Pengaruh Penambahan Protein dari Tepung Sisik Ikan Mujair,Gurami,Bandeng Pada Pertumbuhan Ayam Pedaging
Oleh :
Nur Sa'adah/IX - C/25
Oleh :
Nur Sa'adah/IX - C/25
I.1. Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha peternakan ayam (Perius 2011), sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan ayam. Di era globalisasi ini bahan pakan yang semakin mahal mempengaruhi harga pakan pada umumnya. Banyak bahan pakan yang harus didapat dari impor. Oleh karena itu segi biaya pakan merupakan faktor yang paling tinggi pengeluarannya, selain biaya pakan, kebutuhan nutrisi dari ayam juga harus diperhatikan.
Pakan yang diberikan pada ayam dinilai seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ayam dalam kehidupannya (NRC 1993). Faktor yang terpenting adalah ketersediaan pakan ayam dalam jumlah yang cukup dan harus mengandung seluruh nutrisi yang diperlukan yakni protein, karbohidrat,lemak,vitamin, dan mineral.
Pada saat ini banyak peternak merasakan biaya pakan merupakan beban berat karena sering terjadi fluktuasi harga pakan yang cenderung naik. Kenaikan harga pakan disebabkan oleh kenaikan harga pokok, contohnya seperti tepung ikan. Melihat kondisi tersebut, banyak peternak mencari alternatif dengan cara mengganti atau menambahkan bahan yang lebih murah dan mudah diperoleh,
Salah satunya denagn menambahkan tepung sisik ikan. Sisik ikan merupakan salah satu limbah yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Sisik ikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber kolagen, sedangkan dalam skala rumah tangga biasanya hanya dibuang. Sisik ikan mengandung komponen gizi, antara lain 70% air, 27% protein, 1% lemak, dan 2% abu.
Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti berusaha melakukan studi tentang penambahan protein pada pakan ayam yang mudah dan bahan - bahan yang mudah diperoleh, murah, dan menambah nilai gizi pakan ternak. Salah satu alternatif penambahan protein pada pakan ayam yang mudah tanpa mengurangi nilai gizi dari pakan ayam perdaging adalah dengan menambahkan tepung sisik ikan. Penambahan protein dari tepung sisik ikan memiliki kelebihan yaitu mudah dibuat, mudah diperoleh, biaya tidak mahal, memanfaatkan sisik ikan yang semula tidak bernilai ekonomi menjadi bernilai ekonomi.
a.Variabel kontrol : Usia ayam, bobot awal ayam, masa pemeliharaan, tempat pemeliharaan, takaran bahan pakan ayam, waktu pemberian pakan, waktu mengamati, jenis ayam yang digunakan
b.Variabel manipulasi : Jenis sisik ikan ( sisik ikan mujair, sisik ikan gurami, sisik ikan bandeng)
c.Variabel respon : Bobot ayam
II.1.1. Tinjauan Tentang sisik ikan
Sisik secara umumnya bеrаrtі semacam lapisan kulit уаng keras dan berhelai-helai, seperti pada ikan, ular atau kaki ayam. Dalam ilmu botani, sisik digunakan рulа untuk menyebut dedaunan kecil уаng tіdаk hijau, seperti уаng terdapat pada kuncup atau batang уаng termodifikasi.Dalam ilmu zoologi, sisik (Ingg. scale, Gr. lepid, dan Lat. squama) umumnya merujuk kepada keping-keping kecil уаng kaku, уаng tumbuh dі kulit binatang ѕеbаgаі pelindung tubuhnya.
Misalnya pada ikan, kadal atau ular.sisik yang keras ini berfungsi sebagai pelindung tubuh ikan. Sisik juga membantu ikan untuk bergerak dengan halus karena sisiknya dilapisi dengan lendir. Lendir ini juga mencegah menempelnya parasit di tubuh ikan. Lendir umumnya terdiri dari glikoprotein, fungsinya untuk mengurangi gesekan, serangan predator, dan isolasi sel-sel permukaan dari serangan bakteri. Pada lendir terdapat juga immunoglobulin yang berfungsi sebagai protein tambahan.
Variasi sisik ikan ini sangat luas, dapat dibedakan atasa bentuk, ukuran dan susunannya. Klasifikasi umum terdiri atas cosmoid, ganoid, placoid, dan elasmoid (cycloid dan ctenoid) yang sering ditemukan pada kelas teleost (Setyowati & Setyani, 2015).Meningkatnya produksi ikan yang semarak di kalangan masyarakat akan diikuti juga peningkatan limbah ikan baik berupa kulit dan sisik ikan, saat ini belum ada upaya untuk mengolah lebih lanjut limbah perikanan yang berupa kulit dan sisik ikan. Limbah kulit dan sisik ikan berpotensi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kolagen. Salah satu permasalahan utama yang timbul adalah belum tersedianya unit pengolahan limbah perikanan, khususnya untuk pengolahan kulit dan sisik ikan. Kulit dan sisik ikan ini merupakan salah satu sumber utama dari kolagen (Kurniasari, 2010)
Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive, sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Di samping ikan bersisik terdapat pula ikan yang sama sekali tidak bersisik, di temukan pada ikan lajur (Trichiurus, Lepturancanthus, Demissolinea), ikan sub-ordo Siluroidea (Pegasius, Clarias, Fluta alba).
Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja. Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan ekor. Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir yang tebal.
Sisik ikan tidak hanya memberikan warna yang menarik di tubuh ikan, manfaat lain sisik ikan adalah sebagai berikut :
· Melindungi ikan dari predator
· Warna pada sisik ikan dapat membantu ikan menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga ikan dapat berkamuflase.
· Sisik membantu ikan berenang dengan cara mengurangi gesekan dan resistensi air.
· Pada sisik ikan terdapat lapisan epitel yang bermanfaat memberikan perlindungan ekstra pada tubuh ikan.
· Sisik ikan juga bermanfaat dalam pengklasifikasian jenis ikan, jumlah sisik yang tersusun juga dapat digunakan untuk menghitung umur ikan
II.5. Kajian Empiris
Adapun yang menjadi landasan penelitian terdahulu dalam penelitian adalah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan di bawah ini, yakni oleh :
Penelitian yang dilakukan oleh Sari Cristina Pratama 2014 yaitu “Pengaruh Tepung Sisik Ikan Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (pangasius pangasius)”kemudian penulis mengembangkan penelitian tersebut menjadi “Pengaruh Penambahan Protein Dari Tepung Sisik Ikan Mujair, Gurami,Dan Bandeng Pada Pertumbuhan Ayam Pedaging”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung sisik ikan terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius pangasius). Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari sembilan perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuannya yaitu P0 (0g), P1(5g), P2(10g), P3(15g), p4(20g), P5(25g), p6(30g), P7(35g), P8(40g). Parameter yang diamati adalah panjang total (PT), panjang baku (PB), tinggi badan (TB), lebar badan (LB), dan berat badan (BB). Data dianalis dengan uji F dilanjutkan dengan uji BNJ. Hasil penelitian menunjukkan pakan dengan tambahan tepung sisik ikan memberikan perbedaan pertumbuhan sangat nyata terhadap semua parameter. Berdasarkan analisis uji lanjut dapat disimpulkan P7 memberikan pertumbuhan paling tinggi diantara perlakuan lain.
II.6.Argumentasi Cara Pemilihan Kreatif
Peneliti memilih judul ini karena salah satu alternative pengganti tepung ikan yang sudah mulai mahal harganya sebagai sumber protein. Protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh ayam untuk tumbuh. Sehingga perlu dicari sumber protein lain yang murah dan mudah diperoleh, salah satunya adalah tepung sisik ikan.
IV.3.Pembahasan
Hasil penelitian yang sudah dilakukan selama 4 hari dalam pengaruh penambahan protein dari tepung sisik ikan gurami lebih efektif pada pertumbuhan ayam pedaging. Pada hari satu,dua,dan tiga ayam pedaging yang diberi pakan dari tepung sisik ikan gurami lebih berat bobotnya dibandingkan ayam pedaging yang diberi pakan dari tepung sisik ikan mujair dan bandeng,meskipun pada hari keempat mengalami penurunan bobot.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan dan kenaikan bobot ayam pedaging antara lain jenis kelamin,kondisi fisik, lingkungan (suhu), alat ukur, waktu penimbangan. Ayam pedaging yang digunakan jenis kelaminnya tidak diketahui, karena pertumbuhan ayam jantan lebih tinggi daripada ayam betina. Lingkungan (suhu) berpengaruh pada pertumbuhan ayam karena ayam mempertahankan suhu tubuhnya sehingga jika suhu lingkungan dingin maka ayam membakar kalorinya untuk menghangatkan badannya (Homokiloterm).
Alat ukur dan waktu penimbangan juga berpengaruh karena setiap alat ukur mempunyai batas toleransi. Toleransi yang dimaksud adalah besarnya perbedaan antara kondisi aktual dibandingkan kondisi ideal, sejauh bahwa perbedaan tersebut tidak sampai mengakibatkan kegagalan fungsi maupun penurunan fungsi yang signifikan. Waktu penimbangan yang tidak sama akan mempengaruhi bobot karena ayam ditimbang dalam rentang waktu 24 jam sekali.
V.1.Kesimpulan
Hipotesis ditolak karena pertumbuhan bobot ayam dipengaruhi oleh tepung sisik ikan gurami, untuk perbedaan diantara jenis sisik ikan mujair,gurami,bandeng tidak menyebabkan perbedaan bobot yang signifikan
Tepung sisik ikan mengandung sumber protein yang penting bagi asupan ayam pedaging, maka bagi para peternak menggantikan tepung ikan menjadi tepung sisik ikan yang sampai saat ini masih dianggap sebagai limbah dan dapat menamba nilai ekonomi.
V.2. Saran
Bagi diri sendiri dan masyarakat :
1. Sebaiknya memperhatikan faktor usia ayam, karena ayam pada usia dini sulit untuk dipisahkan derngan temannya
2.Sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan kandang agar tidak lembap
3.Sebaiknya lebih memperhatikan suhu kandang agar tidak kedinginan
Bagi ilmu pengetahuan :
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan sisik ikan untuk pakan ternak