Kelas VI

Tema 5

Keteladanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan Para Sahabatnya

A. Kejujuran dan Kasih Sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

1. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ”al-Amin”

Kalian tentunya sudah mempelajari kisah dua puluh lima nabi. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pasti disebut sebagai nabi kedua puluh lima atau nabi terakhir. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sejak kecil sudah menjadi yatim piatu. Oleh sebab itu, beliau sangat mencintai anak yatim dan menganjurkan umatnya untuk merawat, mendidik, dan mencintai anak yatim. Di samping itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terkenal sangat jujur. Sikap jujur tersebut sudah diperlihatkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Pada usia remaja, beliau diminta bantuan oleh pamannya untuk membawa barang dagangan Siti Khadijah binti Khuwailid yang kaya dan dihormati di Kota Mekah. Pada usia tiga puluh lima tahun, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama-sama dengan orang-orang Quraisy diminta untuk memperbaiki Ka’bah. Ketika pembangunan sudah sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Pada akhirnya, mereka sepakat menunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang yang tepat untuk melakukan hal tersebut. Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. Beliau mengambil selembar selendang, kemudian Hajar Aswad itu diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad tersebut. Ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai jalan keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah. Sejak saat itu, beliau dikenal di antara kaumnya dengan sifat-sifat yang terpuji. Para sahabat dan pengikutnya sangat menghormati dan mencintai beliau sehingga beliau diberi gelar ”al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya. Mari kita teladani sifat jujur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika orang tua kita minta bantuan untuk membeli sabun mandi di warung, ada sisa uang pembelian, uang itu harus dikembalikan kepada orang tua. Percayalah, anak yang jujur pasti disayangi teman-teman, guru dan orang tua.

2. Kasih Sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Anak, Keluarga, Orang Tua, dan Masyarakat

Selain memiliki sifat jujur dalam berdagang dan bergaul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun sayang terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Pada zaman Jahiliyah, penduduk Mekah tidak menghargai anak perempuan. Namun, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam justru menggendong putrinya Fatimah yang masih balita sambil thawaf – mengelilingi Ka’bah. Begitu pula setelah Fatimah dewasa dan dikaruniai anak; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyayangi cucunya yang bernama Hasan dan Husein. Sebagaimana dikisahkan dalam hadiś beliau yang artinya berikut ini. ”Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mencium cucunya Hasan bin Ali r.a., sedangkan di dekat beliau ada Aqra’ bin Hābis. Aqra’ berkata: ”Aku mempunyai sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium seorang pun di antara mereka.” Mendengar hal itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandang Aqra’ lalu bersabda: "Barangsiapa tidak mau berbelas kasih, maka ia tidak akan mendapatkan belas kasih.” (H.R.al-Bukhari dan Muslim). Selain hadi£di atas hadi£Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengajarkan pula untuk hormat kepada orang tua seperti dalam hadis yang artinya berikut ini. ”Aku (Ibnu Mas’ud) pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ... ”Amal apakah yang paling disukai oleh Allah Swt.?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Mengerjakan salat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi: ”Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ”Berbaktilah kepada kedua orang tua.” Aku kembali bertanya: ”Lalu apa lagi?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ”Jihad fisabilillah.” (H.R.al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menyakiti hati orang lain. Hal itu dapat dibuktikan dalam hadiś beliau yang artinya: ” Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (H.R.al-Bukhari dan Muslim).

3. Kepedulian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Lingkungan

Kepedulian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan hanya pada ibadah seperti salat, tetapi beliau pun peduli terhadap lingkungan hidup. Hal itu tercermin pada perilaku beliau antara lain, sebagai berikut.

a. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sangat hemat dalam mempergunakan air; itu dibuktikan pada anjuran beliau agar tidak berlebihan dalam pemakaian air dalam berwudu’.

b. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan agar tidak melakukan kerusakan di muka bumi ini.

4. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagi Pembawa Rahmat bagi Alam Semesta Anak-anak, tahukah kalian, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah Swt. sebagai Rahmatan lil Ălamínatau sebagai pembawa kasih sayang bagi alam semesta ini?

Tentunya kalian ingin tahu lebih jauh apa tujuan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Berdakwah Tujuan dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk mengubah keadaan masyarakat Jahiliyah menjadi masyarakat yang sejahtera berdasarkan agama Tauhid, yaitu agama yang menyakini bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa. Misi kedamaian dan kesejahteraan hidup tersebut bukan hanya bagi bangsa Arab ketika itu, tetapi juga bagi seluruh alam sampai sekarang dan akhir zaman. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selain mengajak kaumnya untuk mengutamakan kemurnian aqidah dan selalu menyembah Allah Yang Maha Esa. Beliau juga menanamkan akhlak terpuji yang membawa kebaikan manusia hidup di dunia hingga akhirat. Salah satu sifat terpuji yang dapat kita cermati, ketika beliau dan pengikutnya hijrah ke Kota Madinah adalah beliau mampu menanamkan sikap persaudaraan antara kaum pendatang (Muhajirin) dengan kaum An¡arsehingga mereka saling menolong untuk menciptakan daerah yang tertib dan aman. Di samping itu, masyarakat berperilaku sopan santun sesuai ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kita harus menjunjung tinggi ajaran beliau, misalnya kita menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda. Kita berperilaku sopan dan bertutur kata santun terhadap orang tua, guru dan masyarakat sekitar. Juga kita menjaga lingkungan kita agar selalu bersih karena ”Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Oleh sebab itu, kita tidak membuang sampah di kali atau selokan karena selokan yang penuh sampah akan dangkal, saluran air tidak lancar sehingga di musim hujan, daerah tersebut menjadi banjir. Kita harus peduli terhadap lingkungan sekitar. Untuk kebaikan diri dan orang lain, kita harus selalu berperilaku sesuai ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

C. Kepemimpinan Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

1. Kepemimpinan Abu Bakar

Abu Bakar adalah khalifah pertama setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Beliau dilahirkan pada tahun 571 M. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Abi Khuafah at-Taimi. Gelar Abu Bakar diberikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena ia adalah paling cepat masuk Islam. Gelar a¡-¢idd³qdiberikan karena ia selalu membenarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berbagai peristiwa, terutama membenarkan peristiwa Isra dan Mi’raj. Abu Bakar memimpin dari tahun 632 M sampai dengan 634 M. Abu Bakar senantiasa meneladani perilaku Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Dalam menentukan keputusan, beliau selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Beliau sangat memperhatikan rakyatnya. Beliau selalu membantu rakyat yang kekurangan. Pernah suatu ketika datang kepadanya seorang wanita kampung bernama Unaisar dan berkata: ”Hai, Abu Bakar, apakah engkau masih dapat menolong kami memerah susu kambing seperti sebelum menjadi khalifah?” Jawab Abu Bakar: ”Insya Allah aku akan tetap bersedia menolong kamu.” Meskipun Abu Bakar sudah menjadi pemimpin negara, beliau tidak sombong dan masih mau memerah susu untuk rakyatnya di kampung. Untuk kesejahteraan rakyatnya, beliau mendirikan Baitul Mal, yaitu suatu lembaga yang mengurusi kas dan keuangan negara.

2. Kepemimpinan Umar bin Khattab

Umar bin Khattab adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar. Umar bin Khattab mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab bin Abdul Uzza. Umar bin Khattab menjadi khalifah sejak tahun 634 M sampai dengan 644 M. Beliau seorang pemberani, jujur, adil, tegas, bijaksana dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Beliau juga seorang pemimpin yang hidup sederhana dan suka bermusyawarah. Misalnya, suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab menyuruh anaknya untuk mematikan lampu di dalam ruangan (kantor khalifah), karena lampu itu dibiayai oleh negara, sedangkan kedatangan anaknya untuk keperluan pribadi keluarganya. Kalifah Umar bin Khattab tak mau menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi dan keluarganya, walaupun hanya sebatas cahaya lampu. Pada masa pemerintahannya, Umar bin Khattab dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan bertanggung jawab. Sebagai contoh sikap tanggung jawab yang diperlihatkan Umat bin Khattab, yaitu: pernah suatu saat beliau berkata ketika ia melihat kondisi jalan yang rusak, "Aku akan segera perbaiki jalan itu, sebab aku takut diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. nanti, hanya karena ada seekor unta yang terjungkal." Masih banyak lagi perilaku teladan yang patut kita contoh dari peribadi Khalifah Umar bin Khattab. Jasa Khalifah Umar bin Khattab yang sampai saat ini kita rasakan adalah penetapan kalender Hijriyah atau penetapan tanggal 1 Muharam sebagai Tahun Baru Hijriyah.

3. Kepemimpinan Usman bin Affan

Khalifah Usman bin Affan memerintah selama dua belas tahun atau dari tahun 644 sampai dengan 656 M. Beliau dikenal sebagai orang kaya dan dermawan. Bukti kedermawanan Usman bin Affan, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, beliau pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1.000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering. Di masa pemerintahannya, Usman bin Affan melakukan kodifikasi (menyusun atau membukukan) kitab al–Qur’an karena beliau khawatir akan terjadi perbedaan al–Qur’an. Kemudian, beliau membentuk panitia penyusunan al–Qur’anyang diketuai oleh Zaid bin Sabit dengan anggotanya Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Panitia tersebut bertugas menyalin ulang ayat-ayat al–Qur’andalam sebuah buku yang disebut Mu¡¥afdan diperbanyak 4 (empat) buah (exemplar). Satu buah disimpan di Madinah yang disebut Mushaf al-Imam atau Mushaf Utsman , empat buah lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah dan Kufah. Di samping itu, beliau juga merenovasi Masjid Nabawi di Kota Madinah, dengan cara memperluas dan memperindah bentuknya.

4. Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang khulafaurrasyidin yang terakhir. Ali merupakan anak dari paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu: Abu Thalib yang selalu membela dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang pemberani. Hal itu sudah dibuktikan Ali bin Abi Thalib ketika harus menggantikan tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal di luar rumah pemuda-pemuda Quraisy ingin menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang akan pergi hijrah. Masa pemerintahan Ali kurang lebih selama lima tahun (656-661 M). Selain pemberani, Ali bin Abi Talib juga seorang pemimpin yang peduli terhadap pendidikan. Sebagai contoh, beliau mendirikan beberapa madrasah untuk tempat belajar anak-anak. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Ali bin Abi Thalib mengharuskan pegawainya jujur, cakap, dan bertanggung jawab. Beliau juga memajukan bidang Ilmu Bahasa, serta mengembangkan bidang pembangunan, terutama di Kota Kufah sebagai pusat Ilmu Tafsir, Ilmu Hadi¡, Ilmu Nahwudan ilmu pengetahuan lainnya. disimpan di Madinah yang disebut Mushaf al-Imam atau Mushaf Utsman , empat buah lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah dan Kufah. Di samping itu, beliau juga merenovasi Masjid Nabawi di Kota Madinah, dengan cara memperluas dan memperindah bentuknya.

4. Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang khulafaurrasyidin yang terakhir. Ali merupakan anak dari paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu: Abu Thalib yang selalu membela dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang pemberani. Hal itu sudah dibuktikan Ali bin Abi Thalib ketika harus menggantikan tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal di luar rumah pemuda-pemuda Quraisy ingin menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang akan pergi hijrah. Masa pemerintahan Ali kurang lebih selama lima tahun (656-661 M). Selain pemberani, Ali bin Abi Talib juga seorang pemimpin yang peduli terhadap pendidikan. Sebagai contoh, beliau mendirikan beberapa madrasah untuk tempat belajar anak-anak. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Ali bin Abi Thalib mengharuskan pegawainya jujur, cakap, dan bertanggung jawab. Beliau juga memajukan bidang Ilmu Bahasa, serta mengembangkan bidang pembangunan, terutama di Kota Kufah sebagai pusat Ilmu Tafsir, Ilmu Hadi¡, Ilmu Nahwudan ilmu pengetahuan lainnya.