Suku Suwawa adalah kelompok etnis yang berasal dari Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Suku ini merupakan suku tertua di semenanjung Gorontalo, dan juga menjadi salah satu suku tertua di daratan Sulawesi.
Suku Suwawa menuturkan bahasa Suwawa sebagai bahasa percakapan sehari-hari, selain itu mereka juga menggunakan bahasa Gorontalo dan Indonesia. Di Gorontalo, bahasa Suwawa termasuk dalam kategori bahasa yang terancam punah. Dahulu, Kerajaan Suwawa yang berada di utara pulau Sulawesi juga didirikan oleh suku ini.
Dalam catatan sejarah, Suwawa merupakan nama dari sebuah kelompok etnis di Gorontalo yang disebut sebagai suku Suwawa. Selain itu, Suwawa pun merupakan nama kerajaan tertua di Gorontalo yang dikenal dengan nama Kerajaan Suwawa, yang sejak dahulu masyarakatnya bertutur dengan bahasa Suwawa yang ditulis dengan aksara Bonda.
Dari cerita rakyat dan catatan sejarah, Suwawa merupakan tanah leluhur atau nenek moyang dari seluruh etnis di semenanjung Gorontalo, yakni suku Gorontalo, Atinggola, dan Bolango.
Dalam berbagai literatur daerah setempat, suku Suwawa ditempatkan sebagai "Tiyombu" dalam "U Duluwo Limo Lo Pohalaa" atau kekeluargaan dua kerajaan, yakni Kerajaan Gorontalo dan Kerajaan Limboto.
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Suku_Suwawa
Suku Atinggola merupakan suku yang mendiami mendiami beberapa desa di dalam wilayah Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo Suku ini dianggap masih bagian dari suku Gorontalo, tetapi mereka mempunyai ciri bahasa dan beberapa ada yang berbeda. Jumlah populasi sekitar 8.000 jiwa. Bahasa suku ini termasuk ke dalam rumpun bahasa Gorontalik dari kelompok Bahasa Austronesia. Suku Atinggola merupakan suku yang masuk dalam sub etnis Gorontalo (Hulondalo) dengan bahasa yang mirip dengan bahasa Mongondow, ciri khasnya adalah pada pengucapan huruf “R” dan “L”, selalu cedal dimana dalam pengucapannya kedua huruf itu sama bunyinya, sedangkan kosa katanya banyak yang mirip bahasa Gorontalo.
Konon orang Atinggola adalah orang Ternate yang pada abad pertengahan tidak setuju atas kebijaksanaan Kolonial Belanda di Ternate hal tersebut dapat dilihat dari nama keluarga “Patilima”. Para leluhur berlayar ke Pulau Lembeh (pulau seberang Kota Bitung, Sulawesi Utara).
Sehingga akhirnya tiba di Tuntung, Dalapuli, Buko dan Tontulouw (Kec. Kaidipang, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara). Sehingga akhirnya tiba di Muara Sungai Andagile (Andagire), yang konon sungai ini berhulu di gunung Tilong Kabila (merupakan gunung tertinggi di Gorontalo). Dimuara sungai ini dibangunlah kerajaan di Ota Jin (konon dulu dikuasai oleh para Jin), sehingga sampai saat ini dapat dilihat dengan nama Kotajin (merupakan Batu Karang besar mirip rumah / orang dulu menyebut rumah / kerajaan Jin) yang saat ini
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Suku_Atinggola
Suku Polahi merupakan salah satu suku terasing di Indonesia yang tinggal di pedalaman hutan, tepatnya di lereng Gunung Boliyohuto, Desa Tamaila Utara, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo. Ada tradisi Suku Polahi yang tak lazim bagi masyarakat umum, yakni perkawinan sedarah.
Orang Polahi telah mengasingkan diri dari masyarakat umum sejak abad ke-17 atau masa penjajahan Belanda di Nusantara. Polahi sendiri berasal dari bahasa Gorontalo yakni lahi-lahi artinya pelarian.Pemimpin suku saat itu memilih mengasingkan diri ke hutan lantaran menolak tunduk pada peraturan serta penindasan yang dilakukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Sejak itu anggota suku ini hidup nomaden atau berpindah-pindah di dalam hutan.
Karena hidup nomaden, Suku Polahi tak membuat bangunan tempat tinggal yang permanen. Tempat tinggal dibuat seadanya dari kayu atau bahan yang tersedia di alam. Kehidupan Suku Polahi juga diwarnai dengan tradisi yang kontroversial, seperti perkawinan sedarah atau inses.
Suku Mongondow merupakan sebuah etnis di Indonesia. Dahulu suku ini memiliki kerajaan yang bernama Bolaang Mongondow, kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow. Suku ini mayoritas bermukim di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Nama Bolaang berasal dari kata "Bolango" atau "Balangon" yang berarti Laut. Istilah kata bolaang atau bolang berarti perkampungan yang ada di laut, sedangkan Mongondow perkampungan yang ada di hutan atau gunung.