABAD
Suku Lio Suku Lio menempati wilayah kabupaten Ende, yang merupakan salah satu kabupaten di Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat suku Lio merupakan penduduk mayoritas yang mendiami kabupaten ini. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa LioNama Lio sendiri diambil dari ungkapan Sa Li, Sa Ine, Sa One. Ungkapan Li, Ine, One, bermakna sebaya, seibu, dan sekeluarga. Ungkapan ini menggambarkan prinsip persatuan yang dijunjung oleh suku Lio. Hal ini tergambar dari kenyataan bahwa suku Lio hidup terkotak-kotakan dalam berbagai tanah persekutuan. Akan tetapi, mereka tetap satu suku bangsa, bahasa, kebudayaan, dan adat istiadat yang sama. Suku Lio dikenal dengan tradisi "Ngada Ngada". Tradisi ini merupakan upacara adat untuk merayakan panen padi, selain upacara dalam pertanian, suku Lio juga biasa melakukan upacara empat hari bayi dilahirkan (Wa'u tana), upacara bayi boleh digendong orang lain (Ka Ngaga), upacara cukur rambut pertama anak laki-laki atau anak perempuan (Kongga/poro fu), upacara potong gigi anak laki-laki atau perempuan yang sudah cukup umur (Roso Ngi'i ), dan upacara pernikahan adat (Wudu Tu).
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fmisi.sabda.org%2Fsuku-lio-nusa-tenggara-timur&psig=AOvVaw2hVhXqlF2-rXCgalQujv_a&ust=1704801468899000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBEQjRxqFwoTCODn6MTezYMDFQAAAAAdAAAAABAD , https://misi.sabda.org/suku-lio-nusa-tenggara-timur
Suku Ngada mendiami wilayah Ngada. Suku Ngada ini sendiri terdiri dari berbagai macam sub-suku. Sub-suku tersebut meliputi Ngada, Maung, Riung, Rongga, Nage Keo, Bajawa, dan Palue. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Ngada. Penduduk Suku Ngada mendiami Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Ngada. Diperkirakan populasi dari suku ini mencapai 155.000 jiwa. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternakSuku Ngada dikenal dengan tradisi "Muka". Tradisi ini merupakan upacara adat untuk menandakan bahwa seseorang telah dewasa. Salah satu keunikan dari Suku Ngada adalah mereka memiliki rumah adat yang bernama Nua. Rumah-rumah tersebut berdiri membentuk pola bulat telur atau persegi panjang dengan posisi mengelilingi lapangan yang biasa digunakan untuk berkumpul dan mengadakan upacara.