Suku Orang Laut adalah penamaan untuk beberapa suku yang ada di Kepulauan Riau yang cenderung memiliki kesamaan. Pelabelan Suku Laut terhadap suku-suku ini karena kelompok suku tersebut banyak menghabiskan waktunya untuk hidup dan beraktivitas di Laut.
Kebiasaan masyarakat suku menghabiskan hidupnya di laut tentunya berangkat dari kondisi lingkungan di Kepri yang sebagian besar luasnya wilayahnya adalah laut.. Diperkirakan, Suku Laut di Kepulauan Riau telah ada sejak abad ketiga Masehi atau dapat dispesifikan pada 231 M.
Dulunya, Suku Laut dapat dikatakan sebagai masyarakat yang kurang nyaman berinteraksi dengan orang-orang luar dari sukunya. Ketidaknyamanan berinteraksi dengan orang-orang luar inilah kemudian yang membuat mereka sering hidup berpindah-pindah (nomaden) dari pulau satu ke pulau lainnya. Oleh karena itu, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di atas sampan atau rakit setiap waktunya selama masa hidup. Namun, pada waktu-waktu tertentu, beberapa kali mereka akan turun ke darat sekadar untuk menukar ikan dengan barang kebutuhan hidupnya di laut atau mengambil persediaan air minum.
https://www.kompas.com/stori/read/2023/02/25/140000979/suku-bangsa-asli-di-kepulauan-riau?page=all.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/16140/Lelang-dalam-Budaya-Melayu-Riau.html
Ras Melayu datang pertama kali ke daerah Riau sekitar tahun 2.500 SM. Mereka datang dari daratan Asia bagian tengah dan menyeberang dari Semenanjung Malaysia. Kedatangan kedua terjadi pada tahun 1.500 SM dan gelombang kedatangan ketiga sekitar tahun 300 SM.
Suku Melayu Riau adalah salah satu keturunan para migran dari daratan Asia tersebut.
Dalam sejarah kebudayaannya, mereka juga telah mengalami beberapa pengaruh peradaban, seperti Hindu, Islam, dan juga peradaban Cina dan Barat (Belanda, Inggris dan Portugis).
Pada abad-abad yang dulu mereka sempat mempunyai beberapa kerajaan, seperti Kesultanan Bintan atau Tumasik, Kandis atau Kuantan, Gasib atau Siak, Kriteng atau Inderagin, Lingga, Malaka, Rokan, Siak Sri Inderapura, Kampar, Pelalawan dan Singingi.
Orang Melayu di Riau ini amat sedikit yang bertanam padi di sawah, karena keadaan alamnya yang tidak memungkinkan untuk itu, namun sebagian kecil ada juga yang berladang.
https://www.sabangmeraukenews.com/berita/6294/sejarah-suku-melayu-karakteristik-dan-kebudayaannya.html?page=3#google_vignette
Suku Akit.’ Suku Asli atau suku Akit adalah suku terasing atau masyarakat tradisional yang berdiam di sekitar pesisir Provinsi Riau, di mana hidup mereka bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, salah satunya mereka memanfaatkan hutan mangrove sebagai sumber kehidupan.
Suku Akit merupakan salah satu suku yang saat ini masih memegang erat adat istiadatnya. Dalam perjalanan hidupnya, mayoritas masyarakat Suku Akit memang sangat peduli akan alam sekitarnya karena mereka juga tinggal dekat dengan alam.
Masyarakat Suku Akit dikenal dengan sebutan Orang Akik atau orang Akit. Orang Akit merupakan kelompok yang ada di lingkungan sosial, tepatnya di Provinsi Riau. Panggilan Akit sendiri dilatarbelakangi oleh kehidupan mereka yang sebagian dihabiskan di atas rakit. Rakit itu mereka pergunakan untuk pindah ke tempat yang baru di muara sungai dan di pantai laut.
Suku Akit merupakan salah satu suku yang tergolong Komunitas Adat Terpencil (KAT).
https://bahteraalam.org/2021/01/15/kehidupan-masyarakat-adat-suku-akit-dan-kearifan-lokal-tulisan-1/
Suku Barok merupakan salah satu suku asli di kepulauan riau yang menurut para ahli merupakan generasi Suku Laut yang terus berpindah-pindah tempat. Bahkan sebagian sudah menetap di daerah pesisir tepatnya di kawasan Lipan dan Sungai Buluh.
Untuk mata pencaharian masih bergantung pada hasil laut seperti ikan, kerang dan kepiting. Suku ini berganti nama menjadi Suku Barok, karena di tempat mereka banyak pohon kayu yang bernama Bebarok. Bahkan semua kawasan pemukiman pasti terdapat pohon ini yang seakan menjadi trademark tersendiri.
Oleh sebab itu, masyarakat akhirnya membedakan antara Suku Barok dengan Suku Laut.
https://radarmukomuko.disway.id/read/667137/inilah-lima-suku-asli-kepulauan-riau-bertahan-ditengah-kemajuan-batam